SEMARANG – MARITIM : Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/Pelindo III akan minta Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) mengusulkan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar alur pelayaran di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) memiliki kedalaman yang sama dengan kedalaman kolam TPKS, Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Recky Julius Uruilal, General Manager TPKS mengungkapkan bahwa pendalaman alur pelayaran merupakan kewenangan otoritas. Sementara untuk pendalaman kolam, capital dredging di depan dermaga yang dilakukan oleh Operarator Pelabuhan menjadi kewajiban Badan Usaha Pelabuhan (BUP), sebagai investasi perusahaan.
Saat ini, kedalaman kolam di TPKS Tanjung Emas telah mencapai -12 meter LWS, hingga kapal-kapal dengan ukuran besar dapat melakukan olah gerak untuk masuk dan bersandar di dermaga. Sementara kedalaman alur pelayaran pada akses masuk Pelabuhan Tanjung Emas baru mencapai -10 meter LWS. Kata Recky: “Manajemen Pelindo III akan sampaikan kepada KSOP untuk diusulkan kembali kepada Kemenhub agar alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Emas dapat dikeruk untuk diperdalam menjadi -12 meter LWS”.
Lebih lanjut, Recky menjelaskan, perusahaan membuat kedalaman kolam TPKS menjadi -12 meter LWS, berdasar prediksi ke depan bahwa mayotitas kapal-kapal yang berkunjung ke TPKS akan memerlukan kolam pelabuhan dengan ukuran minimal -12 meter LWS. Sejalan dengan pertumbuhan arus muatan yang didukung oleh peningkatan teknologi perkapalan, perusahaan pelayaran akan berusaha agar kapal-kapal mereka mengangkut petikemas ataupun komoditas secara break cargo, dapat dikirim dalam volume makin besar. Untuk itu diperlukan kapal-kapal yang bertonase lebih besar, karena biaya transportasi logistiknya akan jadi lebih murah dibanding dengan mendatangkan banyak unit kapal dengan masing-masing Gross Tonnage (GT) lebih kecil.
Jelas GM TPKS lebih lanjut: “Saat ini mayoritas shiping line sudah mulai mengoperasikan armada tipe Panamax atau Post Panamax dengan muatan satu kapal yang lebih banyak. karena cost logistic transportnya menjadi lebih murah daripada harus mengoperasikan kapal-kapal dengan GT lebih kecil dengan unit lebih banyak, yang berpotensijadi masalah dalam biaya operasional, gaji awak kapal, harga BBM kapal, ongkos pelayanan pelabuhan dan lain sebagainya”.
Dicermati berdasar total arus peti kemas dan ship call di TPKS Tanjung Emas, mengalami peningkatan sebesar 8,25% pada kuartal pertama tahun 2019 ini, dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Menurut Recky, peningkatan arus peti kemas tersebat tak lepas dari pendalaman kolam yang dilakukan oleh perusahaan.
Tercatat, total througput petikemas di TPKS pada Januari—Maret 2019 mencapai 169.867 TEU’s sama dengan 105.937 boks. Pada periode yang sama tahun lalu, arus petikemas di TPKS mencapai 156.919 TEU’s setara 97.886 boks. Dengan selesainya pendalaman kolam, kapal-kapal dengan GT yang kian besar sampai dengan 41.000 GT telah masuk ke TPKS sebagai satu-satunya terminal petikemas di Provinsi Jawa Tengah. (Erick Arhadita)