JAKARTA–MARITIM : Banyak kecelakaan dalam pelayaran Kapal Tradisional, selain dikarenakan tidak adanya panduan cuaca saat kapal di pelabuhan maupun berlayar, juga muatan yang bercampur dengan bahan bakar (BBM) . Di satu sisi, kelebihan penumpang dan barang yang tidak terpantau petugas.
Berpulang pada kondisi yang ada , Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam diskusi “Review Keselamatan Pelayaran pada Kapal Tradisional di Indonesia” di Jakarta, Rabu (21/9) mengusulkan, agar pembangunan pelabuhan juga dilengkapi dengan kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memberikan panduan terkait cuaca, kepada Kapal Tradisinal.
“Kami harapkan ada kantor-kantor BMKG di setiap pelabuhan. Kalau kita lihat di bandara ada BMKG, ini yang harus disamakan,” kata Ketua KNKT Soerjanto.
Hal ini penting mengingat kata Soerjanto, informasi terkait prakiraan cuaca sebagai panduan berlayar di sejumlah wilayah seringkali tidak tersampaikan dengan baik. Sehingga, membahayakan keselamatan pelayaran. Contoh, di beberapa daerah seperti Ternate, Tidore, atau Halmahera ada fenomena cuaca lokal yang sangat dinamis, dan kerap berubah dibandingkan dengan daerah lain, atau bahkan negara yang memiliki empat musim.
Harapannya, kedepan BMKG, dapat memberikan informasi serta pemantauan cuaca secara realtime kepada kapal yang akan berlayar, khususnya kapal tradisional.Juga , KNKT meminta Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) terus memaksimalkan layanan, untuk memberikan edukasi serta sosialisasi kepada awak kapal.
Berdasarkan temuan KNKT, para awak kapal kerap membawa muatan melebihi kapasitas dan membawa barang yang mudah terbakar seperti bahan bakar minyak (BBM) dalam kemasan yang tidak aman.
“Kita harus aware terkait dengan cuaca ini agar kegiatan pelayaran dapat berjalan dengan aman,” ujarnya seraya menambahkan, KNKT turut berupaya untuk mencegah kecelakaan kapal di Tanah Air.
Selain faktor cuaca, KNKT juga menekankan pentingnya pemenuhan standar dan syarat yang harus dipenuhi kapal sebelum berlayar.
Menurut Soerjanto, kapal tradisional atau kapal pelayaran rakyat memiliki peran penting dalam pergerakan orang dan barang di wilayah kepulauan.”Di daerah kepulauan itu, kalau cuaca buruk sedikit lama akan berdampak pada naiknya harga barang atau sembako,” kata Soe
Ia menambahkan, KNKT berharap seluruh pemangku kepentingan untuk memberikan bimbingan dan pengawasan terkait konstruksi kapal yang menyangkut permesinan dan kelistrikan supaya memenuhi aspek keselamatan.
Tampil sebagai pembicara dalam diskusi “Review Keselamatan Pelayaran pada Kapal Tradisional di Indonesia” di Hotel Retop masing-masing Tenaga ahli pelayaran KNKT, Lambert Manupassa, Wakil sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI),Deddy Herlambang dan
Kasubdit Rancang Bangun dan Garis Muat Kapal Ditkapel,M. Syaiful. (Rabiatun)