BDI Jakarta Lakukan Kick-Off Diklat 3 in 1 Pertama Tahun 2020

Kepala BPSDMI Kemenperin Eko SA Cahyanto foto bersama peserta diklat. Tampak mendampingi Ses BPSDMI Yulia Astuti, Kapusdiklat Industri Jonni Afrizon, Ketua Umum API Ade Sudrajat, Kepala BDI Jakarta Hendro Kuswanto dan para pihak terkait
Kepala BPSDMI Kemenperin Eko SA Cahyanto foto bersama peserta diklat. Tampak mendampingi Ses BPSDMI Yulia Astuti, Kapusdiklat Industri Jonni Afrizon, Ketua Umum API Ade Sudrajat, Kepala BDI Jakarta Hendro Kuswanto dan para pihak terkait

JAKARTA – MARITIM : Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko SA Cahyanto, membuka secara resmi ‘Diklat 3 in 1 Operator Mesin Industri Garmen Berbasis Kompetensi Angkatan 1, 2 dan 3 tahun 2020’.
Kick-off dilakukan Senin (20/1), di Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta, yang selanjutnya ditutup dengan penandatanganan MoU antara Kepala BDI Jakarta Hendro Kuswanto dan Adi Priatna dari PT Harapan Global Aparel. Tentang penempatan tenaga kerja setelah mengikuti pelatihan.
Kepala BPSDMI, Eko SA Cahyanto, mengatakan terdapat 3 pilar utama untuk mendorong pertumbuhan industri nasional. Yaitu, investasi, teknologi dan SDM. Ketersediaan SDM industri yang kompeten akan mendrong peningkatan produktivitas dan menjadikan industri lebih berdaya saing.
“Karena itu, pembangunan tenaga kerja industri dilakukan oleh Kemenperin untuk seluruh sektor industri manufaktur, khususnya industri prioritas dan industri padat karya. Yang salah satunya adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),” ujarnya.
Pasalnya, industri TPT memiliki peran yang cukup strategis dalam proses industrialisasi. Karena produk yang dihasilkan mulai dari bahan baku (serat) sampai dengan barang konsumsi (pakaian jadi dan barang jadi) mempunyai keterkaitan antara industri dengan sektor industri lainnya.
Eko menilai, saat ini TPT nasional menghadapi beberapa permasalahan antara lain belum memadainya SDM industri yang kompeten, demikian juga pengenaan PPn untuk bahan baku kapas yang masih bergantung pada impor. Ditambah dengan industri pendukung yang kurang berkembang, stagnasi ekspor, impor produk tekstil illegal serta permasalahan harga gas dan listrik pada industri hulu tekstil (pembuatan serat).
Untuk mengatasi berbagai pemasalahan tersebut, sambungnya, Kemenperin telah mengambil beberapa langkah kebijakan. Seperti penguatan pendidikan vokasi untuk penyediaan SDM industri TPT kompeten, menyiapkan regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor, yang akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal serta mengembangkan kerja sama dengan pasar non tradisional untuk memperluas ekspor.
Eko mengutarakan, pada pertengahan tahun ini pemerintah akan kedatangan investor dari berbagai negara, yang bergerak di bidang industri TPT. Total nilainya mencapai US$500 juta dan akan membutuhkan tenaga kerja sedkitnya 200 ribu orang. Negara itu adalah Jepang dan China.
Diklat 3 in 1
Di kesempatan sama, Kepala BDI Jakarta, Hendro Kuswanto, menjelaskan BDI Jakarta sejak tahun 2014 melalui program diklat 3 in 1 telah melatih tenaga kerja industri sebanyak 30 ribu orang. Dengan lulusan terbanyak di program pelatihan menjahit.
Setelah ini pihaknya akan melaksanakan pelatihan-pelatihan lainnya sesuai permintaan industri seperti Diklat Operator Tekstil, Diklat Quality Control bidang Tekstil dan Garmen, Diklat Supervisor bidang Tekstil dan Garmen dan Diklat Mekanik Mesin Industri. Yang lain Diklat Membatik, Diklat Pembuatan Pola Manual dan Komputer serta Diklat Desain Fashion.
Peserta Diklat angkatan 1, 2 dan 3 di awal tahun2020 ini berjumlah 304 orang dan berasal dari berbagai daerah serta kota.
“Pada akhir diklat akan diadakan uji kompetensi oleh LSP BDI Jakarta. Bagi yang kompeten akan diberkan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Di samping itu, setelah mengikuti pelatihan peserta akan ditempatkan bekerja di beberapa perusahaan,” ungkap Hendro. (Muhammad Raya)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *