JAKARTA – MARITIM : Kementerian Perhubungan menjalin kerja sama dengan pemerintah Belanda terkait dengan investasi pada proyek-proyek infrastruktur transportasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan penandatanganan pernyataan bersama dengan Menteri Infrastruktur dan Manajemen Air Negara Belanda Cora van Nieuwenhuize. Jelasanya : “Kami tawarkan kepada pihak swasta di Belanda untuk ikut berinvestasi pada proyek-proyek infrastruktur di Indonesia melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU)”.
Melalui penandatanganan pernyataan bersama ini, kedua menteri sepakat untuk meningkatkan kerja sama transportasi meliputi teknologi transportasi, sistem transport intelligent, keamanan dan keselamatan transportasi dan proyek infrastruktur di bidang transportasi darat, transportasi sungai, danau dan penyeberangan, laut, udara, perkeretaapian, penelitian dan pengembangan serta pengembangan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia perhubungan.Budi menuturkan beberapa proyek infrastruktur yang dapat dikerjasamakan yaitu terkait dengan pengembangan sistem transportasi yang cerdas dan ramah lingkungan di ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Selain itu, terdapat proyek pengembangan pelabuhan di Ambon yang diproyeksikan menjadi pusat industri perikanan bagi wilayah Maluku.
Pada kesempatan tersebut, kedua negara menandatangani Letter of Intent antara Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) dengan CEO Innovam Belanda, yang merupakan lembaga yang bergerak di bidang pelatihan dan pemagangan tenaga terampil otomotif bertaraf internasional yang berpusat di Belanda.Tujuannya, untuk meningkatkan pengembangan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia perhubungan melalui pendidikan dan pelatihan otomotif.
3 Kerja Sama
Secara terpisah, PT Len Industri turut ambil bagian menandatangani tiga kesepakatan kerja sama Indonesia dengan Kerajaan Belanda, yang langsung disaksikan Raja Willem Alexander dan Menteri Koordinator Bidang Kelautan dan Investasi Luhut Panjaitan, Selasa (10/3/2020) malam di Jakarta.
Pertama, adalah penandatanganan kontrak modernisasi KRI Usman Harun (359) MRLF Bung Tomo Class antara PT Len Industri dan Thales.Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Operasi II Len Industri Adi Sufiadi Yusuf dan Sales Director Asia Thales, H.J.G. Van Kimmenaede.
Pelibatan industri lokal seperti ini sesuai dengan ambisi pemerintah Indonesia agar industri pertahanan dalam negeri bisa lebih mandiri.
“Len Industri sangat berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Pertahanan dan TNI AL. Kami ingin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keunggulan TNI dalam menjaga kedaulatan negara. Di bidang (elektronika pertahanan) command & control, kami telah berhasil menyuplai maritime surveillance system dan tactical datalink yang sudah beroperasi dengan baik. Khusus dalam manajemen tempur, Len Industri telah berhasil melakukan memodernisasi sistem manajemen tempur di delapan unit KRI milik Angkatan Laut Indonesia,” ucap Zakky Gamal Yasin, Direktur Utama Len Industri, dalam siaran persnya, Rabu (11/3/2020).
Kedua, PT Len Industri menandatangani MoU (Memorandum of understanding) dengan PT Pertamina (Persero) dan HyET Solar BV Belanda tentang pilot project PV Fleksibel thin-film di SPBU Pertamina.
Dan yang ketiga, penandatanganan MoU antara Rohill Engineering B.V, PT Simoco Indonesia, dan PT Len Industri tentang lokalisasi Radio TETRA di Indonesia. Radio TETRA sebelumnya sudah diimplementasikan dalam sistem telekomunikasi pada pembangunan LRT Jakarta Fase I Velodrome-Kelapa Gading.
Lebih jauh, meski sudah berusia lebih dari 15 tahun, KRI Usman-Harun dinilai masih dalam kondisi sangat baik, namun mission system-nya sudah usang. Dalam ruang lingkup MLM (Mid Life Modernization), Len Industri dan Thales akan memasang TACTICOS Combat Management System, Radar pengawasan udara dan permukaan SMART-S Mk2, Radar STIR EO Mk2 dan Sistem kontrol penembakan EO, serta Vigile Mk2 tactical multi-purpose R-ESM system.
“Kontrak ini menggaris bawahi hubungan yang sangat baik antara Republik Indonesia, PT Len Industri, dan Thales.Program ini akan memberikan kontribusi besar pada kemandirian industri pertahanan Indonesia dan meletakkan dasar yang kuat untuk kontrak Angkatan Laut di masa mendatang, baik untuk (kapal) baru maupun modernisasi,” kata Thales Country Director di Indonesia Erik-Jan Raatgerink.
Dengan modernisasi ini, KRI Usman-Harun akan selevel dengan kecanggihan kapal kelas frigates Martadinata yang baru, tanpa harus membangun kapal perang dari awal. Program ini dapat memperpanjang waktu hidup kapal dan meningkatkan kemampuan Angkatan Laut dengan biaya lebih efektif.Untuk melindungi kedaulatan wilayah laut Republik Indonesia, TNI Angkatan Laut harus memastikan MRLF (Multi-Role Light Frigate) KRI Usman-Harun dapat beroperasi penuh dan mampu menanggulangi kemungkinan ancaman terbaru. Program modernisasi dijadwalkan akan selesai pada paruh kedua tahun 2023.Platform kapal sering kali memiliki siklus hidup yang panjang dan dalam banyak kasus terdapat manfaat besar untuk memodernisasi mission system agar dapat memfasilitasi pengembangan manajemen tempur dan sensor terbaru. (Team Liputan)