JAKARTA – MARITIM : Perseroan Terbatas (PT) Kereta Api Logistik (Kalog), untuk tahun 2019 ini menetapkan target pendapatan usaha sebesar Rp1,1 triliun, atau 18,5% lebih tinggi dibanding realisasi pendapatan 2018 yang mencapai Rp928,5 miliar. Tetapi besaran target tersebut masih di bawah kenaikan dari tahun 2017 yang tercatat sebesar 27%. Ujar Hendy Helmy, Pelaksana Tugas PT KA Logistik di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, akhir pekan lalu menjelaskan: “Karena tahun ini kami sedang melakukan konsolidasi, maka kami hanya memasang target pendapatan sebesar Rp1,1 triliun sebagai target dasar”.
Ia berharap perubahan sistem organisasi di perseroan mampu menggenjot pendapatan hingga Rp1,5 triliun. Kendati belum mematok target tinggi disebabkan rencana-rencana bisnis itu masih dalam tahap penjajakan. Katanya: “Kami pasang target Rp1,1 triliun dulu, tidak lebih rendah dari tahun lalu lah.”
Adapun konsolidasi organisasi yang dimaksud Hendy adalah perubahan konsep bisnis dan keorganisasian yang akan berfokus kepada proses bisnis. Dulu, model pengembangan seperti ini sudah dilakukan. Hanya saja, ia mengatakan ada bisnis-bisnis baru yang mesti dihidupkan kembali.
Bisnis yang akan dikembangkan misalnya layanan terminal. Ungkap Hendy: “Kami memiliki lahan cukup luas tetapi belum dioptimalkan, hingga selama ini menjadi bagian pendukung. Ke depan, layanan itu juga akan jadi bisnis dasar. Untuk terminal akan dapat dikembangkan sebagai entitas bisnis tersendiri yang menguntungkan. Karenanya, kami membuat organisasi yang tak hanya fokus ke angkutan, tapi juga diperluas pada gudang terminal dan lainnya”.
Menurut Hendy, dalam satu dekade pendirian PT KA Logistik, perseroan telah sediakan konektivitas layanan KA pengangkut petikemas hingga ke pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Mas, serta kawasan industri melalui Klari. KA Logistik juga sudah layani angkutan limbah.
Melansir data Antara, PT KA Logistik tercatat mengalami pertumbuhan rerata 18,8% setiap tahun dan pertumbuhan ini akan terus terjaga hingga lima tahun ke depan. Pertumbuhan yang sangat positif itu tetap terjadi walaupun masih banyak kendala yang belum teratasi. Salah satu kendalanya adalah dominasi barang masih satu arah, yakni Jakarta ke Surabaya telah mampu mencapai kapasitas penuh. Sementara dari arah Surabaya ke Jakarta hanya terisi 20-40% dari kapasitas armada.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulmafendi mengatakan peran kereta api dalam angkutan barang masih sangat kecil, yakni hanya satu% dari total pengangkutan. Sebesar 90% pengangkutan, masih dilakukan memakai truk, namun pertumbuhan volume barang yang diangkut tiap tahun terus meningkat. Jika pada 2016 volume barang hanya 32,49 juta ton, tahun 2017 meningkat menjadi 40 juta ton, dan tahun 2018 naik lagi menjadi 45,2 juta ton.
Pungkasnya: “Ada banyak kelebihan yang didapat dengan angkutan kereta api. Misalnya kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, efisien, emisi gas buang yang rendah, dan keamanan. Namun harus diakui pengangkutan dengan kereta barang juga mempunyai kekurangan, seperti belum adanya layanan dari pintu ke pintu hingga biaya penanganan lebih mahal dibanding moda angkutan memakai truk”. (Erick Arhadita)