JAKARTA-MARITIM : Industri manufaktur merupakan salah satu pilar utama dalam menopang perekonomian nasional. Pada triwulan II tahun 2024, sektor ini berhasil memberikan kontribusi sebesar 18,52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,26 persen.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam memacu pertumbuhan industri manufaktur. Untuk mendukung aktivitas ekspansi dan investasi baru di industri manufaktur nasional, Kementerian Perindustrian juga menaruh perhatian dan fokus pada ketersediaan tenaga kerja industri yang produktif, kompeten, dan berdaya saing global, kata Menperin dalam keterangannya, Selasa (24/9).
Adapun langkah strategis yang telah dijalankan oleh Kemenperin dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM industri di Indonesia, antara lain melalui pelaksanaan diklat yang menjalin kerja sama dengan mitra industri. Upaya ini untuk menghasilkan SDM industri yang terampil sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.
“Sebagai contoh, Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta dan BDI Surabaya membuka tiga pelatihan secara serentak, meliputi pelatihan sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT), permesinan, dan industri kreatif (social media marketing), papar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Masrokhan.
Kepala BPSDMI mengapresiasi BDI Surabaya dan Yogyakarta yang menyelenggarakan pelatihan vokasi industri dengan menggandeng Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), lembaga yang bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama (NU) bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.
Kolaborasi ini diharapkan dapat membekali para generasi muda dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan industri sehingga bisa menjadi agen pembangunan bangsa, ungkap Masrokhan.
Ketiga pelatihan vokasi industri yang diselenggarakan itu meliputi pelatihan skilling atau keterampilan baru bagi para peserta diklat. Selain pelatihan skilling, Kemenperin juga memiliki pelatihan upskilling yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan yang telah dimiliki peserta diklat. Mereka yang mengikuti pelatihan ini berasal dari wilayah Surabaya dan Yogyakarta.
“Kami percaya, dengan dedikasi dan kerja keras para peserta, serta bimbingan dari instruktur yang andal, diklat ini akan mencapai tujuannya sesuai target. Para peserta juga akan menjadi calon-calon tenaga kerja yang kompeten, siap bersaing di dunia kerja, dan mampu berkontribusi bagi kemajuan perekonomian nasional,” imbuhnya.
Sementara itu, Rois Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mohammad Nuh mengatakan RMI NU bersama Kemenperin melalui BDI Surabaya dan Yogyakarta, berhasil menyatukan dunia pesantren dan industri. Pelatihan vokasi 3in1 dinilai ini tidak hanya membekali santri dengan ilmu agama, tetapi juga keterampilan teknis yang siap bersaing di dunia kerja.
“Alhamdulillah, pelatihan vokasi 3in1 ini adalah pembekalan kompetensi. Dalam satu sisi mereka (santri) sudah punya kompetensi di bidang keagamaan, tentu ini semakin lengkap karena dilengkapi dengan kompetensi di bidang technical life skill,” jelas M Nuh yang pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Kepala Pusdiklat SDM Industri BPSDMI Kemenperin, Saiful Bahri mengungkapkan bahwa tujuan Kemenperin menggelar pelatihan vokasi industri ini untuk meningkatkan sinergi dan kolaborasi dalam menyiapkan SDM industri yang kompeten dan siap kerja.
“Peserta pelatihan akan mendapatkan pelatihan dari profesional serta tinggal di kamar asrama yang nyaman selama periode pelatihan berlangsung. Setelah lulus pelatihan, peserta akan mendapatkan sertifikat kompetensi yang berguna untuk karier, tuturnya.
Perlu diketahui, Kemenperin menaungi tujuh BDI untuk menyelenggarakan pelatihan di berbagai wilayah Indonesia. Program diklat yang telah diselenggarakan Kemenperin mampu menghasilkan ribuan SDM setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri. “Sepanjang 2023, BPSDMI telah menyelenggarakan 666 pelatihan untuk 32.714 orang di berbagai provinsi di Indonesia, meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya dengan 25.709 peserta pelatihan, sebut Saiful. (Muhammad Raya)