Akibat terjadinya peningkatan jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) di dalam kapal pesiar ‘Diamond Princess’ yang tengah dikarantina di lepas pantai Jepang berujung menyulut kekhawatiran juga kemarahan di antara ribuan penumpang.
Seperti dilansir Bloomberg, Kamis (13/2/2020), jumlah kasus terinfeksi virus corona di dalam kapal milik Carnival Corp. itu kini mencapai 218 orang. Sebanyak 44 kasus baru diumumkan pada Kamis, 33 orang di antaranya berusia sekitar 80 tahun. Dengan meningkatnya jumlah kasus, merebak kekhawatiran bahwa langkah karantina justru memungkinkan penyebaran virus corona di dalam kapal, alih-alih menjadi upaya keselamatan para penumpang.
Sejumlah penumpang telah memanggil pengacara yang kemudian menghubungi John H. Hickey, seorang pengacara di Florida yang memiliki spesialisasi dalam hukum kelautan dan kapal pesiar.
Dia mengatakan operator kapal perlu melakukan lebih banyak dan menguji semua penumpang, serta bekerja sama dengan pihak otoritas untuk mengeluarkan baik penumpang yang sakit maupun sehat dari dalam kapal sesegera mungkin.
Beberapa penumpang kapal pesiar dan keluarga mereka – yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara lain serta Jepang – mendesak agar mereka diizinkan turun dari kapal. Tanggal akhir tentatif untuk karantina ini telah ditetapkan pada 19 Februari.
Penumpang diizinkan keluar dari kamar mereka, sebagian di antaranya tidak memiliki jendela, dalam grup-grup kecil untuk berolahraga di udara terbuka. Ujar Stanley Deresinski, pakar penyakit menular di Stanford University: “Karantina ini berjalan untuk menjaga agar virus tersebut tetap berada di luar Jepang, jelas [manfaat] karantina itu tidak bekerja di dalam kapal,.
“Dengan tingkat infeksi ini, sangat mungkin ada transmisi yang sedang berlangsung,”.
Jepang berencana untuk memindahkan penumpang yang telah dites negatif terinfeksi virus corona dari kapal pesiar itu mulai Jumat (14/2/2020) ke tempat yang disetujui oleh pemerintah. Tindakan ini kemungkinan masih akan membuat mereka tetap terisolasi dari masyarakat umum.
Tutur kementerian kesehatan Jepang dalam sebuah pernyataan “Kami telah menghambat infeksi di dalam kapal, dengan menurunkan mereka yang dites positif dan membawanya ke fasilitas medis untuk perawatan” .
Karena minimnya kapasitas untuk melakukan tes pada ribuan penumpang dan awak sekaligus, pemerintah Jepang tengah berupaya untuk mengatasi krisis yang telah membuat ‘Diamond Princess’ dikarantina sejak 5 Februari di Yokohama, hanya 26 kilometer dari pusat Tokyo.
Sementara itu, para ahli mengatakan perlu dilakukan lebih banyak tes untuk melindungi mereka yang ada di dalam kapal. Hingga Kamis (13/2) lalu, tercatat sekitar 3.500 penumpang masuk dalam karantina kapal pesiar itu dan kira-kira 200 orang di antaranya berusia di atas 80 tahun.
Wabah virus ini sendiri telah menewaskan lebih dari 1.300 orang di seluruh dunia sejak pertama kali dilaporkan di provinsi Hubei, China, pada Desember 2019. (RX/Maritim)