JAKARTA–MARITIM : Menjelang Ramadhan, Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel) luncurkan empat program unggulan sebagai inovasi pengendalian inflasi. Program ini diusung melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang bersinergi dan selaras dengan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP), program kemandirian pangan yang dicanangkan Pemerintah Sumsel pada Desember 2021.
Edaran pers yang diterima tabloidmaritim.com, Jumat (25/2/2023) dari Bank Indobesia dijelaskan, empat program tersebut yaitu optimalisasi pasar murah, peningkatan pasokan, modernisasi pertanian, dan peningkatan produksi.
Hal ini mengemuka dalam perhelatan GNPIP Sumsel (24/10) di Palembang dengan tajuk “Sinergi dan Inovasi Untuk Ketahanan Pangan Nasional Melalui Program Sumsel Mandiri Pangan”, sebagai soft launching Ketahanan Pangan Nasional Melalui Program Sumsel Mandiri Pangan”, sebagai soft launching GNPIP menjelang kick off-nya di awal Maret 2023.
Selanjutnya, akan hadir di sejumlah wilayah. GNPIP sendiri merupakan wujud komitmen bersama untuk mengoptimalkan langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif guna mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Peluncuran program sinergi dan inovasi ini disaksikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S. Budiman dan Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru. Turut hadir Anggota Komisi XI RI yaitu Fauzi H. Amro, dan Achmad Hafisz Tohir.
Lebih lanjut, empat program tersebut diimplementasikan dengan pertama, optimalisasi pasar murah bersama dengan rilis jadwal pasar murah bersama dan perluasan informasi melalui iklan layanan masyarakat.
Optimalisasi pasar murah tersebut juga didukung dengan digitalisasi melalui kehadiran pembayaran QRIS dan penguatan aplikasi marketplace “SIBEJAJO”. Kedua, peningkatan pasokan melalui perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD) yaitu antara Kota Lubuklinggau dan Kota Palembang dengan Rejanglebong (Bengkulu) untuk komoditas cabai merah. Ketiga, modernisasi pertanian dengan bantuan alsintan (tractor, cultivator, pompa), mesin pengolahan pupuk organik, serta sarana digital farming (alat deteksi cuaca, alat pemupukan otomatis). Keempat, peningkatan produksi melalui Gerakan Tanam dengan penyaluran 78.000 benih cabai merah, implementasi green house produk hortikultura, serta edukasi 1.000 petani milenial.
Dalam sambutannya, Deputi Gubernur Aida menyampaikan, yang utama dalam menjaga inflasi adalah ketersediaan pasokan atau terjadinya ketahanan pangan. Masalah klasikal yang kita hadapi adalah kesenjangan pasokan antar waktu dan antar daerah. Maka Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) berkomitmen pastikan keterjangkauan, ketersediaan, kelancaran dan komunikasi kepada seluruh masyarakat. Program menanam cabai GNPIP telah berperan dalam ketersediaan dan pengendalian harga di pasar.
“Sehingga, GNPIP masih diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan. Di tahun kedua GNPIP ini, kita perlu pastikan ketersediaan pasokan dan distribusi sebagai fokus utama. Mari kita penuhi dengan jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau,” pungkas Deputi Gubernur Aida.
Sejalan dengan itu, Gubernur Sumsel Sumatera Selatan, Herman Deru, juga menyampaikan bahwa komoditas pertanian menjadi sektor yang paling bertahan di pandemi dan mendukung pertumbuhan. Dalam rangka mendukungnya, kami mengubah pola pikir masyarakat dari membeli menjadi menghasilkan untuk menciptakan kemandirian gizi pangan. Program yang telah dilakukan berkontribusi bagi penurunan angka kemiskinan menjadi 11,95 persen pada September 2022.
“Mari kita bersama menciptakan solusi dan melakukan eksekusi yang konkrit bagi sektor pertanian di tengah anomali cuaca, dengan konektivitas dan distribusi yang baik,”ajak Herman.(Rabiatun)