TANJUNG PERAK – MARITIM : Penandatanganan perjanjian tentang sinergi pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaan terminal LNG (liquified natural gas) di Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya telah dilaksanakan antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/ Pelindo III melakukan sinergi BUMN dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), melalui anak perusahaan masing-masing, disaksikan oleh Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (26/6).
Dalam kesempatan itu, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan bahwa sinergi antara Pelindo III dan PGN tersebut merupakan bentuk nyata dari kesepakatan sebelumnya antara Pelindo III Group dan Pertamina Group (sebagai induk perusahaan PGN) yang gencar mengeksplorasi kerja sama di sektor logistik energi. Ujar Edwin: “Kerjasama ini merupakan breakthrough (terobosan). Dengan sinergi ini diharap adanya pasokan availabilitas dan reliabilitas atas pasokan energi, yang nantinya akan berkembang hingga ke Kawasan Timur Indonesia (KTI), hingga nantinya menuju kondisi pasokan gas yang memadai. Kerja sama ini tidak hanya baik untuk BUMN, tetapi juga untuk semua, karena lebih ramah lingkungan”.
Sementara itu, Doso Agung Direktur Utama Pelindo III menyatakan: “Pembangunan terminal LNG ini jadi langkah sinergi BUMN untuk menopang kebutuhan gas di Jawa Timur, karena akan dapat memasok hingga 30 MMSCFD. Adanya fasilitas ini diharap dapat meningkatkan kehandalan dan keberlanjutan pasokan gas ke para pelanggan seperti industri, ritel, dan kelistrikan”.
Menurut Doso Agung, lokasi Pelabuhan Tanjung Perak yang strategis, berdasar proyeksi kebutuhan pasokan gas yang tinggi di Jawa Timur, Pelindo III sebagai pengelola Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya siapkan Terminal Teluk Lamong dan lini bisnis logistik energinya, PT PE Logistik, untuk membangun fasilitas terminal LNG, hingga dapat menjadi gerbang masuk distribusi gas PGN untuk pasar Jawa Timur. Ujarnya: “Pasokan LNG akan kian lancar hingga biaya logistik dapat ditekan. Selain itu kami berharap juga terdapat dampak ikutan berupa peningkatan daya saing industri di Jawa Timur, karena kepastian pasokan yang membuat penghematan biaya belanja energi dan peningkatan produksi”.
Dirut Pelindo III juga ungkapkan, kehandalan penyediaan bahan bakar gas oleh pemerintah melalui BUMN, akan meningkatkan kepercayaan pelanggan, hingga akan mengakselerasi program konversi bahan bakar domestik dari minyak bumi ke gas bumi yang relatif lebih ramah lingkungan dan efisien.
Anak usaha PGN, yakni PT PGN LNG Indonesia (PLI) bekerjasama dengan PT Pelindo Energi Logistik (PEL) selaku lini usaha Pelindo III di bisnis logistik energi, akan menggarap tiga fase pembangunan. Dalam skema distribusi dan transmisi gas, pasokan LNG dapat dikapalkan dari sumur di Bontang/Tangguh. Bahkan LNG impor, apabila pasokan LNG domestik tak mampu lagi memasok kebutuhan LNG untuk domestik. Kemudian LNG ditampung di terminal LNG yang mempunyai fasilitas storage sementara dan dan di-breakbulk dengan filling unit untuk penjualan ritel. Dengan begitu, LNG akan langsung mengalir ke konsumen melalui jaringan pipa. Selain itu, LNG juga dimungkinkan untuk dilakukan pendistribusian melalui truk kepada konsumen ritel (LNG trucking).
Gigih Santoso Dirut PGN menjelaskan bahwa pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada fasilitas regasifikasi di kawasan lepas pantai dan menggunakan storage sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang yang sesuai ukuran jetty eksisting di Terminal Teluk Lamong. Ujar DirutPGN: “Perpipaan dari jetty menuju onshore regasification unit akan sangat efisien karena dapat ditempatkan di atas pilecap conveyor yang sudah ada untuk melayani bongkar curah kering di Terminal Teluk Lamong. Luas area yang disiapkan Pelindo III untuk fasilitas regasifikasi mencapai 2,5 hektar, hingga sangat memadai”.
Fase kedua berupa pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil (Iso Tank 20 feet – 40 feet container) untuk distribusi LNG di luar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering. Fase paling akhir mencakup pembangunan tangki LNG permanen., akan dimulai dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage untuk memenuhi kebutuhan suplai gas sistem pipa PGN di Jawa Timur. Fasilitas tersebut dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD. Pengoperasian penuh pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.
Memungkasipenjelasannya, Gigih Prakoso mengungkapkan pembangunan permanen yang bertahap ini akan mengurangi biaya Capex dan Opex secara signifikan bila dibandingkan dengan fase-fase awal sebagai solusi sementara. Jelasnya: “Karena pengurangan Opex dari hilangnya pembiayaan sewa harian FSU dan berkurangnya biaya marine operation. Untuk Capex sendiri akan berkurang dengan signifikan karena menggunakan terminal eksisting. Salah satu biaya terbesar pembangunan small scale LNG terminal ialah pengadaan jetty dan fasilitas pelabuhan”. (Ayu/Sub/Maritim)