JAKARTA-MARITIM : Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan persinggahan pelayaran antarbangsa yang dibangun tahun 1527 semasa pemerintahan Portugis. Pelabuhan ini disinggahi kapal-kapal antarpulau dan pelayanan rakyat dengan komoditas kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong dan bahan bangunan.
Pelabuhan Sunda Kelapa mulai dikenal pada abad ke 12 sebagai pelabuhan yang disinggahi oleh kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur Tengah yang membawa porselen, kopi, kain sutra dan sebagainya untuk ditukar dengan rempah-rempah dan hasil perkebunan lainnya. Kini Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelajaran bongkar muat barang dan petikemas. Pelabuhan ini disinggahi kapal-kapal antarpulau dan pelayanan rakyat yang menggunakan kapal Phinisi atau Bugis Schooner dengan bentuknya yang khas. Komoditas yang diangkut selain kayu adalah bahan kebutuhan pokok, barang kelontong dan bahan bangunan.
Itulah sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa di masa lalu. Kini ke depan, setelah terbitnya Master Plan Pelabuhan Sunda Kelapa atau dikenal dengan nama Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Sunda Kelapa berupa pada 2021 lalu, “wajah” Pelabuhan Sunda Kelapa seperti di masa lalu akan diubah menjadi Pelabuhan Sunda Kelapa yang mengalami perubahan pada enam poin penting atau lebih dikenal dengan nama Master Plan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Heritage Port yang mencakup enam poin penting.
Keenam poin penting itu, menurut General Manager Pelindo Regional 2 Sunda Kelapa, Agus Edi Santoso, adalah renovasi dermaga pelayaran rakyat (Pelra), pembangunan terminal multipurpose, pembangunan terminal kapal yacht, pembangunan mal. Pembangunan hotel yang terintegrasi dengan area wisata Kota Tua dan penerapan konsep Green Port, dengan ruang terbuka hijau (RTH) 30% yang berwawasan lingkungan.
“Implementasi kesepakatan terkait pengembangan kawasan Sunda Kelapa Heritage Port bakal didukung master plan atau RIP yang sekaligus jadi acuan pengembangan wilayah pariwisata tersebut. Kesepakatan itu dibuat antara Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sunda Kelapa, Pemprov DKI Jakarta dan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam menetapkan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Heritage Port akan segera tertuang di Rencana Induk Pelabuhan (RIP),” kata Agus, pada diskusi bertajuk “Master Plan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Pelabuhan Heritage”, pada acara Rapimkota V Tahun 2025 Kadin Kota Jakarta Utara, Rabu (5/2).
Menurut Agus, kondisi eksisting saat ini nanti akan diubah melalui rencana pengembangan, termasuk di dalamnya Sunda Kelapa sebagai Gateway Cruise dan Kawasan Wisata Jakarta dan integrasi kawasan dengan moda transportasi, pengembangan perairan breakwater dan kolam.
“Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub bersama Pemprov DKI Jakarta dan Pelindo II telah berulang kali menggelar rapat koordinasi guna kesepakatan merealisasikan RIP sebagai acuan pengembangan Sunda Kelapa,” papar Agus.
Program jangka pendek tahun 2021-2025, Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai historical and heritage tourism bakal menerapkan konsep Green Port yakni ruang terbuka hijau (RTH) 30% yang berwawasan lingkungan serta mengutamakan aspek kebersihan.
Penerapan konsep green port sangat membutuhkan peran aktif seluruh stakeholders, khususnya upaya peningkatan kebersihan antara lain terkait sarana pelayanan, sosialisasi K3, dan fasilitas penampungan limbah. (Muhammad Raya)