STIMar’AMI’ Siap Cetak Pelaut Sesuai Perkembangan Digitalisasi Kemaritiman

Setelah menyerahkan sertifikat, Ketua STIMar AMI Capt. Albert Lapian (ke2 kanan) foto bersama dua pembicara dan moderator dalam seminar ‘Menghasilkan SDM Maritim yang Profesional dan Wirausahawan Unggul Berdaya Saing Global Untuk Indonesia Maju’ memeriahkan peringatan Dies Natalis STIMar ‘AMI’ ke 65.

JAKARTA-MARITIM: Sekolah Tinggi Ilmu Maritim-Akademi Maritim Indonesia (STIMar ‘AMI’) memperingati Dies Natalis ke 65 di Kampus STIMar, Pulomas, Jakarta, Jumat (3/10/2025).

Diawali dengan berbagai pertandingan olah raga yang diikuti para staf dan taruna/i perguruan tinggi tersebut, puncak Dies Natalis diwarnai dengan seminar bertajuk ‘Menghasilkan SDM Maritim yang Profesional dan Wirausahawan Unggul Berdaya Saing Global Untuk Indonesia Maju’ dengan menampilkan dua narasumber lulusan STIMar ‘AMI’ tahun 1990 dan 1999.

Read More

Kedua narasumber tersebut adalah Jimmy F. Kuhon dan Capt. Binsar H. Tambun, M Mar. Jimmy lulusan AMI tahun 1990 kini telah menjadi pengusaha di bidang kemaritiman dan pengurus Indonesian Shipowner Association (INSA). Sedang Capt. Binsar lulusan AMI 1999 kini menjadi Kepala Kantor UPP Klas II Pelabuhan Bintuni, Papua Barat.

Seminar dengan moderator Fauzely Wiji M MTr. dihadiri oleh Ketua STIMar ‘AMI’ Capt. Albert Lapian, Ketua Yayasan Poseidon Gupita Evira Tri Noverni, segenap civitas akademika dan para taruna/i perguruan tinggi tersebut.

STIMar ‘AMI’ yang didirikan 65 tahun yang lalu semula bernama Akademi Maritim Indonesia (AMI). Tapi sejak tahun 1980-an AMI berkembang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Maritim (STIMar) dengan tetap mencantumkan AMI sebagai cikal bakalnya.

Ketua STIMar ‘AMI’ Capt. Albert mengatakan, dengan asumsi rata-rata tiap tahun mencetak 100 lulusan, hingga saat ini STIMar ‘AMI’ telah mencetak minimal 65.000 pelaut dari 4 Program Studi (Prodi) Nautika, Teknika, dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan (PKPN & K). Lulusan Prodi Nautika dan Teknika menyandang gelar D-3, sedang untuk lulusan Prodi PKPN & K menyandang gelar D-III dan D-IV.

Untuk memenuhi pasar tenaga kerja kemaritiman di tingkat global, STIMar ‘AMI’ pada 2022 telah membuka 3 Prodi S-1. Meliputi Prodi Rekayasa Transportasi Laut, Prodi Logistik dan Prodi Bisnis Maritim.

Menurut Albert, momen Dies Natalis perlu digunakan untuk mengevaluasi semua program yang telah dikerjakan selama 65 tahun. Terutama program yang belum berhasil dilaksanakan sesuai perkembangan teknologi di era digitaliasi saat ini.

“Di era digitalisai saat ini, STIMar ‘AMI’ harus mampu mengikuti perkembangan dunia kemaritiman yang mengikuti kemajuan ilmu & teknologi dan sistem digital yang sangat pesat. Masalah ini tadi juga ditekankan oleh kedua moderator yang mewakili pemerintah dan pengusaha,” ujarnya kepada Maritim seusai acara dies natalis.

Selain bangga dengan pelaut lulusan STIMar yang bekerja kapal-kapal asing, Capt. Albert juga bangga karena lulusannya banyak yang menjadi pengusaha dan bekerja di industri maritim maupun di pemerintahan. Tidak sedikit yang telah menjadi pejabat di lingkungan Kemenhub, maupun di TNI-AL, Polri (Airud) dan instansi lainnya.

“Ini membutikan materi pendidikan di STIMar bisa diterima di industri maritim dan pemeritahan,” sambungnya.

Dalam evaluasi ini, lanjut Albert, juga akan menyasar kurikulum pendidikan yang selalu dievaluasi 4 tahun sekali. Antara lain menambah fasilitas pendidikan sesuai perkembangan teknologi dan digitalisasi di masa mendatang, dan mengundang pengusaha maritim untuk memberikan masukan apa yang diperlukan agar semua lulusan STIMar dapat bekerja di bidangnya.

“Ini tantangan yang harus kita laksanakan agar kita tetap eksis di tengah perkembangan teknologi dan digital yang sangat pesat,” tegasnya.

Ditambahkan, pihaknya juga perlu menetapkan sistem merekrut dosen agar kualitasnya dapat terus ditingkatkan sesuai bidangnya. Saat ini, kualitas dosen di STIMar AMI baru memenuhi standar minimal. Dari 7 prodi kita baru memiliki 35 dosen sesuai persyaratan standar minimal yang ditentukan pemerintah.

Pada seminar tersebut, Jimmy mengingatkan, dalam transportasi menuju masa depan cerdas, 3 komponen (Pelaut, Perusahaan Pelayaran dan Profesional) harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan era digitalisasi. Semua dokumen pengurusan barang sejak naik kapal sampai tiba di pelabuhan tujuan seluruhnya menggunakan sistem elektronik. Selain efisiensi, hal ini juga sangat penting untuk keselamatan kapal beserta crewnya maupun barang.

“Saat ini baru ada 4 pelabuhan pintar, yakni Jakarta, Surabaya, Belawan dan Makassar. Namun di era digitalisasi ada hambatan dan tantangan yang harus segera diatasi, yaitu kurangnya kemampuan SDM,” tegasnya.

Sedang Capt. Binsar menekankan, semua pihak termasuk taruna/i harus menguasai semua ketentuan bidang kemaritiman, terutama yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di era digitalisasi. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai aturan dalam upaya meningkatkan pelayanan di pelabuhan (Smart & Green Port). Mulai dari kapal masuk pelabuhan, bongkar muat barang, sampai kapal bertolak dari pelabuhan menuju pelabuhan tujuan,semua dilakukan dengan sistem online. (Purwanto).

 

 

 

 

 

 

 

Related posts