Direct Call Via Pelabuhan Kariangau Belum Optimal

 

BALIKPAPAN KALTIM – MARITIM : Pembangunan Pelabuhan Kariangau di Kalimantan Timur (Kaltim), dimaksud agar dapat mendorong kinerja pengangkutan barang, utamanya komoditas ekspor provinsi yang kaya hasil minyakdan gas bumi, pertambangan, perkebunan dan hasil laut itu. Namun hingga kini, ternyata pelayaran langsung melalui pelabuhan pendukung untuk Balikpapan itu belum optimal. Karenanya, mayoritas pengangkutan bagi produk ekspoir maupun domestik itu, kini kembali beralih melalui Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta.

Read More

Faisal Tola, Ketua DPD Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Balikpapan, katakan ekspor dan impor untuk migas dan non migas yang menurun di Kaltim pada triwulan I/2019 ini diniulai tidak terlalu terasa. Sebab, selama ini ekspor dan ipoir Kaltim dilakukan melalui Surabaya dan Jakarta, hingga tingkat penurunannya harus dilihat secara nasional dan bukan dari hitungan secara regional.

Terkait gal itu, Faisal menjelaskan: “Kami tidak lakukan direct call, tetapi melakukan ekspor /impor melalui Surabaya. Langkah ini terpaksa kami tempuh, mengingat bisnis seirama dengan perilaku selama ini pengirim barang belum sepenuhnya movong-on”.

Mengacu catatan sejak tahun 2016, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)/(Pelindo) IV sudah membuka direct call dari Balikpapan melalui Pelabuhan Kariangau, dengan tujuan agar barang-barang yang diekspor dari Kaltim dan Kalimantan Utara (Kaltara) tak lagi harus via Tanjung Perak Surabaya. Namun ternyata kinerja direct call tersebut kurang memuaskan, hingga pengiriman barang tetap melalui Surabaya.

Lebih jauh Faisal menyatakan: “Bukannya kami tak mau memanfaatkan fasilitas yang sudah ada Kami sudah pernah mencoba, tetapi ternyata hasilnya dari sisi penghematan biaya dan kecepatan waktu, ternyata belum memuaskan, antara lain disebabkan oleh peralatan dan sistem di Pelauhan Kariangau belum memenuhi keinginan pengguna jasa, hingga kami tetap melakukan ekspoortasi lewat Surabaya”.

Sesuai rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim, nilai ekspor Provinsi Kaltim pada April 2019 mencapai US$.1,33 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,89% bila dibanding dengan ekspor Maret 2019. Atqo Mardiyanto Kepala BPS Kalitim menjelaskan penurunan 11,89% ini jika dibanding April 2018 sebenarnya masih mengalami peningkatan 0,63%. Dia katakan bahwa penurunan ekspor April 2019 didorong oleh turunnya ekspor barang migas dan barang non migas. Terang Atqo: “Ekspor barang migas April 2019 mencapai US$.0,09 miliar, turun 63,33% dibanding Maret 2019. Sementara ekspor barang non migas April 2019 mencapai US$1,24 miliar, turun 1,98% dibanding Maret 2019”.

Persentase kenaikan terbesar ekspor pada April 2019 dibanding dengan Maret 2019 terjadi pada golongan aneka produk kimia sebesar 118,14% dari US$.4,03 juta menjadi US$.8,79 juta. Sedang persentase penurunan terbesar terjadi pada golongan Bahan Bakar Mineral sebesar 15,86% dari US$.1,41 miliar menjadi sebesar US$1,18 miliar. Menurut BPS Kaltim penurunan nilai impor di Kaltim pada April 2019 mencapai US$.0,19 miliar, atau 18,08% dibanding impor Maret 2019. Menurut Atqo dibandingkan April 2018 mengalami penurunan sebesar 49,96%. Untuk impor barang migas April 2019 mencapai US$.0,08 miliar, atau turun 8,32% dibanding Maret 2019. Sementara impor barang non migas pada April 2019 mencapai US$.0,11 miliar, turun sebesar 24,42% dibanding Maret 2019.

Pungkas Atqo: “Secara kumulatif nilai impor Provinsi Kalitim periode Januari-April 2019 mencapai US$.1,00 miliar atau turun 31,93% dibanding periode yang sama tahun 2018. Dari seluruh impor periode Januari – April 2019, impor barang migas mencapai US$.0,48 miliar atau turun 54,59%, dan barang non migas mencapai US$0,52 miliar atau naik sebesar 25,54%. (Erick Arhadita)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *