JAKARTA–MARITIM : Pemerintah terus melakukan berbagai upaya dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), diantaranya meningkatkan perhatian pada sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang ditengah krisis pandemi Covid-19, menjadi tumpuan perekonomian nasional. Pasalnya 99,9 persen struktur ekonomi nasional berasal dari sektor UMKM, yang selama ini selalu menjadi bantalan utama ekonomi nasional saat terjadi krisis.
Demikian ditegaskan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki, dalam webinar bertema “Peran Perbankan dalam Ekosistem Digital UMKM Masa Depan” digelar MikroForum – Forwada, Kamis (23/9).
Sebagai bantalan ekonomi, tidak dipungkiri kata Teten, saat krisis akibat pandemi Covid-19, UMKM justru menjadi sektor yang paling terdampak parah. Namun pemerintah sudah mencanangkan beberapa program untuk mendukung kebangkitan UMKM. Beberapa program yang dilakukan melalui dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) seperti pemberian Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM). Per 30 Juli 2021telah tersalur sebesar Rp14,21 triliun atau 92,35 persen kepada 11,8 Juta Usaha Mikro.Bwgitu juga dengan bantuan subsidibunga KUR (kredit usaha rakyat) sebesar 3 persen, diperpanjang hingga akhir Desember 2021.
Menurut Menteri Teten, pemerintah melalui bank penyalur telah menyalurkan dana KUR per 5 September 2021 sebesar Rp177,71 triliun kepada4.795.255 debitur atau 70,06 persen dari target Rp253,64 triliun. Selain itu, Pemerintah juga memberikan dukungan pembiayaan kepadakoperasi lewat LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) per 17 September 2021 telah tersalur Rp1,04 triliun dari targetRp1,6 triliun kepada 128 koperasi.
“Kita juga memberikan pendanaan bagi wirausaha pemula dengan nilai bantuan Rp7 juta per wirausahakepada 1.800 wirausaha dengan total anggaran Rp12,6 miliar,” jelas Teten Masduki.
Ditambahkan, pemerintah juga terus mendorong agar perbankan meningkatkan keterlibatannya dalam upaya membantu sektor UMKM terus tumbuh kembang. Diakui bahwa pembiayaan dari perbankan terhadap sektor UMKM baru sebesar 20 persen dari total kredit perbankan. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara – negara tetangga. Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 mendatang kredit perbankan kepada sektor UMKM bisa mencapai 30 persen.
“Perbankan perlu terus mendorong penyaluran kredit UMKM untuk investasi dan sektor produktif yang berpotensi lebih mendorong pergerakan perekonomian,”tuturnya seraya menambahkan,saat ini penyaluran kredit UMKM didominasi untuk modal kerja sebesar 73 persen dan pada sektor perdagangan sebesar 49 persen.
Bantuan Terus Bergulir
Dalam kesempatan yang sama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bantuan fiskal yang digulirkan untuk sektor UMKM melalui dana PEN hingga 23 September 2021 terealisasi sebesar Rp52,9 triliun. Dana tersebut telah dinikmati oleh 27,39 juta UMKM. Dana PEN tersebut disalurkan melalui beberapa program seperti subsidi bunga, penempatan dana pemerintah ke bank dan mitra demi mendukung program restrukturisasi dan peningkatan modal kerja UMKM.
Dana yang digulirkan, menurut Menko Airlangga, dalam bentuk bantuan produktif usaha mikro (BPUM), bantuan tunai dan insentif PPh Final. “Guna untuk mendukung UMKM kita bertahan dan berkembang di tahun 2021 ini kita telah mengalokasi dana PEN khusus UMKM dengan nilai mencapai Rp95,13 triliun,” ungkap Airlangga.
Menko Airlangga menjelaskan, pada masa pandemi saat ini banyak UMKM yang terdampak usahanya. Namun seiring dengan upaya pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi melalui berbagai program strategis terbukti efektif mampu membantu UMKM bangkit kembali. Program-program yang digulirkan tersebut dipastikan akan terus berlanjut sehingga diharapkan UMKM tetap bisa menjadi bantalan bagi perekonomian nasional di tengah masa sulit seperti saat ini.
“Mayoritas UMKM memang tidak luput dari dampak negatif meski ada beberapa sektor yang tumbuh positif. Dibandingkan tahun 2020 tahun ini sebanyak 84,8 persen UMKM sudah beroperasi normal kembali dan 40 persennya menggunakan jaringan marketplace untuk memasarkan produknya,”aku Menko Airlangga Hartarto.
