JAKARTA – MARITIM : Sebagian besar minyak sawit digunakan oleh industri pangan dengan proporsi 95%. Industri pangan menggunakan minyak sawit sebagai campuran bahan baku untuk memproduksi Vanasphati Ghee (VG).
VG adalah minyak atau lemak makan dengan tekstur semi solid berupa suspensi yang terbuat dari minyak nabati yang telah mengalami proses penyulingan, pemutihan, deodorisasi dan hidrogenasi. VG yang berasal dari minyak sawit tidak melalui proses hidrogenasi, mempunyai titik lelah yang ideal pada suhu di atas suhu ruang dan bercita rasa lemak hewan melalui penambahan penyedap.
Tim Riset PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute) menyatakan, VG berbasis minyak sawit memiliki keunggulan dari segi harga yakni lebih murah sehingga affordable dan dapat di akses oleh seluruh masyarakat Pakistan khususnya kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah.
Selain industri VG, industri pangan Pakistan lainnya yang menggunakan minyak sawit adalah industri margarin, industri minyak goreng, industri shortening dan industri susu. Sedangkan industri non pangan yang menggunakan minyak sawit adalah industri sabun.
Konsumsi minyak cottonseed, minyak rapeseed, minyak biji bunga matahari dan minyak kedelai juga mengalami peningkatan. Namun pangsa konsumsi mengalami penurunan selama periode 1980-2018.
Pangsa konsumsi minyak cottonseed menurun dari 22% jadi 10%, pangsa minyak rapeseed menurun dari 12% jadi 8%, pangsa minyak kedelai menurun dari 32% jadi 11%. Sedangkan pangsa minyak bijih bunga matahari relatif stabil yakni hanya sebesar 1-2%. Penurunan pangsa konsumsi keempat minyak nabati tersebut sebagai implikasi dari peningkatan pangsa konsumsi minyak sawit di Pakistan.
Dominasi minyak sawit di pasar Pakistan juga menimbulkan kompetisi yang ditunjukkan dengan adanya kebijakan yang dinilai diskriminatif terhadap minyak sawit. Punjab Food Authority (PFA) Oktober 2017, mengeluarkan rekomendasi kebijakan terkait aturan pelarangan konsumsi VG berbasis minyak sawit karena alasan kesehatan.
Kebijakan tersebut tidak berdampak terhadap konsumsi minyak sawit yang tetap mengalami peningkatan sebesar 100 ribu ton tahun 2017-2018. Kebijakan tersebut juga berdampak pada peningkatan konsumsi minyak kedelai sebesar 36 ribu ton. Hal ini karena konsumen khususnya pada kelompok masyarakat dengan pendapatan tinggi terpengaruh terhadap rekomendasi PFA dan beralih dari konsumsi palm based hydrogenated oils jadi oilseed-based soft oil seperti minyak kedelai (USDA-2019a).
Pakistan merupakan salah satu negara yang menempati posisi kedelapan sebagai konsumen minyak nabati terbesar di dunia, setelah China, Uni Eropa, India, Amerika Serikat, Indonesia, Brazil dan Malaysia (USDA-2019b).
Konsumsi minyak nabati Pakistan mencapai 4.64 juta ton pada 2018 bahkan diperkirakan meningkat hingga mencapai 5 juta ton pada 2019. Besarnya konsumsi minyak nabati Pakistan karena besarnya populasi penduduk yang mencapai 212 juta jiwa pada 2018 (Worldbank-2019) dan meningkatnya pendapatan sehingga bertambahnya kelompok masyarakat middle income.
Sementara produksi minyak nabati Pakistan hanya sebesar 1.3 juta ton pada 2018 (USDA-2019a). Besarnya gap antara produksi dan konsumsi menunjukkan bahwa tingginya ketergantungan Pakistan terhadap minyak nabati impor.
Impor yang besar dan terus meningkat tidak hanya dipengaruhi karena besarnya konsumsi, besarnya impor juga dipengaruhi oleh harga minyak nabati. Artinya semakin kompetitif harga minyak nabati tersebut maka impor akan meningkat. Minyak nabati yang banyak diimpor oleh Pakistan adalah minyak kedelai dan minyak sawit, dimana kedua minyak nabati tersebut juga merupakan minyak nabati utama yang dikonsumsi oleh masyarakat Pakistan.
Dilihat proporsinya, minyak sawit mendominasi impor minyak nabati Pakistan. Hal ini karena minyak sawit digunakan oleh industri pangan Pakistan sebagai bahan baku untuk memproduksi VG.
Pada 2017, pemerintah Pakistan melalui PFA mengeluarkan rekomendasi pelarangan penggunaan VG yang berasal dari minyak sawit karena alasan kesehatan. Meskipun rekomendasi kebijakan pelarangan tersebut dikeluarkan, namun tidak berimplikasi terhadap penurunan impor dan konsumsi minyak sawit di Pakistan. (Jum)