BAU-BAU-MARITIM : Rektor Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan), Ir LM Sjamsul Qamar MT IPU dan peneliti Korea Institute of Civil Engineering and Building Technology (KICT), yang bermarkas di Goyang-daero Korea Selatan (Korsel), menegaskan aspal buton (asbuton), adalah salah satu sumber daya alam (SDA) yang sangat kaya milik bangsa Indonesia. Bahkan, karena sangat kayanya tersebut, dapat diungkapkan asbuton is future (masa depan) bagi bangsa Indonesia. Karena memiliki perkiraan cadangan hingga 662 juta ton. Sedangkan yang tereksplorasi oleh perusahaan yang mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebanyak 160 juta ton.
“Barangkali saat ini yang terbukti telah dimanfaatkan dan dieksplorasi tidak sampai tiga juta ton saja,” kata Rektor Unidayan, Sjamsul Qamar, usai menerima kunjungan rombongan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yang dipimpin Kasubag Tata Usaha Direktorat Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT), Igun Gunarsih bersama dua pranata Humas dan tiga wartawan Forum Wartawan Industri (Forwin) serta Ketua Umum Aliansi Pengembang Aspal Buton Indonesia (Aspabi), Dwi Putranto serta pihak dari Institut Riset KICT Korsel sebanyak tiga orang ditambah penerjemah, di ruang kerjanya, di Bau-Bau, Pulau Buton, Sultra, Rabu malam (4/12).
Seperti diketahui, Kemenperin pada 7 November 2024 lalu melaunching “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton”, yang dilakukan Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT), Reni Yanita, di mana salah satu targetnya adalah meningkatkan utilisasi asbuton hingga 90% pada tahun 2030.
Sementara peneliti dari KICT Korsel, Dr Lim Jae-Kyu, mengaku pihaknya sudah mengenal asbuton sejak sepuluh tahun lalu dari berbagai buku, skripsi dan jurnal, tapi dari pengamatannya banyak yang sudah melakukan percobaan dan eksplorasi, namun tidak banyak yang bisa dilihat hasil dan manfaatnya.
“Saya sependapat dengan pernyataan Rektor Unidayan, bahwa banyak yang sudah melakukan percobaan dan eksplorasi tapi tidak banyak yang bisa dilihat hasilnya atau manfaatnya. Saya melihat di sini terlalu banyak kesalahan (error) dan banyak tidak dikelola secara baik. Karena itu, kami minta bantuan pada Aspabi (Pak Dwi-red) untuk bisa datang ke Pulau Buton, ingin mengetahui dari dekat apa penyebabnya asbuton sampai begitu produksinya serta alasannya kenapa sudah banyak yang mengeksplorasi tapi hasil dan manfaatnya tidak ada yang terlihat,” tekan Jae-kun.
Wajib asbuton
Sjamsul menjelaskan, di Indonesia, untuk bangun dan pelihara jalan rata-rata memakai aspal sebanyak 1,2 juta ton per tahun, tapi kontribusi dari asbuton saat ini tidak sampai lima persen. Karenanya pengguna lebih banyak pakai aspal impor hingga 95%.
“Asbuton kan aspal alam dan masih tradisional. Sedang aspal impor hasil pemurnian memakai teknologi. Untuk mendorongnya perlu peningkatan aplikasi dan penelitian oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta lembaga riset lainnya. Karena asbuton saat ini dihadapkan dua persoalan, yakni soal teknologi dan harga,” ujarnya, yang menyebutkan, asbuton hanya dipakai di jalan-jalan Sultra dan tidak di provinsi serta jalan negara.
Sultan Buton itu berharap, pemerintah dapat memberikan keberpihakannya pada asbuton, apalagi pemakaian di dalam negeri harus bersaing secara bebas, dan akhirnya pengguna akan memilih yang lebih mudah didapat.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait terbitnya Inpres soal asbuton dan “Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton”, Sjamsul mengatakan, Inpres itu boleh saja terbit, tapi dalam pelaksanaannya tidak mewajibkan. Sedangkan peta jalan, itu hanya teori.
