JAKARTA-MARITIM: Perusahaan Pengawakan Kapal PT Arjuna Samudera Indonesia bersama mitranya perusahaan pelayaran Naftomar di Yunani mengadakan pelatihan bagi para pelaut yang akan menjadi awak kapal LPG (Liquid Petroleum Gas). Pelatihan yang diikuti 30 pelaut dari berbagai daerah itu dengan instruktur Capt. Jad Gamraoui, pimpinan perusahaan Naftomar yang bergerak di bidang pelayaran internasional.
Peserta pelatihan bertajuk ‘Liquid Petroleum Gas Familiarization Course’ itu akan ditempatkan di kapal-kapal LPG milik Naftomar yang akan mengangkut gas ke berbagai negara di dunia. Setelah lulus tes dan wawancara, sebanyak 15 pelaut akan diterbangkan ke negara tempat kapal LPG bersandar pada Desember 2023, dan sisanya akan diberangkatkan pada Januari 2024.
“Untuk kali ini, pelaut yang akan bekerja di kapal-kapal LPG hanya untuk tingkat perwira sampai nakhoda,” kata Riska Fathoni, Managing Director PT Arjuna Samudera Indonesia seusai training yang berlangsung di Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (9/10/2023).
Selanjutnya dikatakan, training singkat sehari itu hanya pendalaman tugas yang akan dijalankan sebagai awak kapal LPG di perusahaan Naftomar Yunani. Training ini semua dilakukan Naftomar, sedang Arjuna sebagai mitra yang menjembatani dan membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.
Syarat pelaut yang mendaftar harus memiliki sertifikat kompetensi kepelautan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan, umur antara 16-54 tahun. Dan yang sangat penting, harus bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Dari ratusan pelamar yang masuk, hanya ada sekitar 30 yang dinilai memenuhi syarat dan mengikuti training.
Penempatan pelaut Indonesia di kapal milik pengusaha Yunani itu, kata Riska, bukan untuk pertama kalinya. Sebelumnya, 20 pelaut telah dikirim ke Yunani, sedang sekitar 700 pelaut lagi ditempatkan di berbagai mitra perusahaan pelayaran lainnya.
Menurut Managing Director perusahaan modal asing (PMA)100 % itu, pelaut Indonesia yang bekerja di Naftomar dengan sistem kontrak selama 3-4 bulan. Selanjutnya bisa diperpanjang tapi sesuai ketentuan MLC (Maritime Labour Convention) paling lama 10 bulan dan harus turun kapal untuk pulang ke tanah air.
“Untuk pemulihan mental, secara psikhologis mereka harus pulang dulu setelah 10 bulan bekerja di kapal,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Pelaut (dulu AIP) tahun 2010 itu.
Ia menilai, Naftomar merupakan perusahaan besar di Yunani yang sekarang memiliki 20 kapal dari berbagai jenis dan ukuran. Baik kapal-kapal tanker, kontainer, maupun kapal barang. Untuk itu, kesejahteraan pelaut yang bekerja di kapal Naftomar cukup baik. Misalnya, gaji seorang nakhoda bisa mencapai USD 12.000 atau sekitar Rp 180 juta sebulan.
Lebih jauh dikatakan, Naftomar sangat bertanggung jawab terhadap para pelaut begitu mereka diterima bekerja di perusahaannya melalui tes yang dilakukan PT Arjuna. Mulai gaji yang diberikan meski belum naik kapal, tiket pesawat ke negara tempat kapal bersandar, sampai biaya hotel selama mereka menunggu kapal.
“Alhamdulillah, selama ini tidak ada masalah bagi pelaut yang bekerja di sana. Mereka senang mempekerjakan pelaut Indonesia, karena etos kerjanya bagus dan skillnya di atas rata-rata. Hanya kelemahannya di bahasa Inggris, tidak seperti pelaut dari Filipina yang mahir bahasa Inggris,” tuturnya.
Di sisi lain, perusahaan Naftomar sangat berminat untuk lebih banyak mempekerjakan pelaut dari Indonesia. Bahkan. perusahaan yang telah berdiri lebih dari 50 tahun itu akan menyiapkan dua kapal yang semua awaknya dari Indonesia. Untuk ini, Naftomar dan Arjuna akan bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi maritim guna meningkatkan kurikulum dan silabusnya, termasuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris yang selama ini menjadi kendala. Sehingga kualitas lulusannya lebih unggul dan mampu bersaing dengan pelaut dari berbagai negara.
Ditambahkan, PT Arjuna Samudera Indonesia yang didirikan sebagai PMA pada Mei 2022 sampai sekarang telah mempunyai 22 principal di luar negeri sebagai mitranya.
Pihaknya, menurut Riska, akan terus mengembangkan usaha, termasuk memenuhi keinginan sebagian perusahaan yang akan mempekerjakan pelaut perempuan. Namun dia belum menyebutkan perusahaan di luar negeri yang menginginkan perempuan sebagai awak kapal. (Purwanto).