JAKARTA-MARITIM :Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menilai, industri mebel dan kerajinan adalah industri masa depan bagi Indonesia, karena memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya.
“Industri mebel dan kerajinan merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, dan serta didukung oleh sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, bambu dan serat alam lainnya,” kata Wakil Ketua Umum HIMKI Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga, Heru Prasetyo, dihadapan peserta Rapimnas HIMKI, Heru Prasetyo, di Jakarta, Rabu (4/12).
Menurutnya, daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh SDM yang kompeten.
Saat ini kondisi perekonomian dunia belum pulih akibat kondisi geopolitik, namun permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan masih terus tumbuh dengan pemasok utama China yang saat ini memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia.
“Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional masih melambat. Namun, kami optimis akan terjadi pertumbuhan. Kami berharap dengan adanya pameran IFEX yang akan dilakukan pada Maret 2025 depan bisa menahan penurunan ekspor tersebut pada kuartal selanjutnya,” jelas Heru.
Dengan memperhatikan data ekspor global, sambungnya, sebenarnya peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional.
Pasar AS dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional. Meskipun demikian, kita terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru, apalagi jika kita memperhatikan kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), dimana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang sangat besar. Untuk antisipasi jika situasi semakin memburuk, kita harus memanfaatkan dan mengoptimalisasi emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya.
“Kami optimis industri furnitur nasional ke depan masih akan tumbuh dan berkembang,” jelas Heru.
Sementara Sekjen HIMKI, Maskur Zaenuri, mengatakan “Membangun Konsolidasi Usaha yang Kondusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan” menjadi tema dari Rapimnas HIMKI 2024.
Rapimnas HIMKI di Hotel Aryaduta Jakarta dihadiri oleh Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pembina, Dewan Pakar, serta Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Badan Eksekutif Pusat.
Tujuan Rapimnas adalah melaksanakan amanat Anggaran Rumah Tangga (ART) HIMKI dan mengevaluasi Program Kerja HIMKI hasil rekomendasi Rakernas dan Rapimtas sebelumnya yang akan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan kondisi aktual yang berkembang.
“Rapimnas juga membahas hal-hal aktual terkait kondisi terakhir tentang situasi perekonomian global yang menyebabkan menurunnya permintaan ekspor khususnya untuk produk furnitur dan kerajinan,” kata Maskur.
Salah satu pondasi organisasi untuk menunjukan organisasi kuat dan memiliki bargaining position yang kuat dalam menentukan semua kebijakan terkait adalah dengan membangun hubungan kerja sama di tingkat internasional dan regional dengan berbagai lembaga/institusi yang terkait dengan kegiatan organisasi seperti yang telah tersurat secara eksplisit dalam Garis-Garis Besar Program Kerja HIMKI.
Untuk itu menjadi penting dilakukan konsolidasi berkala antara pengurus daerah dengan pengurus pusat guna monitoring dan evaluasi pelaksanaan program kerja yang lebih aktual, fleksibel, adaptif dan implementatif.
Implementasi dari program kerja yang telah disusun oleh masing-masing bidang tidak akan berjalan dan terealisasi tanpa didukung oleh pimpinan eksekutif dan staf serta tenaga ahli yang profesional untuk melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawab kerja dewan pengurus. (Muhammad Raya)