JAKARTA – MARITIM : Pandemi Covid-19 sejak awal 2020, tidak menghalangi para pelaku bisnis, diantaranya PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah untuk tetap beraktivitas. Ini telah mengantarkan BNI Syariah pada kinerja keuangan kuartal I tahun 2020 berhasil mencatat laba bersih Rp214 miliar, dengan aset perusahaan Rp51,13 triliun meningkat 16,2 persen dari 2019 yang Rp44 triliun, dengan modal inti diatas Rp 5 triliun.
Dengan nilai aset dan kinerja positif yang dicapai BNI Syariah, sejak kuartal I – 2020 menurut Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, perusahaan yang dipimpinnya kini sudah naik kelas dan tercatat sebagai bank syariah buku III. Dengan masuknya BNI Syariah menjadi bank buku III, otomatis mendongkrak rankingnya menjadi kedua, setelah Bank Syariah Mandiri.
“Masuknya BNI Syariah menjadi bank kelas ke buku III ini, setelah pemegang saham melakukan setoran modal inbreng sebesar Rp 255 miliar dan BNI Syariah mencetak laba bersih Rp214,01 miliar pada triwulan I 2020, naik 58 persen dibandingkan periode sama 2019 sebesar Rp135,35 miliar,”tutur Firman dalam konferensi pers virtual Kinerja Triwulan I 2020, Kamis (28/5).
Dengan masuknya BNI Syariah kedalam buku III, lanjut Firman, pihak manajemen akan lebih leluasa melayani nasabah, baik domestik maupun internasional dalam bertransaksi, diantaranya pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia. Ini tentu saja, BNI Syariah berpeluang untuk meningkatkan market share yang saat ini sudah mencapai 9,86persen, dari tahun 2019.
Lebih tentang kinerja , Firman mengatakan, dengan pertumbuhan laba yang positif, rasio profitabilitas BNI Syariah pun meningkat ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) secara signifikan dari 12,79 persen di triwulan I tahun 2019 menjadi 17,95 persen di triwulan I tahun 2020. Sementara itu, rasio ROA (Return on Asset) juga naik dari 1,66 persen di triwulan I tahun 2019 menjadi 2,24 persen di triwulan I tahun 2020.
Begitu juga dengan Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dari Rp38,48 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp44,86 triliun pada kuartal I 2020. Tercatat pada periode Januari-Maret 2020, tabungan senilai Rp20,25 triliun, deposito Rp15,72 triliun, dan giro Rp8,89 triliun.Ini memperlihatkan bahwa ditengah pandemi covod-19, BNI Syariah, masih bisa meningkatkan DPK yang didominasi oleh dana murah berakad Wadiah.
Begitu juga dengan pembiayaan, yang pada pandemi covid-19 ini masih juga dilayani dibeberapa caunter, sesuai aturan kesehatan oleh Pemerintah. Sehingga menurut Firman, pembiayaan naik 9,8 persen dari Rp29,44 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp32,33 triliun pada kuartal I 2020.
“Komposisi pembiayaan produktif BNI Syariah mendominasi dengan porsi 51,4 persen atau sedikit lebih tinggi dari pembiayaan konsumtif 48,6 persen,”ujarnya seraya menambahkan, pembiayaan konsumtif hingga kini masih menjadi tulang punggung BNI Syariah.
Ia mengaku, dalam menjalankan bisnis, BNI Syariah didukung oleh kuatnya sinergi dengan BNI Group, berfokus pada segmen pembiayaan dengan risiko yang terkendali, melakukan efisiensi biaya operasional, dan berfokus pada Halal Ecosystem.
Dari sisi bisnis, BNI Syariah pada triwulan I tahun 2020 telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp32,33 triliun, naik 9,80 persen dari posisi yang sama tahun 2019 sebesar Rp29,44 triliun. Komposisi Pembiayaan terbesar disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp15,71 triliun (48,6 persen); segmen komersial sebesar Rp8,01 triliun (24,78 persen); segmen kecil dan menengah sebesar Rp6,69 triliun atau 20,68 persen. (Rabiatun)