Jakarta, Maritim
Pasca pensiun dari Bulog Divre Jateng, tidak membuat Rapi Indriastuti hilang akal, karena dalam benaknya selalu ada ungkapan di mana ada keinginan di situ pasti ada jalan.
Hal itu rupanya terbukti, setelah pensiun Nopember 2016 lalu, Rapi langsung buka usaha Rumah Pangan Kita (RPK) di rumahnya. Yang berlokasi di Jalan Wonosari, Krajen No 31, Semarang. Walaupun sebenarnya, usaha RPK itu sudah dirintisnya sebulan sebelum pensiun, yakni Oktober 2016.
“Dalam satu bulan saya bisa memperoleh laba Rp2 juta lebih. Padahal, awalnya saya hanya melakukan satu kali transaksi sebesar Rp5 juta, lalu Bulog menitipkan berbagai macam barang kebutuhan pokok itu sebagai konsinyasi” ceritanya saat dikunjungi Forum Wartawan Bulog (Forwabul), di Semarang, Jateng, baru-baru ini.
Namun kini, sambungnya, transaksi menjadi tiga kali dalam satu bulan. Karena Bulog berkepentingan agar mitra menjalankan usahanya berkelanjutan.
“Dengan membuat RPK, saya juga bisa membantu masyarakat menyediakan pangan murah dan menyalurkan beras masyarakat sejahtera (rastra), melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),” kata Rapi, pemilik RPK Permatasari itu.
Rapi hanya membayar produk pangan yang terjual. Bulog juga memberikan tenggat membayar dua hari ke depan, meskipun produk sampai terlebih dahulu di rumah. Di samping itu, untuk menjajakan dagangan dia tidak berdiam diri di rumah, tapi rajin keliling dari satu rumah ke rumah masyarakat sekitar.
Meski tidak memiliki kios atau toko dan hanya menjual di teras rumah, itu bukan penghalang baginya, karena masyarakat sekitar menerima usahanya tersebut. Apalagi, harga produk pangan, seperti beras, gula dan minyak goreng yang dijual lebih murah ketimbang harga pasaran. Seperti harga beras medium dijual Rp9.500 per kg atau Rp47.500 per 5 kg, beras premium Rp10.300 per kg atau Rp51.500 per 5 kg, gula Rp12.500 per kg dan minyak goreng Rp11.000 per kg.
Sedangkan untuk program Rastra yang kini diberikan melalui BPNT, Rapi mengatakan, mendapatkan alokasi membagikan sebanyak 268 kepala keluarga. Dengan volume, beras 20 kg dan gula 4 kg, dalam nilai Rp220.000. Jumlah itu untuk pembagian dua bulan penyaluran.
“Untuk paket BPNT ini, saya menyalurkan melalui kecamatan, karena pemberiannya dilakukan di kecamatan. Setelah itu didistribusikan ke kelurahan,” katanya.
Kegiatan RPK memang kini menjadi salah satu program Perum Bulog untuk menyediakan pangan murah dan menjaga stabilitas pangan di masyarakat. Berbeda dengan cara sebelumnya, seperti operasi pasar murah, di mana Perum Bulog yang langsung terjun ke masyarakat. Sedangkan program RPK, Bulog melibatkan masyarakat untuk memasarkan produk pangan.
Kepala Divisi Regional (Kadivre) Perum Bulog Jawa Tengah, Djoni Nur Asahari, mengatakan pengembangan RPK menjadi salah satu upaya Bulog memperluas jaringan pasar ke masyarakat. Di RPK, masyarakat bisa bekerjasama dengan Bulog, untuk menjual komoditi pangan seperti beras, gula dan minyak goreng.
Saat ini sudah ada 2.958 RPK di seluruh Indonesia. Untuk menjadi sahabat RPK, Djoni menegaskan, masyarakat tidak perlu harus memiliki kios. Modalnya pun tidak besar, hanya dengan dana Rp5 juta, masyarakat bisa menjadi sahabat RPK. (M Raya Tuah)