SURABAYA – MARITIM : Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (Indonesian National Shipowners’ Association/ INSA) menyatakan industri galangan kapal nasional memiliki kesulitan dalam membangun kapal dengan waktu yang singkat. Padahal, seringkali kontrak yang didapat anggota INSA berupa kontrak jangka pendek. Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP INSA mengatakan keterbatasan waktu tersebut membuat INSA memilih mendatangkan kapal dari luar negeri atau membeli kapal bekas.
Memberi penjelasan Rabu (28/08/2019) lalu, Ketum INSA yang akrab disapa Memey itu mengatakan: “Kalau ada proyek jangka panjang dan ada alokasi menunggu pembangunan kapalnya, dapat kami bikin di galangan kapal dalam negeri. Tetapi lalau kontraknya jangka pendek, akan sulit. Meskipun demikian, kami akan terus berupaya mendukung industri dalam negeri dengan melihat setiap potensi penggunaan galangan kapal nasional”.
Terkait masalah tersebut, Harjanto Direktur Jenderal Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian mengatakan guna memangkas waktu pembuatan kapal, pihaknya mulai mencanangkan standar desain yang akan menjadi panutan industri perkapalan domestik. Katanya: “Harus diakui, terdapat hambatan pada pembuatan kapal di masalah desain. Karenanya hal ini jadi salah satu yang dipersiapkan”.
Menurut Harjanto, Kemenperin juga telah menginisiasi usulan insentif penurunan tarif bea masuk komponen kapal melalui skema khusus, serta usulan tax holiday yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai stimulus peningkatan kinerja industri galangan kapal nasional. Dari sisi finansial, pemerintah akan upayakan dan mendorong agar kegiatan usaha sektor industri galangan kapal dapat dukungan dari perbankan/pembiayaan hingga peluang ekspansi bisnis pembangunan kapal akan kian terbuka lebar.
Bahan Baku Impor
Berdasar kenyataan belum berkembangnya industri penunjang pembangunan kapal yang 60%-nya harus diimpor, menyebabkan masih rendahnya daya saing galangan kapal. Wakil Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Anita Puji Utami mengakui bahwa daya saing industri galangan kapal dalam negeri masih relatif rendah. Meskipun kemampuan dalam membangun kapal sudah memadai. Penyebabnya karena belum berkembangnya industri penunjang di Indonesia. Selain itu, impor bahan baku yang masih cukup tinggi juga menjadi penyebab.
Anita menyampaikan, dari total bahan baku, 60% diperoleh dengan impor. Ungkapnya pada Rabu (28/08/2019) lalu: “Kami mengakui bahwa struktur industri galangan kapal nasional masih belum kuat karena belum didukung industri penunjang domestik hingga berakibat tetap ada ketergantungan impor bahan baku yang masih tinggi, hingga daya saing masih relatif rendah”.
Karena itu ia meminta agar pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian mendorong pertumbuhan industri penunjang di dalam negeri. Ujarnya: “Menurut penilaian saya, hal ini yang harus didorong terus menerus bagaimana investasi industri penunjang di Indonesia makin meningkat. Industri penunjang akan sangat kita kuasai, tergantung komitmen dan kerja sama yang baik antara pengguna jasa dengan industri tersebut”.
Selain itu, dia pun meminta Kementerian Perindustrian mendorong pelaku usaha pelayaran maupun pemerintah daerah untuk membangun kapal di dalam negeri alias tidak membeli kapal dari luar.
Memungkasi penjelasannya, Anita yang juga Direktur Utama PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia, galangan kapal yang bermarkas di Surabaya, mengatakan: “Salah satu yang kami usulkan perkembangan penggunaan kapal di Indonesia sudah mulai naik. Ini terbukti sudah adanya beberapa tender pembangunan kapal baru, walaupun pemerintah tak cukup punyai anggaran untuk pembangunan kapal, tetapi kami harap dari sektor industri swasta maupun pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan kapal dengan memanfaatkan galangan di dalam negeri. Sebagai contoh, Iperindo memiliki 195 anggota yang terdiri dari industri galangan kapal 116 anggota, industri penunjang dan bahan baku 71 anggota, industri biro klasifikasi 3 anggota, dan konsultan 5 anggota”. (Erick Arhadita)