JAKARTA-MARITIM : Peningkatan nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2023 didukung oleh tiga hal utama, yaitu peningkatan produksi dan permintaan, penguatan nilai tukar rupiah serta faktor musiman untuk persiapan akhir tahun (Natal dan Tahun Baru/Nataru).
“Peningkatan itu dipengaruhi oleh meningkatnya nilai IKI pada 15 subsektor, dan 13 subsektor, di antaranya mengalami rebound setelah sebelumnya mengalami perlambatan maupun kontraksi,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, saat rilis IKI November 2023, di Jakarta, Kamis (30/11).
Menurutnya, nilai IKI pada November 2023 seharusnya bisa lebih tinggi, apabila program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) berjalan dengan baik. Selain itu, pengendalian impor dan penegakan hukum atas produk impor ilegal juga perlu berjalan efektif.
“Karenanya, perlu penguatan koordinasi dan sinergi lintas kementerian dan lembaga sebagai tindak lanjut,” ucapnya.
Febri menjelaskan, persiapan Nataru dorong industri pengolahan ‘rebound’, tampak Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) meningkat. Utamanya Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja keluaran Bank Indonesia. Permintaan pemenuhan pesanan akhir tahun juga diduga mendorong peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan. Kondisi ini tercermin juga pada peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2023 meningkat jadi 124,3 dibandingkan September 2023. Sejalan dengan itu, inflasi beberapa negara mitra utama yang melandai dan penguatan Rupiah menjadi sentimen positif bagi industri pengolahan nonmigas di November ini.
Febri menambahkan, peningkatan terbesar dialami oleh industri mesin dan perlengkapan ytdl (+9,37) sebelumnya penurunan terbesar (-10,26). Dua belas subsektor mengalami rebound yaitu Industri Pengolahan Tembakau, Industri Pakaian Jadi, Industri Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya. Industri kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, Industri Kertas dan Barang Kertas, Industri Percetakan dan Repro Media Rekaman, Industri Pengolahan Lainnya, Industri Farmasi, Obat Kimia dan Tradisional, Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semitrailer, Industri Karet, Barang Karet dan Plastik, dan Industri Logam Dasar.
Sedangkan, dua sektor lainnya yang mengalami peningkatan nilai IKI dalam dua bulan berturut-turut adalah Industri Minuman dan Industri Furnitur. Peningkatan industri furnitur didorong oleh permintan produk di pasar baru yaitu Timur Tengah dan promosi yang terus dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.
Peningkatan nilai IKI juga disebabkan oleh enam subsektor berubah level menjadi ekspansi, sehingga jumlah subsektor ekspansi jadi 17 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB TW3 tahun 2023 sebesar 91,1%. Dari 17 subsektor itu, enam subsektor berubah dari kontraksi jadi ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB TW3 tahun 2023 sebesar 17,94%. Sedang tiga subsektor berubah dari ekspansi jadi kontraksi dengan kontribusi terhadap PDB TW3 tahun 2023 sebesar 5,04%.
Jika dilihat dari variabel pembentuk IKI, terjadi peningkatan pada variabel pesanan baru (+3,13) dan variabel produksi (+3,67) jadi 54,85 dan 54,50. Variabel persediaan produk kontraksi dan mengalami penurunan nilai IKI sebesar 4,66 poin jadi 43,29, artinya terjadi peningkatan stok produk pada industri pengolahan. Meskipun variabel persediaan produk meningkat kontraksinya, kondisi itu tidak menunjukkan kondisi bisnis yang sedang buruk, karena pesanan baru dan produksi meningkat ekspansinya.
Jubir Kemenperin mengungkapkan, kondisi umum kegiatan usaha di November 2023 lebih baik dari Oktober 2023. Hal ini tampak dari kenaikan responden yang menjawab kondisi usahanya membaik dan stabil meningkat dari 75,6% menjadi 78,8%. Tingkat optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan juga naik dari 61,02% jadi 61,41%. Kondisi ini menunjukkan industri sedang mempersiapkan produk untuk menyelesaikan pesanan sebagai antisipasi kenaikan pesanan disertai penurunan produktivitas, karena libur Nataru.
Pada IKI November, masih ada enam subsektor mengalami kontraksi dengan dua subsektor, di antaranya semakin dalam level kontraksinya. Adapun kontraksi terendah dialami industri tekstil dan industri komputer, barang elektronik, dan optik. Jika dilihat dari subsektornya, nilai IKI industri makanan tercatat masih ekspansi meskipun nilainya mengalami penurunan. Selain itu, perlu diwaspadai adanya isu food security sebagai dampak El Nino dan perubahan iklim. Di industri tekstil, kontraksi yang semakin dalam merupakan akibat impor ilegal di bidang tekstil, yang belum terkendali. Sedangkan industri komputer, barang elektronik, dan optik diketahui terdapat masalah banyaknya stok barang, sehingga perusahaan melakukan pengurangan produksi. Demikian pula pada industri peralatan listrik kontraksi terjadi akibat belanja pemerintah yang telah selesai, meskipun demikian pesanan masih mengalami peningkatan. Pemberlakuan Neraca Komoditas dan Tata Niaga Impor diharapkan dapat mendorong sektor yang mengalami kontraksi menjadi lebih baik.
Perlu diwaspadai
Sementara secara terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengingatkan bahwa meskipun kondisi kegiatan usaha pada November 2023 lebih baik dibandingkan sebelumnya, industri tetap perlu mewaspadai kondisi pada akhir tahun dan awal tahun ke depan yang masih dibayangi ketidakstabilan kondisi global.
“Beberapa faktor eksternal, seperti kemungkinan resesi Jerman sebagai penyangga ekonomi Uni Eropa serta Inggris perlu diwaspadai. Di sisi lain, Tiongkok yang saat ini diperkirakan akan tumbuh positif tetap dibayangi krisis properti. Demikian pula dengan Amerika Serikat yang meskipun inflasinya telah melandai, tetapi peningkatan angka pengangguran juga membayangi kondisi ekonomi ke depan,” tutup Agus. (Muhammad Raya)