ITF Atasi Gangguan Mental dan Stress Pelaut Akibat Covid 19

Suasana pembukaan ‘ToT on Mental Health’ di Universitas Hang Tuah, Surabaya.

JAKARTA-MARITIM: ITF (International Transport worker’s Federation) tahun 2024 ini melakukan program Training of Trainers (ToT) on Mental Health Management For Seafarer’s atau pelatihan bagi calon pelatih yang disiapkan untuk memberikan pemahaman bagi para pelaut agar tidak mengalami gangguan mental atau stress akibat pandemi Covid-19 yang berdampak buruk pada para pelaut. Tetapi pemahaman itu juga penting bagi para pelaut yang bekerja di kapal dengan segala macam permasalahan yang dihadapi, atau bahkan sampai mengalami PHK.

Program ITF bertajuk ‘ToT on Mental Health Management for Seafarers’ ini dilakukan di seluruh dunia. Untuk Indonesia program ToT dilakukan mulai 29 Februari – 1 Maret 2024 di Surabaya, Jawa Timur. Kemudian dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 4 – 6 Maret 2024.

Read More

Di Indonesia, program ini dilaksanakan oleh Koordinator ITF di Indonesia yang juga Presiden KPI (Kesatuan Pelaut Indonesia) Prof. Dr. Mathias Tambing. KPI merupakan organisasi pelaut yang berafiliasi dengan ITF yang kantor pusatnya di London, Inggris.

Dalam keterangannya kepada Maritim Kamis (7/3/2024), Mathias Tambing mengatakan, pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia yang terjadi selama beberapa tahun yang lalu banyak membawa dampak buruk bagi pelaut di seluruh negara.

Sebuah penelitian resmi yang dilakukan ITF bersama Yale Univercity di Inggris menyebutkan bahwa 28% pelaut di seluruh dunia terdampak buruk, sebelum Covid-19. Hasil penelitian ini resmi diumumkan ITF ke seluruh dunia pada Oktober 2019.

Peserta pelatihan ‘ToT on Mental Health’ angkatan II di kantor KPI Jakarta.

“Bahkan saya perkirakan pelaut yang terdampak sesudah Covid-19 itu mencapai 50%,” tandas Mathias yang dulu pernah berkeliling dunia dengan kapal tanker.

Dampak negatif yang menimpa pelaut itu, menurut Koordinator ITF di Indonesia, karena mereka tidak bisa lagi bekerja di kapal karena kapal tempatnya bekerja tidak beroperasi lagi atau dijual oleh perusahaan, sehingga pelaut kena PHK yang mengakibatkan kesulitan ekonomi rumah tangga mereka. Bahkan banyak pelaut yang bunuh diri, terjun ke laut, ekonomi rumah tangga berantakan sehingga banyak isteri pelaut yang minta cerai.

“Ada pelaut Indonesia di luar negeri yang tidak bisa pulang karena kapalnya telah dirubah menjadi kapal karantina untuk merawat pasien Covid-19,” katanya tanpa menjelaskan dimana pelaut tersebut terdampar.

Dijelaskan, ToT angkatan I berlangsung di Universitas Hang Tuah, Surabaya. Pesertanya sebanyak 30 orang terdiri dari para dosen di universitas tersebut yang juga mendidik calon-calon pelaut, serta para anggota KPI di Surabaya dan sekitarnya.

Sedang ToT angkatan II berlangsung di kantor KPI Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat, bekerja sama dengan Kepala BPSDM (Badan Pengembangan SDM) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang diwakili oleh Kepada Pusat Pengembangan SDM Ditjen Perhubungan Laut Dr. Ir. Achmad.

Peserta ToT di Jakarta juga 30 orang. Terdiri dari dosen-dosen perguruan tinggi maritim atau akademi Pelayaran serta anggota KPI di Jakarta dan sekitarnya. Dosen dari perguruan tinggi atau akademi maritim ini diikutsertakan, karena nantinya mereka akan menjadi instruktur untuk kurikulum khusus cara menghindari gangguan mental dan stress ketika para taruna telah menjadi pelaut dan bekerja di kapal.

Kehadiran pejabat Kemenhub tersebut, menurut Mathias, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia sangat mendukung program ITF tersebut. Bahkan, sebelum program ToT dimulai didahului penandatanganan MoU (nota kesepahaman) yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan ITF. Pihak pemerintah diwakili oleh Kapus Pengembangan SDM Perhubungan Laut, sedang dari ITF diwakili oleh dr. Syed Asif Altaf, ITF Global Wellbeing Program Coordinator.

“Dukungan pemerintah ini sangat diharapkan oleh ITF, karena masalah pandemi ini telah ditangani langsung oleh pemerintah Indonesia sejak munculnya korban Covid-19. Termasuk dukungan pemerintah pada program ITF untuk menghindari gangguan mental dan stress bagi pelaut Indonesia,” ujar Mathias Tambing.

Dijelaskan, instruktur dalam ToT menghindari gangguan mental dan stress ini sengaja didatangkan oleh ITF dari London. Yaitu dr. Syed Asif Alfat asal Bangladesh dan Rasini Aryanthi Bandara asal Srilangka.

Seusai pelatihan ToT, para peserta mendapat sertifikat yang ditandatangani oleh dr. Syed Asif Alfat mewakili ITF, Koordinator ITF di Indonesia/Presiden KPI Prof. Dr. Mathias Tambing dan pihak pemerintah yang diwakili Kapus Pengembangan SDM Perhubungan Laut. Program ITF ini, menurut Mathias, akan dilanjutkan ke berbagai daerah dan pelabuhan yang banyak berdomisili pelaut anggota KPI. (Purwanto).

Related posts