“Sebenarnya, kebijakan pemerintah soal asbuton sudah ada sejak 1970, saat itu Presiden Soeharto datang ke Pasar Wajo. Tapi realisasinya tidak ada kan sampai sekarang. Presiden Jokowi juga menyatakan mau stop impor, tapi mana sekarang hasilnya. Seharusnya, setelah ada Inpres, infrastruktur di bawahnya segera bekerja cepat dan harus bisa mengimplementasikan,” ungkapnya, yang menilai, produksi industri asbuton saat ini tak kurang dari 200 ribu ton per tahun.
Sjamsul bercerita dirinya pernah ditunjuk sebagai Dirut PT Sarana Karya periode 2008-2013 dan mengirim asbuton 500 ribu ton per tahun selama empat tahun ke China. Namun terhenti karena dilarang ekspor bongkahan produk tambang (bahan baku). Akhirnya, PT Sarana Karya ditutup.
Cadangan 662 juta ton
Lebih jauh orang pertama di Unidayan itu menghitung, perkiraan cadangan asbuton mencapai 662 juta ton, tapi yang terungkap baru sekitar 160 juta ton. Yakni di Lawele 100 juta ton dan sisanya di Kabungka. Diketahui karena sudah dieksplor pada areal lahan seluas 100 ha di Lawele dan 350 ha di Kabungka.
Kadar asbuton sangat bervariasi dari 20-40% tapi yang diakui oleh Kementerian Pekerjaan Umum cukup kadar 15%.
“Asbuton harus diolah sesuai perencanaan yang pasti kadarnya. Kami berharap pemanfaatan asbuton dapat semaksimal mungkin dilakukan oleh pemerintah.” Katanya mengakhiri wawancara.
KICT buat standar
Sedangkan Dr Lim berencana akan membuat standar campuran aspal di Indonesia, yang selama ini terlihat berbeda caranya.
“Kami juga akan menawarkan mobile lab, satu unit truk besar berisi berbagai bahan campuran yang sudah di setting. Truk ini dapat bergerak ke semua tempat dan pulau di seluruh Indonesia,” katanya, didampingi dua rekannya dan satu penerjemah.
Ia melakukan ini karena ingin melihat kualitas berbagai jalan di Indonesia bagus-bagus dan sesuai standar dengan mengujinya melalui warm mix additive (jenis campuran aspal yang ramah lingkungan lewat suhu sedang). Bukannya hot mix (campuran panas), yang banyak emisi karbon, seperti yang selama ini dilakukan oleh Indonesia,” ucapnya.
Dijelaskan, pada tahap pertama pihaknya akan memakai bahan dari Korea dan selanjutnya memakai bahan alternatif dari Indonesia. Tahap awal buat campuran batu zeolit dan agregat asbuton hangat.
Di akhir sesi, Dr Lim dan rekannya menerima kenang-kenangan paving block yang terbuat dari asbuton.
Sementara Igun saat memberikan sambutan mengucapkan terima kasih dan telah diterima dengan baik. Terutama oleh Sultan Buton. Adapun tujuan dari kunjungan ini sejalan dengan roadmap yang telah dilaunching bulan lalu sekaligus ingin melihat lokasi pertambangan asbuton dan mengambil gambar dari perusahaan pertambangan dan mewawancarainya.
Pihak yang akan diwawancarai meliputi Rektor Unidayan Ir LM Sjamsul Qamar MT IPU, PJ Walikota Bau-Bau, Dr H Muhammad Rasman Manafi SP MSi serta pihak narasumber terkait lain yang kompeten. Tujuannya untuk mensosialisasikan sekaligus menyampaikan informasi dan mengangkat pamor dari asbuton. (Muhammad Raya)