Kemenhub Gelar Table Top Exercise, jelang National Marpolex 2020

LAMPUNG–MARITIM : Kementerian Perhubungan menggelar Table Top Exercise berlangsung di Hotel Novotel Lampung, Sabtu (28/11)

bersama seluruh unsur yang terlibat, jelang pelaksanaan Latihan Nasional Penanggulangan Tumpahan Minyak di Lampung Tahun 2020 (National Marpolex 2020) yang akan diselenggarakan pada Senin (30/11).

Read More

Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, Ahmad mengatakan, kegiatan Table Top Exercise ini merupakan salah satu rangkaian persiapan, yang dilakukan sebelum Marpolex dilaksanakan. Marpolex 2020 merupakan latihan Skala Nasional ke-15, yang rencananya melibatkan 14 kapal, peralatan penanggulangan tumpahan minyak serta diikuti 500 personil dari Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup, TNI-AL, Polda Lampung, SKK MIGAS Pemerintah Kota Lampung, Kantor Kesehatan Pelabuhan Lampung, PT. Pertamina, PT. Pelindo II Cabang Panjang, Tersus/TUKS wilayah Lampung dan stakeholder lainnya.

Adapun seluruh kapal yang akan terlibat, kata Ahmad, diantaranya KN. Trisula, KN. Kalimasada, KN. Chundamani, KN. Jembio, KN. 336, RIB Basarnas 1, RIB Trisula, TB. Leopard, TB. Legundi 3, armada Kantor Kesehatan Pelabuhan, MT. Pasaman, Searider AL, KP. Polair dan RIB Pertamina.

Sementara itu, langsung dari lokasi kegiatan Table Top Exercise ini, Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai yang diwakili oleh Kasubdit Penanggulangan Musibah dan Pekerjaan Bawah Air, Een Nuraini Saidah, mengatakan bahwa latihan Nasional Penanggulangan Tumpahan Minyak Tahun 2020 ini bertujuan, untuk menguji coba dan mengevaluasi prosedur penanggulangan tumpahan minyak serta menguji coba dan mengevaluasi kemampuan dalam penanggulangan tumpahan minyak.

“Selain itu, pelaksanaan latihan ini juga untuk melatih personil dalam perencanaan, komando dan pengendalian dalam satu operasi integrasi,” ujar Een pada acara Table Top Exercise Marpolex 2020.

Een menjelaskan, skenario latihan yang akan dilaksanakan pada Marpolex Nasional 2020 di Lampung. Pertama, VTS Panjang pada pukul 07.30 WIB menerima informasi dari kapal MT. SS yang berlayar dari perairan Australia melewati jalur TSS Selat Sunda. Kapal MT. SS mengalami kerusakan mesin dan hanyut mengarah ke Pelabuhan Panjang, pada saat yang bersamaan kapal MT. Pertamina dari Tersus Pertamina Panjang menuju Pelabuhan Banten.

Selanjutnya, pada posisi koordinat 05028’20” LS 105018’15” BT terjadi tubrukan antara MT.SS dengan MT. Pertamina yang mengakibatkan kapal MT. Pertamina mengalami kebocoran pada lambung kanan sepanjang 2 meter sehingga muatan kapal tumpah ke perairan sebanyak 10.000 MT, 2 orang abk kapal MT. Pertamina dikarenakan panik melompat ke perairan dan terjadi kebakaran di MT. Pertamina. “Nantinya, Nahkoda kapal MT. Pertamina menginformasikan kepada VTS Panjang telah terjadi musibah tubrukan, VTS Panjang meneruskan berita marabahaya ke KSOP Panjang untuk melakukan penyelamatan abk kapal, pemadaman kebakaran dan penanggulangan tumpahan minyak,” tutur Een.

Pada saat yang bersamaan, KSOP Kelas I Panjang yang menerima laporan dari VTS dan memerintahkan kapal negara untuk memastikan berita marabahaya tersebut. KSOP Kelas I Panjang mengadakan berkoordinasi dengan instansi pemerintah dan stakeholder pelayaran di area Panjang dan menyampaikan notifikasi ke PUSKODALOPS Jakarta, mengenai informasi adanya tubrukan kapal yang menyebabkan orang jatuh ke laut, kebakaran dan tumpahan minyak di perairan Panjang.

Setelah itu, KSOP Kelas I Panjang berkoordinasi dengan Kansar Lampung untuk melakukan penyelamatan korban yang jatuh ke laut dan memerintahkan Tug Boat Sumber Indah Perkasa untuk melakukan pemadaman dan pendingan kapal MT. Pertamina. “KSOP Kelas I Panjang mengaktifkan PROTAP PTM Tier 1, menunjuk OSC serta mengkoordinasikan Tim PTM untuk melakukan operasi PTM dengan memerintahkan pengerahan personil dan peralatan PTM PT. Pertamina Panjang, untuk melakukan operasi penanggulangan tumpahan minyak,” urai Een.

Selanjutnya, KSOP Kelas I Panjang mengerahkan Kapal Negara KN.366 untuk melakukan pengamanan lokasi musibah. Sedangkan KN 366 melaporkan kepada KSOP Kelas I Panjang bahwa api belum dapat dipadamkan. KSOP meminta memerintahkan KN. Chundamani yang pada saat itu sedang mengikuti kegiatan di Lampung untuk membantu pemadaman dan pendinginan kapal.

Sesudah itu, KSOP Kelas I Panjang mendapatkan laporan dari OSC bahwa sumber tumpahan belum dapat diatasi dan sebagian minyak lolos dari konfigurasi oil boom yang digelar oleh Pertamina.

Mendapat laporan demikian, kata Een, KSOP Kelas 1 Panjang segera berkoordinasi dengan semua instansi dan stakeholder untuk permintaan bantuan unsur penanggulangan tumpahan minyak dan seluruh asset yang ada di wilayah kerja KSOP Kelas I Panjang telah dikerahkan semua. KSOP Kelasi I Panjang berkoordinasi dengan Pangkalan PLP Tanjung Priok dan Pangkalan PLP Tanjung Uban untuk membantu penanggulangan tumpahan minyak.

Sementara itu, Pangkalan PLP Tanjung Priok mengirimkan KN. Trisula dan KN. Jembio yang pada saat itu sedang beroperasi di wilayah TSS Selat Sunda untuk membantu penanggulangan tumpahan minyak. Sedangkan Pangkalan PLP Tanjung Uban mengirimkan KN. Kalimasada yang pada saat itu sedang diperbantukan untuk pengamanan TSS Selat Sunda untuk membantu operasi penanggulangan tumpahan minyak.

Setibanya Kapal Negara KN. Trisula, KN. Jembio dan KN. Kalimasada di Perairan Panjang langsung berkordinasi dengan KSOP Kelas I Panjang selaku Koordinator Misi untuk membantu operasi penanggulangan Tumpahan minyak. KSOP Kelas I Panjang selaku Koordinator Misi mengarahkan KN. Trisula, KN. Jembio dan KN. Kalimasada untuk melakukan penanggulangan tumpahan minyak.

Terakhir, asset surveillance melakukan monitoring dan standby melihat jika masih ada tumpahan di permukaan laut. “Hasil survei dan monitoring kesimpulan bahwa perairan Panjang sudah bersih dan tidak terlihat lagi paparan minyak. Selanjutnya KSOP Kelas I Panjang Selaku Mission Koordinator menyatakan penghentian operasi PTM serta Matahari Terbenam,” tutup Een. (Rabiatun)

Related posts