JAKARTA–MARITIM : Perkembangan harga komoditas pada awal 2020, tepatnya Februari mengalami kenaikan, yang sesuai pantauan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi di 90 kota, menyebabkan terjadi inflasi 0,28 persen. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2019 terjadi deflasi -0,08 persen sedangkan dibandingkan periode Januari 2020 lebih rendah yang mencapai 0,32 persen.
Hal tersebut diungkapkan,
Yunita Rusanti, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, pada pemaparan perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi, di Kantor Pusat BPS, Senin (2/3).
Menurut Yunita, dari 90 kota terpantau Indeks Harga Konsumen (IHK) 73 kota mengalami inflasi dan tertinggi terjadi di Sintang sebesar 1,21 persen dan terendah di Pare-Pare 0,02 persen. Ini terjadi, karena adanya kenaikan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran diantaranya makanan, minuman, pakaian, air, listrik, peralatan rumah tangga, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Untuk kelompok makanan misalnya, yang mengalami kenaikan beras, daging ayam ras, kentang, bawang bombay, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng serta lainnya.
Lebih jauh tentang inflasi ia menjelaskan, makanan dan minuman serta tembakau pada Februari 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,95 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 105,89 persen menjadi 106,90 persen. Untuk kelompok ini, ada satu yang mengalami deflasi, yaitu minuman yang tidak beralkohol. Sedangkan kelompok yang memberikan sumbangan inflasi masing-masing cabai merah 0,06 persen, bawang putih 0,09 persen, daging ayam ras dan jeruk masing-masing 0,02 persen.
Begitu juga dengan alas kaki dan pakaian, pada Februari 2020 mengalami inflasi 0,21 persen untuk pakaian dan 0,24 persen. Kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen. Untuk kelompok listrik, air dan bahan bakar rumah tangga, terjadi kenaikan indeks dari 102,61 persen menjadi 102,70 persen. Dalam hal ini, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang menyumbangkan inflasi tertinggi, yaitu 0,11 persen.(Rabiatun)