Digitalisasi UMKM
Sementara, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Siti Azizah mengungkapkan, pandemi Covid-19 mengakselerasi tingkat adopsi digital, membuat UMKM mau tidak mau harus masuk ke ekosistem digital. Menurutnya, pemerintah dalam hal ini Kemenkop UKM telah menggelar berbagai program untuk mendorong digitaliasi UMKM.Selain program masing-masing kementrian dan BUMN pemerintah menggelar program yang bersifat kolaboratif.
“Ada kolaborasi program digitalisasi UMKM lintas kementrian, Lembaga, instansi dan swasta seperti Kementrian BUMN, Keminfo, Kemenparekraf, Kemendag, dan Kemenkop UKM, berkolaborasi dengan pihak swasta seperti Gojek, Bukalapak, Grab, Facebook dan Whatsapp,” ujar Siti.
Hal senada disampaikan Risjon Sunge, Kepala Dinas UMKM Perindustrian & Perdagangan Provinsi Gorontalo, mengaku, kolaborasi dengan berbagai pihak terlah dilakuan oleh Pemprov Gorontalo dalam mendukung UMKM di wilayahnya.
Menurut Risjon, jumlah pelaku UMKM di Gorontalo melonjak selama pandemic Covid-19 hingga mencapai 9.829 di akhir tahun 2020. Meski demikian diakuinya selain terbukti tahan terhadap terpaan Pandemi, ada juga UMKM yang rontok lantaran sulit dan mahalnya bahan baku serta kesulitan dalam permodalan.
“Untuk membantu digitalisasi UMKM kami telah melakukan berbagai kegiatan yang difokuskan pada pembinaan dan pelatian digitalisasi. Kami memandang kolaborasi sangat penting dalam mendorong digitalisasi UMKM, terbaru kami akan berkolaborasi dengan Kadin Provinsi Gorontalo,” jelasnya.
Diskusi juga dihadiri pelaku Koperasi dan UMKM yang sukses yakni, Sri Susilowati Ketua Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi Purworejo. Sri menuturkan, pihaknya sangat berterima kasih atas keterlibatan perbakan dalam pembinaan UMKM, karena kesuksesan Kopwan Srikandi yang produknya sudah di ekspor ke berbagai negara, tidak terlepas dari dukungan perbankan.
Menurut Sri, UMKM membutuhkan peran dari banyak institusi agar bisa tumbuh. Hal ini yang dialami Kopwan Srikandi, di awal beridirnya tahun 2015 pihak perbankan (BNI) sudah terlibat membantu. “Keterlibatan BNI sudah sejak awal kami berdiri, BNI Purworejo telah membantu kami dari mengotrak hingga membangun kantor Kopwan Srikandi, BNI memberikan kepercayaan yang luar biasa kepada kami memberikan bantuan untuk pembangunan pabrik hingga modal kerja,” ujarnya.
Sedangkan Pengamat Ekonomi CORE Indonesia, Piter Abdullah menyoroti, perkembangan bisnis digital di Indonesia yang cukup pesat. Dari hasil survey Core Indonesia kita tidak ketinggalan, dari sisi penetrasi internet, dari penetrasi mobile phone, dan juga perkembangan unicorn dan decacon Indonesia.
“Kalau kita melihat dari sisi ini, kita justru harus berbangga karena perkembangan UMKM digital di Indonesia termasuk yang tercepat, karena itu kita punya target menjadi negara terkemuka dalam konteks ekonomi digital,” jelasnya.
Sementara Staf Khusus Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ryan Kiryanto mengatakan, sinergi dan kolaborasi antar lambaga dan akan semakin baik dan terarah dalam mendukung UMKM pada era digital saat ini. Hal ini menyusul hadirnya Keputusan Presiden (Kepres) No.15 tahun 2021, pada 8 September 2021, tentang pembentukan Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diketuai oleh Menko Marinvest, Luhut B Panjaitan. Dengan Kepres ini, lanjutnya, tidak akan ada lagi setiap lembaga jalan sendiri-sendiri dalam pengembangan UMKM kedepan.
“Kami mengajak semua pihak, baik otoritas, lembaga pemberintahan, pelaku industry keuangan dan seluruh masyarakat luas khususnya UMKM untuk bergerak bersama-sama seirama, untuk mensukseskan program andalan pemerintah yaitu, program Banga Buatan Indonesia. Program ini pada akhirnya adalah stimulan bagi keberlanjutan pelaku UMKM Indonesia,” pungkasnya
(Rabiatun)