JAKARTA-MARITIM: Gatot Cahyo Sudewo yang kini sebagai Ketua Umum CIMA (Consortium Indonesian of Manning Agencies) meraih gelar Doktor Manajemen Kekhasan Transportasi dari Direktorat Pasca Sarjana Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti, Jakarta, Selasa (05/11/2024).
Penyerahan sertifikat kelulusan program Doktor dengan nilai A tersebut diserahkan oleh Dr. Ir. Prasadja Ricardianto, MM dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Manajamen Kekhasan Transportasi yang dipimpin oleh Ketua Sidang Dr. Ir. Prasadja Ricardianto, Direktur Pasca Sarjana ITL Trisakti. Gatot merupakan doktor ke-8 yang dihasilkan Program Pasca Sarjana ITL Trisakti.
Bagi Gatot yang kini sebagai Presiden Direktur PT Sillo Bahari Nusantara sejak 2017, gelar Doktor ini melengkapi gelar SE, M.M.Tr, CPHCM yang telah diperolehnya sejak tahun 2012. Sidang Promosi Doktor ini dihadiri oleh Dr. Capt. Ilham Asyhari yang mewakili Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut,Kemenhub, DPO DPP CIMA, kalangan Pendidikan Maritim, Klinik Kesehatan Pelaut, dan undangan lainnya.
Dalam sidang tersebut, Gatot berhasil mempertahankan disertasinya berjudul Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Kualitas Pelaut (Studi Kasus Pelaut Indonesia). Dalam sidang tersebut, Prof. Dr. Ing. Ir. Muh. Yamin Jinca MS.Tr. sebagai Promotor/Penguji I, Dr. Ir. Tjuk Sukardiman, MSi sebagai Ko Promotor I/Penguji dan Dr. Theresye Yoanyta Octora ST, MM sebagai Ko Promotor II/Penguji. Sedang sebagai Penguji I dan Penguji II adaIah Prof. Ir. Edi Abdurachman MS, MSc PhD dan Dr. Capt.Fausta Ary Barata MM.
Berbagai pertanyaan yang diajukan oleh para promotor dan penguji tentang masalah yang dihadapi pelaut, khususnya menyangkut kesehatan mental pelaut, dijawab oleh Gatot dengan lancar. Menurut Gatot yang 18 tahun berpengalaman sebagai perwira radio & perwira deck kapal di perusahaan dalam dan luar negeri, pelaut salah satu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar dan risiko tinggi. Seperti kecelakaan kapal, kapal tenggelam, terbakar, tabrakan di laut, cedera akibat kecelakaan, jatuh ke laut, jauh dari keluarga, terisolasi dalam lingkup kapal, sering mengalami kejenuhan bahkan stress.
Isu kualitas pelaut Indonesia dewasa ini menjadi perbincangan hangat di berbagai forum group discussion maritime yang diselenggarakan kementerian/lembaga terkait, persatuan pelaut dan asosiasi maritim di Indonesia. Isu tersebut masih terus bergulir seiring banyaknya permintaan kebutuhan awak kapal oleh perusahaan pelayaran/pengawakan kapal di dalam dan luar negeri.
Gatot menyebut, jumlah pelaut Indonesia per Februari 2023 tercatat 1,358 juta, diantaranya 33.990 adalah pelaut wanita. Saat ini. ada 11 negara penyuplai pelaut, 50% di antaranya untuk pengawakan kapal niaga, namun Indonesia tidak termasuk dalam daftar 11 negara penyuplai pelaut. Tetapi Indonesia masuk negara yang memiliki peluang besar untuk menyuplai pelaut di seluruh dunia. Sayangnya, pelaut yang ditempatkan sebagian besar adalah ABK (anak buah kapal) dan bukan perwira.
Untuk itu, pemerintah perlu menyiapkan regulasi yang mumpuni guna memberikan perlindungan dan kesejahteraan pelaut yang bekerja di kapal-kapal internasional maupun nasional. Masalahnya, gaji pelaut di kapal dalam negeri banyak yang berada di bawah standar upah minimum. Bahkan minim jaminan kesehatan, keselamatan dan keamanan.
Lebih jauh Gatot memaparkan, saat ini isu kesehatan mental pelaut di tempat kerja banyak menjadi topik pembicaraan. Berdasarkan laporan ILO tahun 2023, masalah kesehatan mental berdampak pada pelaut, baik di Indonesia maupun mancanegara.
Terkait isu kesehatan mental ini, Gatot melakukan penelitian dengan sample 36 pelaut Indonesia yang bekerja di berbagai jenis kapal, mulai dari jabatan nakhoda, perwira sampai ABK. Hasilnya, banyak pelaut Indonesia yang memiliki masalah kesehatan jiwa, khususnya mereka yang berusia 20-24 tahun dengan jenjang pendidikan SLTA.
Dari puluhan daftar pustaka, Gatot menyebutkan, status kesehatan mental di kalangan pelaut belum seberapa dibanding kesehatan fisik. prevalensi stress, gejala depresi dan kelelahan sudah terjadi dalam beberapa dekade. “Masalah kesehatan mental dan psikologis dapat dikategorikan sebagai faktor individu dan lingkungan kerja,” ujarnya.
Dr. Gatot Cahyo Sudewo yang lahir di Salatiga (Jateng) 20 Desember 1968, menyelesaikan Pendidikan Perwira Radio Pelayaran tahun 1988 dan tahun 2001 melanjutkan pendidikan crash program (MPB III/ANT III) di BPIP Jakarta. Ia kemudian berlayar selama 18 tahun sebelum akhirnya bekerja di perusahaan pelayaran/pengawakan kapal hingga sekarang.
Dalam kesempatan itu, Dr. Capt. Ilham Asyhari yang mewakili Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Laut,Kemenhub mengatakan, disertasi karya Dr. Gatot Cahyo Sudewo berjudul Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap Kualitas Pelaut ini akan direkomendasikan ke Pusdiklat BPSDMPL Kemenhub untuk dijadikan kurikulum baru guna mengatasi persoalan mental yang dihadapi para pelaut di tempat kerja.
Masalah kesehatan mental pelaut ini, menurut Dr. Capt. Ilham, belakangan banyak ditemukan di lapangan dan telah menjadi isu global. Karena itu, dengan mempersiapkan mental yang tangguh pelaut yang punya kemampuan intelektual dan tanggung jawab besar akan semakin profesional dalam melaksanakan tugas melayani transportasi laut. (Purwanto).