Perum Bulog Genjot Program RPK dan Mitra Tani Untuk Jalankan Tugas Jaga Pasokan Bahan Pangan di Dalam Negeri

JAKARTA-MARITIM : Perum Bulog memastikan, pelaksanaan program Mitra Tani mempunyai arti bahwa Bulog bekerjasama dengan para petani di berbagai daerah masuk ke wilayah kerja on-farm. Yaitu masuk ke wilayah budi daya tanaman pangan.

“Saat ini, kami masih masuk ke wilayah on-farm atau mitra tani dengan para petani pada komoditi padi. Tapi di kemudian hari tidak tertutup kemungkinan kerja sama dengan para petani dapat dilakukan untuk komoditi jagung dan mitra tani lainnya,” kata Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, saat diskusi media di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, akhir pekan lalu.

Read More

Menurutnya, program mitra tani dengan para petani ini setidaknya memiliki lima model, yaitu mitra tani mandiri pendampingan, mitra tani mandiri bagi hasil, mitra tani kemitraan sewa lahan, kemitraan sinergis dan kemitraan makmur BUMN.

Ditambahkan, dalam tiga bulan terakhir ini, terdapat 1.336 hektar lahan yang menjalani program Mitra Tani melalui kemitraan sinergi dan 42 hektar lewat mandiri bagi hasil.

“Perum Bulog memastikan, ke depan ini pihaknya akan melakukan perannya dalam hilirisasi pangan dan huluisasi pangan. Pelaksanaan hilirisasi pangan akan diterapkan pada optimalisasi peran Rumah Pangan Kita (RPK) dan peran huluisasi pangan akan dilakukan pada program mitra tani,” ungkapnya.

Tercatat hingga Juli 2024 sudah terdapat sebanyak 21.384 jumlah RPK, yang tersebar di berbagai pelosok-pelosok daerah Indonesia, yang bertransaksi dengan Bulog. yang 74% di antaranya hadir di perkampungan. Dua puluh lima persen di pasar dan satu persen di rumah susun di mana untuk setiap RPK punya omzet Rp10-50 juta per bulan. Sekitar 28,6% dari omzet tersebut penjualannya berasal dari produk Bulog. Potensial market dari kehadiran RPK ini di tengah-tengah masyarakat mencapai Rp11,5-12 triliun per tahun. Namun pertumbuhan RPK saat ini masih rendah sekitar tiga sampai empat persen per tahun.

“Jumlah RPK yang dimiliki oleh Bulog ini sudah setara dengan jumlah ritel modern sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan di masyarakat. Adapun bentuk dari RPK tersebut berupa warung-warung, kios-kios dan lapak-lapak milik masyarakat yang telah bermitra dengan Bulog,” ungkap Bayu.

Keberadaan jaringan ritel Bulog ini dinilai sangat penting dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen. RPK ini juga menjadi bagian dari upaya Bulog untuk menjual produknya langsung ke konsumen melalui toko-toko kecil. Sehingga RPK menjadi instrumen operasional bagi Bulog untuk menjaga stabilitas pangan.

Bayu menjelaskan, Bulog telah menyalurkan hampir 300 ribu ton beras ke konsumen melalui RPK. Penyaluran itu terdiri dari beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) sebanyak 253.293 ton dan beras komersial sebanyak 42.675 ton.

Salah satu langkah yang dilakukan Bulog dalam mendukung tumbuhnya RPK adalah dengan meluncurkan MyRPK—sebuah aplikasi yang memungkinkan RPK memesan dan menjual produknya melalui ponsel–sehingga membuat laporan keuangan lebih rapi dan modern.
Aplikasi MyRPK baru saja memasuki tahap pra-peluncuran untuk uji coba di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Aplikasi ini diharapkan sudah bisa digunakan secara penuh tahun depan. Dengan adanya aplikasi ini, Bulog berharap bisa lebih mudah menjaga stabilitas stok dan harga pangan. (Muhammad Raya)

Related posts