SINGARAJA – MARITIM : Setelah penantian yang cukup lama, kini masyarakat Kabupaten Buleleng mulai merasa lega, karena pada pekan mendatang ini, Gubernur Bali Wayan Koster akan menerbitkan penetapan lokasi (Penlok) pembangunan Bandar Udara Internasional Bali Utara.
Tetapi antian dumun, tunggu dulu, ujar sebagian warga masyarajat Den Bukit, sebelah utara gunung, yang dikenal memiliki karakter lugas serta berbicara “ceplas-ceplos”. Sebab, kendati Penlok sudah keluar, bukan berarti bandara baru akan langsung dibangun. Sebab, Gubernur Bali akan membangun akses jalan lebih dulu, agar bandara di Kecamatan Kubutambahan itu mudah dikunjungi, hingga tak sepi seperti “tempat menunggu burung berkicau”.
Putu Agus Suradnyana Bupati Buleleng, tatkala diminta konfirmasi beberapa waktu lalu mengatakan, pembangunan jalan pintas (shortcut) Singaraja-Mengwitani yang sudah mulai dikerjakan, dinilai kedepannya nanti belum lagi cukup untuk jadi pendukung keberadaan Bandara Balu Utara. Ungkap Bupati Buleleng: “Gubernur Bali masih mempertimbangkan apakah akan membangun infrastruktur rel kereta api atau jalan tol yang dikombinasikan dengan jalan umum, dari jalur Gianyar-Bangli-Kubutambahan agar lalu lintas dari Bali Selatan menuju Bali Utara dapat lebih cepat.
Berdasar sisi perencanaan, bandara di Kubutambahan mulai dibangun pada tahun 2024.
Terang Bupati Buleleng lebih lanbjut: “Kalau semua akses jalan ke bandara dibangun sebagai jalan tol, hal itu tak dapat memberi kontribusi ke daerah dan merusak daerah resapan air. Sementara itu, kalau dari sisi ketepatan waktu tempih, maka moda angkutan kereta api dapat jadi pilihan terbaik”.
Biaya Besar
Terkait dengan biaya sangat besar untuk pembanguan fisik bandara, Bupati Buleleng yang sering disapa dengan akronim PAS (dari potongan huruf Putu, Agus dan Suradnyana) menjelaskan: “Ada dua kemungkinan, yaitu akan diajukan ke pemerintah pusat agar masuk ke program strategis nasional, atau joint-operation antar pihak BUMN, dengan melibatkan PT Angkasa Pura dan kontraktornya. Untuk itu, masih dilakukan perhitungan berbagai kemungkinannya”.
Bupati Buleleng juga mengatakan, dalam rapat membahas lokasi dan Rencana Induk Bandara Bali Utara di Jakarta, Kamis lalu, ada sejumlah masukan yang diberikan para stakeholder terkait desain bandara. Antara lain masalah navigasi, apron dan panjang landasan pacu yang harus dibangun.
Masukan itu akan disusun master plannya oleh Kementerian Perhubungan RI. Ujar Bupati: “Ketika membuat Penlok, dasarnya adalah master plan yang menyangkut luasan pola aktivitas dari kebandaraan dan pertimbangan teknis keberadaan bandara. Direncanakan pekan depan sudah ada Penlok”.
Tiga Tahap
Lebih jauh, Bupati Buleleng menjelaskan, pembangunan bandara terbagi dalam tiga tahap.
Pada tahap pertama, pembangunan dimulai pada 2024-2028 dengan panjang runway 2.700 meter dan lebar 45 meter.
Pada tahap kedua dibangun 2029-2038, panjang runway sudah di angka tiga ribuan meter. Dan tahap ketiga runway diperpanjang hingga 3.400 meter. Seperti diketahui, saat ini banyak pesawat udara dari luar negeri yang tidak mendapat slot di bandara Ngurah Rai. Karenanya bandara di Buleleng ini akan dapat menjadi alternatip pendaratan pesawat-pesawat itu. Terlebih nanti bila panjang landasan sudah mencapai 3.400 meter, yang akan berperan dalam meningkatkan pariwisata di Bali khususnya Buleleng.
Sebelumnya, pada bulan September lalu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana juga mengikuti rapat membahas pembangunan bandara Bali Utara dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Dalam rapat itu, Menhub minta agar pemerintah daerah bangun akses jalan menuju ke lokasi bandara di Kubutambahan terlebih dahulu. Rencananya, pemerintah membangun jalan penghubung dari wilayah Gianyar menuju ke Bangli, Belantih sampai di Kubutambahan. (Adit/Dps/Maritim)