JAKARTA -MARITIM: Salah satu pelaku bisnis Penyedia Layanan Tempat Pemeriksaan Fisik Terpadu (TPFT) Graha Segara menerapkan sistem pintu otomatis /autogate pada fasilitas TPFT di Pelabuhan Belawan Sumatera Utara.
Direktur Eksekutif PT Graha Segara, M Roy Rayadi mengatakan, implementasi autogate system di fasilitas TPFT Pelabuhan Belawan telah dilaksanakan sejak 25 Maret 2021.
Adapun di Pelabuhan Tanjung Priok sistem autogate pada fasilitas TPFT Graha Segara telah dilakukan beberapa tahun lalu.
“Pekan lalu kami telah menerapkan autogate system pada fasilitas TPFT Graha Segara di Pelabuhan Belawan,” ujar Roy Rayadi.
Implementasi autogate system di fasilitas TPFT Graha Segara Pelabuhan Belawan itu juga telah disosialisasikan kepada stakeholders dan asosiasi terkait di pelabuhan Belawan antara lain; Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Bea dan Cukai Pelabuhan Belawan, serta Instansi Karantina Tumbuhan dan Karantina Ikan Belawan.
Dia mengatakan, implementasi autogate system pada TPFT yang juga merupakan Tempat Penimbunan Sementara (TPS) di wilayah pabean sebagai wujud mendukung program pemerintah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kinerja logistik nasional serta mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.
Fungsi TPFT sebagai fasilitas pengawasan secara terpadu terhadap peti kemas impor dengan kriteria wajib dilakukan pemeriksaan atau behandle oleh Petugas Bea dan Cukai maupun Petugas Karantina (Joint Inspection)
“Implementasi autogate itu juga sebagai bagian action pelaku usaha TPS dalam mendukung program National Logistic Ecosytem yang saat ini sedang diusung oleh pemerintah,” ujar Roy yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara Indonesia (Aptesindo).
Roy Rayadi mengemukakan, fasilitas operasional TPFT Graha Segara di Pelabuhan Tanjung Priok maupun di Pelabuhan Belawan, saat ini juga telah menerapkan digitalisasi layanan dengan TPS Online.
General Manager TPFT Graha Segara Pelabuhan Belawan, Yuda mengatakan, dengan digitalisasi layanan di TPFT Belawan sekaligus memperkuat performace pelabuhan Belawan yang dikelola oleh PT Pelindo I tersebut menjadi Smart Port dan Green Port.
Pertumbuhan Ekonomi
Sebelumnya, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau Pelindo I berpotensi penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera melalui peranannya sebagai pengelola sejumlah pelabuhan di wilayah itu.
Wilayah Sumatera berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2019 sebesar 21,32 persen dan PDB 2020 sebesar 21,36 persen. Sementara pada tahun 2019 dan 2020 wilayah Jawa berkontribusi berturut-turut sebesar 59,00 persen dan 58,75 persen.
Setijadi menyatakan peningkatan kontribusi terhadap PDB bisa dilakukan dengan memacu volume ekspor komoditas unggulan wilayah dengan dukungan pelabuhan yang efisien.
Untuk wilayah Sumatera, beberapa pelabuhan yang dikelola Pelindo I dapat berperan penting, seperti Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Komoditas ekspor utama Sumatera Utara adalah lemak dan minyak hewan/nabati yang pada tahun 2019 mencapai USD 2,843 milyar, diikuti karet dan barang dari karet (USD 1,081 milyar), dan produk kimia (USD 810 juta).
Potensi komoditas itu didukung pelabuhan-pelabuhan yang berlokasi strategis dalam jaringan pelayaran dan rantai pasok global. Pelabuhan Kuala Tanjung, misalnya, berada di tengah Selat Malaka sebagai jalur perdagangan tersibuk di dunia yang dilintasi sekitar 94.000 kapal per tahun.
Pelabuhan yang ditetapkan sebagai hub internasional itu mempunyai kedalaman kolam -17 meter LWS sehingga dapat mengakomodasi kapal-kapal besar berbobot hingga 50.000 DWT serta berbagai jenis muatan, dari petikemas, curah cair, hingga kargo umum.
Pelabuhan Kuala Tanjung terhubung melalui jaringan jalan tol Trans-Sumatera dan kereta api dengan Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ). Selain itu Kuala Tanjung juga terhubung dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, yang merupakan pusat industri berbasis kelapa sawit utama di Sumatera bagian utara.
Konektivitas jaringan transportasi itu sangat mempengaruhi biaya pengiriman barang secara end-to-end. Berdasarkan perhitungan INSA dan Pelni, biaya transportasi hinterland berkontribusi hingga 50% dari keseluruhan biaya tersebut.
Pelindo I juga mengintegrasikan operasional kepelabuhanan dan industri dalam satu area, yaitu di Pelabuhan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (Kuala Tanjung PIE), sehingga proses-proses produksi dan logistik lebih efisien. (Hbb)