BITUNG SULUT – MARITIM : Pada era kolonial tahun 1927, pahlawan nasional Gerungan Sail Samuel Jacob Ratulangi (GSSJ Ratulangi dengan sapaan akrab Sam) sempat menyiarkan hasil kajiannya, yang intinya berisi vedemacum politik nasionalostik. Ujarnya: “Kalau Indonesia sebagai negara yang kita cita-citakan ingin maju dan sejajar dengan bangsa dan negara lain, harus berani membuka gerbang ekonomi yang menghadap ke Samudera Pasifik”.
Mungkin karena adanya kesamaan visi pimpinan daerah Sulawesi Utara dengan mendiang politikus yang lahir di Tomohon 5 November 1890 itu, maka pada era milenial ini, dari bumi Minahasa muncul keinginan kuat untuk membangun pelabuhan pengumpul di Bitung, yang masuk dalam longkar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung-Lembeh (nama pulau ‘benteng’ pelabuhan utama di Sulawesi Utara).
Sejalan dengan itu, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)/Pelindo IV Farid Padang mengatakan, pasca pembangunan Pelabuhan Bitung selesai maka akan menjadi hub perdagangan antarnegara dengan empat tujuan ekspor komoditi di Sulawesi dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Jelas Farid di Makassar beberapa hari lalu: “Rencananya akan dibuka dua rute dengan Shipping Line, yakni rute Davao dan Vietnam. Juga rute Tanjung Peleepas, Hongkong dan Papua Nugini dengan menjadikan Pelabuhan Bitung sebagai Hub”.
Dikatakan pula, bahwa Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara itu akan didukung oleh beberapa pelabuhan feeder, pengumpan dibawah kelolaan Pelindo IV, seperti Pelabuhan Gorontalo, Ternate dan Ambon. Sementara itu, terkait persiapan rute Bitung – Davao untuk program ekspor langsung, pihaknya bersama pemerintah daerah akan segera menyiapkan komoditas unggulan yaitu kelapa dan ikan.
Menurut Dirut Pelindo IV, program itu dilakukan untuk tetap menjaga konsolidasi kargo agar program ekspor antarnegara dapat berkelanjutan dan berdampak pada masuknya barang kebutuhan rumah tangga dan elektronik yang langsung dapat diperoleh di Sulut dengan adanya bukaan rute baru tersebut, hingga inflasi daerah akan dapat terkendali. Lebih jauh dikatakan, yang tak kalah penting juga adalah sinergi antara Pemerintah Daerah dan BUMN dalam mendukung program pemerintah terkait meningkatkan devisa ekspor agar neraca perdagangan dapat terkendali.
Selain hal tersebut, masih menurut Farid Padang, pengembangan pelabuhan itu dimaksud untuk mendukung peningkatan ekspor, memasuki era industri 4.0, PT Pelindo IV juga ikut melebarkan sayap dengan merambah bisnis lain melalui dukungan terhadap program pariwisata daerah yang terintegrasi. Di Sulut, PT Pelindo IV berencana membangun Manado Marine Bay (MMB) yang berada dalam kawasan wisata Taman Laut Bunaken. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan ke wilayah paling utara di Pulau Sulawesi ini bulan lalu.
Dirut Pelindo IV juga berencana melakukan percepatan pembangunan terkait pariwisata yang akan dilakukan terintegrasi dengan pusat, dengan menghubungkan MMB maupun terminal penumpang di Pelabuhan Bitung serta Bandar Udara Sam Ratulangi yang juga sudah membuka beberapa rute penerbangan Internasional. Ujarnya: “Hal ini tentu akan meningkatkan devisa daerah dari segi pariwisata karena jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik diperkirakan akan bertambah”.
Guna menguatkan komitmen itu, Dirut PT Pelindo IV dan Gubernur Sulut telah berkenan menandatangani nota kesepahaman pada tanggal 12 Juli 2019. Kedua pihak sepakat untuk bersinergi dalam memajukan perdagangan dan industrialisasi di Sulut maupun KTI dalam mengantisipasi era industri 4.0. Pungkas Farid Padang: “Untuk mendukung itu, tentu akan dilengkapai dengan Sistem Teknologi Informasi yang baik”. (Lies/Kti/Maritim)