Banten, Maritim
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terus memaksimalkan peran Balai Latihan Kerja (BLK), sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja. Sehingga ke depan tenaga kerja lokal lebih kompeten dan dapat memiliki daya saing.
“Lulusan BLK akan menjadi tenaga kerja yang tidak hanya kompeten dan berdaya saing tinggi, tapi juga tersertifikasi dan cepat terserap sesuai kebutuhan dunia industri,” kata Kepala Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Serang, Fauziah, Jumat (21/7).
Menurut Fauziah, pelatihan berbasis kompetensi ditopang tiga pilar utama. Pertama, untuk membangun SDM unggul berbasis kompetensi diperlukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indoensia (SKKNI). Kedua, pelatihan menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan di tempat kerja.
Pilar ketiga, adalah sertifikasi kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi sesuai standar kompetensi, dan dilaksanakan oleh lembaga yang memiliki otoritas. “Pembekalan ketrampilan melalui PBK yang diaplikasikan oleh balai-balai pelatihan kerja menjadi alternatif dalam menjawab tantangan ketenagakerjaan global yang semakin ketat,” ujarnya yang didampingi Kepala Biro Humas Kemnaker Sahat Sinurat.
Masalah ini ditekankan mengingat saat ini jumlah angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan SD/SMP. Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2017 mencatat jumlah angkatan kerja nasional sebanyak 131,55 juta orang masih didominasi oleh individu-individu berlatar belakang pendidikan rendah.
Rinciannya, lulus pendidikan dasar sebesar 54,44 persen, lulusan sekolah menengah 28,13 persen, tamatan perguruan tinggi 12,26 persen, sedang angkatan kerja yang tidak mengenyam bangku pendidikan formal sebesar 3,17 persen. Di sisi lain kebutuhan tenaga kerja terampil semakin bertambah besar.
Mengutip data yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), Fauziah mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi ekonomi ke-7 terbesar di dunia pada tahun 2030 dengan syarat memiliki 113 juta tenaga kerja terampil. Sedangkan saat ini Indonesia baru memiliki 57 juta tenaga kerja terampil.
“Artinya Indonesia membutuhkan supply tenaga kerja terampil sebanyak 3,7 juta per tahun. Kita terus mempercepat penyediaan tenaga kerja terampil dengan melibatkan dunia industri, asosiasi pengusaha dan serikat pekerja/buruh,” tandas Fauziah.
Kurang instruktur
BBPLK Serang memiliki dua program unggulan, yakni pelatihan untuk teknik listrik dan teknik las industri. Pelatihan berbasis kompetensi selama 2-3 bulan, namun untuk program teknisi ahli pelatihan selama 2 tahun, baik yang diasramakan maupun tidak. Selain masalah teknis, mereka juga dibekali kompetensi untuk mengantisipasi perubahan teknologi dan kualifikasi pekerjaan yang cepat berubah.
Saat ini peserta pelatihan di Balai Besar Serang ada 574 orang, tapi sampai akhir tahun 2017 total akan menjadi 2.208 peserta. “Kami targetkan seluruhnya selesai pelatihan tahun ini,” ujarnya menjawab Maritim.
Peserta pelatihan, kata dia, tidak hanya lulusan SMK. Tapi ada juga para penyandang disabilitas dan lulusan pesantren.
Untuk melatih ribuan peserta, BBPLK Serang kini hanya memiliki 54 instruktur untuk kedua program tersebut. “Idealnya ada 34 instruktur untuk teknik las dan 34 instruktur untuk teknik listrik,” sambungnya.
Untuk mengatasi kekurangan ini, pihaknya melakukan kerjasama dengan sejumlah industri. Misalnya dengan melakukan in house training dan on the job training di perusahaan sesuai perkembangan teknol,ogi dan kebutuhan industri.
Dalam penyelenggaraan pelatihan, pihaknya juga bekerjasama dan melakukan forum komunikasi dengan 335 perusahaan. “Prinsipnya kami memberikan layanan terbaik. Kami tidak ingin mengecewakan industri,” katanya seraya menambahkan, peserta lulusan Balai Besar Serang hampir 80% terserap oleh industri di provinsi Banten dan sekitarnya.
Purwanto.