JAKARTA – MARITIM : Beberapa tahun silam, pada waktu PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/Pelindo II yang kala itu dibawah kepemimpinan RJ Lino, sangat getol berusaha dalam mengembangkan jejaring bisnisnya, telah terbangun kesepakatan bersama antara Pelindo II dengan Pelindo IV untuk mengembangkan infrastruktur perhubungan, yang dalam hal ini dengan mengembangkan pelabuhan eksisting di kota Sorong. Wacana ini kembali mengemuka, pada saat dilakukan dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) beberapa hari lalu.
Pada kesempatan itu, Managemen Pelindo IV mengajak Pelindo II untuk mengembangkan Pelabuhan Sorong yang telah ada, ketimbang membangun pelabuhan baru di Seget yang berjarak sekitar 30 km dari pelabuhan eksisting. Ajakan tersebut dikemukakan oleh Farid Padang, Direktur Utama Pelindo IV.
Di forum dengar pendapat tersebut, Farid mengatakan bahwa Manajemen Pelindo II sudah mengajak fihak Pelindo IV untuk membuat kajian bersama tentang ‘Sorong terintegrasi’ yang mengintegrasikan Pelabuhan Sorong eksisting (Kota Sorong) serta Pelabuhan Arar (Kabupaten Sorong) yang dikelola Pelindo IV dengan Pelabuhan Seget (Kabupaten Sorong) yang akan dibangun Pelindo II.
Namun menurut Farid, Pelindo IV berpegang pada keputusan Menko Perekonomian dan Menteri Perhubungan yang sejauh ini hanya akan mengizinkan pengembangan pelabuhan eksisting. Adapun Pelabuhan Sorong yang akan dibangun oleh Pelindo II merupakan rencana jangka panjang. Ujar Dirut Pelindo IV: “Percuma kalau kita lakukan kajian sekarang, padahal di lokasi eksisting masih dapat dikembangkan dulu. Kita tak harus membangun dulu, karena lokasi yang direncanakan akan jadi lahan pengembangan pelabuhan, masih berupa hak ulayat yang bila diproses jadi lahan pembangunan infrastruktur pelabuhan akan sulit”.
Pelindo IV berencana mengembangkan Pelabuhan Sorong eksisting untuk meningkatkan kapasitas pelayanan petikemas dari 50.000 TEU’s menjadi 300.000 TEU’s. Dengan dana Rp.276 miliar dari penyertaan modal negara, Pelindo IV akan melakukan reklamasi dan membangun dermaga.
Menurut Farid, berkat pertumbuhan ekonomi saat ini di Kawasan T imur Ondonedsia (KTI) arus barang telah mencapai 80.000 TEU’s dan dalam waktu dekat doprediksi akan mencapai 100.000 TEU’s. Jelas Dirut Pelindo IV: “Posisinya saat ini kami ingin peningkatan status, dan pada tahun ini dalam proses peningkatan status menjadi terminal petikemas”.
Di sisi lain, Pelindo II ditugaskan membangun Pelabuhan Sorong di Seget yang termasuk ke dalam proyek strategis nasional (PSN). Dengan biaya proyek Rp.2,4 triliun, PSN Pelabuhan Sorong akan dibangun di atas lahan seluas 16 hektar pada tahap I dengan kapasitas layanan petikemas sampai sekitar 500.000 TEU’s.
Mencermati kondisi seperti itu, sikap dari Komisi VI DPR cenderung sejalan dengan rencana Pelindo IV. Komisi yang membidangi industri, investasi, dan persaingan usaha tersebut, pada dalam kesimpulan rapat minta Kementerian BUMN prioritaskan pelabuhan yang memang sudah ada. Rieke Diah Pitaloka, Anggota Komisi VI katakan wilayah Seget tak dapat dengan serta-merta dibangun menjadi pelabuhan, karena wilayah itu merupakan hutan lindung. Ujarnya: “Secara hukum untuk pengalihan fungsi hutan lindung, itu harus dapat legalitas melalui keputusan DPR RI”. (Erick Arhadita)