JAKARTA – MARITIM : PT Equinox Bahari Utama (EBU) bekerja sama dengan Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) kembali menyelenggarakan in-house training untuk para pelaut dari seluruh ship owner dan ship manageryang diageni oleh EBU.
Kegiatan yang berlangsung di Holiday Inn Baruna, Bali, pada 7- 8 Agustus 2019ini merupakan agenda tahunan yang rutin diselenggarakan oleh EBU dan KPI sejak tahun 2017.
Dengan mengangkat tema Empowering Proactive and Initiative to Gain Self Actualization, pelatihan ini diikuti 60 pelaut (30 pelaut mewakili perwira dan 30 pelaut mewakili Anak Buah Kapal). Semuanya merupakanperwakilan dari beberapaShip Owner dan Ship Manager yang diageni PT EBU, seperti Anthony Veder, Thome Ship Management, K-Line Energy Ship Management (K-ENE), Fugro Marine Service, Golar Management Norway, Andromeda, OMNI Offshore, New Power Ship, Sea Road Line dan Perusahaan Pelayaran Equinox (PPE).
Tema tersebut merujuk pada potensi yang dimiliki pelaut Indonesia untuk lebih menggali lagi potensi tersebut supaya dapat meningkatkan performa diatas kapal dengan cara lebih pro-aktif dalam menyampaikan saran, gagasan dan ide, yang ditunjang dengan inisiatif positif, sehingga pelaut akan memiliki karir yang makin cemerlang.
Angga Luthfi Eldrianto, selaku Direktur EBU, saat membuka pelatihan mengatakan, sebagai salah satu perusahaan pengawakan (Manning Agency) EBU selalumemilikikomitmenuntukmembuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada pelaut Indonesia, sesuai dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing Ship Owner dan Ship Manager yang diageni oleh EBU.
Dalam pelatihan ini beberapa pembicara memberikan materi aktual untuk meningkatkan mutu, kualitas dan kompetensi para pelaut Indonesia. Direktur Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan, yang diwakili oleh KSOP Benoa, Agustinus Maun, mempresentasikan tentang “Technology 4.0 for Seafarer – Potential and Challenge”.
Sekjen KPI, I Nyoman Budiasa, bersama John Wood selaku perwakilan ITF memaparkan “Indonesian Seafarer Union at Your Service”dan Konvensi MLC (Maritime Labour Convention). Pakar psikologi Dr. Ni Ketut Rai Purnami menyampaikan masalah ”Psychological Wellbeing at Sea – How to Tackle Stress Onboard”.“Financial Advisor for Seafarer” dibawakanolehpakarkeuangan, Thomas Mangu, yang memaparkanmateriperihalbagaimanapelautmembuatperencanaankeuangan yang baikdanterencana.
Perihal “Cyber Security Awareness Training” disampaikan oleh Angga Luthfi Eldrianto, Direktur PT EBU. Sedangkan “Seafarer Self-Motivation and Development” disampaikan oleh Capt. Dicky Eka Sukma, pelaut aktif yang kini berposisi sebagainakhoda di Anthony Veder.
Persaingan ketat
Menurut Angga Luthfi, kualitas sumber daya manusia yang memiliki kompetensi maritim akan sangat dibutuhkan di era industri 4.0 di sektor maritim. Persaingan tentunya akan semakin ketat. Oleh karena itu, diperlukan sikap untuk mau menerima, memanfaatkan dan mengoptimalkan kemajuan teknologi.
“Keberadaan usaha keagenan awak kapal sangatlah dibutuhkan guna membantu para pelaut kita mendapat kesempatan bekerja seluas-luasnya dan mampu bersaing di dunia,’’ tegasnya.
Materi-materi yang diberikan merupakan masalah aktual yang diberikan untuk meningkatkan mutu, kualitas dan kompetensi para pelaut Indonesia.
Tanggapan positif diberikan oleh peserta in-house training. Mereka berkomitmenuntuk mengimplementasikan saat bekerja diatas kapal dan membaginya kepada awak kapal yang lain.
Capt. Benny Van Houten, peserta dari Perusahaan Pelayaran Equinox mengakui, selama berkarier menjadiseorang pelaut hingga menjadi nakhoda, baru pertama kali ini dapat menghadiri in-house training, yang diselenggarakan oleh perusahaan pengawakan (Manning Agency), dengan materi yang sangat baik dan sesuai kebutuhan pelaut modern.
“Kegiatan yangdilakukan EBU dan KPI ini merupakan kontribusipositifuntuk pelaut Indonesia. Dan ini harusdijadikansebagai role model bagiperusahaanpengawakan yang lain,” ujarnya.
Terkait hal ini Angga menambahkan, EBU berkomitmen untuk selalu meningkatkan kualitas pelautnya. In-house training juga dapat digunakan sebagai sarana untuk saling bertukar pikiran antar pelaut karena mereka berasal dari Ship Owner atau Ship Manager yang berbeda, dengan jenis kapalnya yang berbeda juga.
“Sehingga satu sama lain dapat melengkapi untuk peningkatan kualitas beserta kompetensinya,” sambungnya. (Purwanto).