Geser Produk Impor, PT Athira Maritim Indonesia Siap Produksi Crane Kapasitas Besar di Dalam Negeri

Direktur Utama PT Athira Maritim Indonesia Muhammad Ikbal Nasution

JAKARTA-MARITIM : PT Athira Maritim Indonesia, sebagai perusahaan yang menciptakan produk-produk baru bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas sistem produksi pada industri komponen perkapalan nasional, ke depan ini akan melakukan berbagai inovasi baru demi merebut pasar dalam negeri dari gempuran produk-produk pesaing asal China dan Eropa.

Bentuk industri komponen kapal yang akan dilakukan oleh perusahaan yang bermarkas di Batam dan Medan tersebut, di antaranya adalah membuat produk yang lebih berteknologi tinggi (high technology), seperti crane-crane berkapasitas besar, crane batu bara dan crane yang diperlukan di pelabuhan.

Read More

“Apabila kami sudah membangun crane-crane berkapasitas besar tersebut, maka kita tidak perlu impor lagi, mengingat untuk crane besat itu seluruhnya full import,” ungkap Direktur Utama PT Athira Maritim Indonesia, Muhammad Ikbal Nasution, saat berbincang-bincang di booth Perkumpulan Industri Komponen Kapal Indonesia (PIKKI), pada acara pameran dan seminar Sea Indonesia 2023, yang berlangsung pada 15-17 Mei 2023, di JIExpo Kemayoran Jakarta, Senin (15/5).

Sebanyak delapan perusahaan dalam negeri, yang berada di bawah naungan Perkumpulan Industri Komponen Kapal Indonesia (PIKKI/Indonesia Ship Components Industry Association=ISCIA), menunjukan kemampuannya dalam satu event dan seminar bertajuk Sea Indonesia 2023. Suatu pameran sektor kemaritiman terbesar dan terlengkap di Indonesia, yang digelar pada 15-17 Mei 2023, di JIExpo Kemayoran Jakarta.

Kedelapan perusahaan lokal tersebut adalah PT Laksana Tekhnik Makmur — bergerak pada marine interior — Niri Rubber, PCM Marine Cable, PT Teknik Tadakara Sumberkarya (TTS), PT Athira Maritim Indonesia — bergerak pada engineer in motion — Jembo Cable, PT Neo Indo Elektrik dan PT Kemenangan. Perusahaan-perusahaan itu menempati booth A-4 selama 3 hari bersama 150 perusahaan lainnya di Hall B1-B2 dan diperkirakan bakal didatangi 10 ribu pengunjung.

Menurut Ikbal, rencana pengembangan usaha tersebut merupakan pekerjaan rumah besar bagi perusahaan, sehingga kita dapat merebut pasar di dalam negeri yang nilai bisnisnya mencapai puluhan miliar rupiah.

“Makanya kita perlu rebut pasar ini . Artinya, pasar dalam negeri sudah dapat membuat crane berkapasitas besar semuanya, namun kami saat ini butuh kepercayaan (trust) dan keberpihakan dari pemerintah,” tegas Ikbal, yang memperkerjakan sekitar 60 karyawan di Batam dan Medan.

Menjawab pertanyaan tabloidmaritim.com, Ikbal menyampaikan bahwa pihaknya belum bisa memperkirakan berapa besar investasi yang bakal ditanamkan pada proyek pengembangan usaha dimaksud.

“Karena kami perusahaan engineering, maka kami bekerja lebih pada pesanan (base order), sehingga kami sangat membutuhkan kepercayaan dan keberpihakan dari pemerintah bahwa anak-anak bangsa juga sudah bisa dan mampu membuat crane dengan kapasitas besar. Sehingga tidak perlu lagi impor,” tekan Ikbal.

PT Athira Maritim Indonesia bergerak pada bidang produksi deck machinery for ship, yaitu komponen-komponen di atas kapal, seperti mesin jangkar (windlass), mesin tarik tali (winch), sistem kemudi (steering gear), crane untuk pengangkatan di kapal, winch combination, capstan, towing hook, mushroom, blower, power pack manhole dan lain sebagainya.

Perusahaan-perusahaan lain di dalam negeri sejenis yang bergerak pada bidang yang sama seperti Athira Maritim Indonesia tidak terlalu banyak. Barangkali hanya 1 atau 2 perusahaan saja yang sudah mengantongi sertifikasi internasional klas. Sementara yang belum memperoleh sertifikasi internasional klas mungkin masih banyak pemainnya.

Ikbal mengakui, pesaing dari dalam negeri tidak terlalu ketat ketimbang dari luar negeri, dalam hal memasarkan produk-produk yang high quality dan internasional klas. Namun yang cukup menjadi tantangan kita adalah menghadapi persaingan untuk produk-produk impor.

Menghadapi persoalan impor ini, Ikbal menyarankan, perlu harus lebih ditingkatkan lagi kerja sama dan sinergi antar berbagai pihak seperti PIKKI dengan berbagai pihak dan stakeholder lain, dengan Iperindo dan ship owner. Mengingat produk-produk dalam negeri kita harganya masih cukup mahal 10% dibandingkan dengan produk impor asal China.

Customer PT Athira Maritim Indonesia

“Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama yang perlu segera diatasi. Kami mengharapkan keberpihakan dari pemerintah, para stakeholder perkapalan. Karena adanya produk-produk crane pesaing kita yang datang dari China dan Eropa. Pemerintah tetap saja terus melakukan keberpihakan dengan memakai produk lokal kita dengan merek Made in Indonesia. Bahwa paling tidak tenaga kerja sudah berasal dari dalam negeri serta raw material yang juga dari dalam negeri walaupun memang belum 100% karena sebagian masih perlu kita impor,” urai Ikbal.

Dijelaskan oleh Iqbal, saat ini untuk menghadapi pesaing kita dari China dan Eropa, produk windlass kita sudah memiliki TKDN sampai 70-80% atau untuk produk steering gear sudah memiliki TKDN sampai 30%.

Iqbal mengakui, sejauh ini dukungan pemerintah sudah cukup banyak terhadap keberpihakan bagi produk-produk dalam negeri, yakni dengan telah dipakainya produk deck machinery pada berbagai kapal yang dipesan oleh Kementerian Perhubungan, ASDP, Bakamla dan kapal-kapal patroli dan kapal pesanan dari Polri serta lain sebaginya.

“Keberpihakan itu sudah diberikan oleh pemerintah sampai saat ini dan sudah cukup membantu untuk pesanan produk dalam negeri. Namun ke depan, keberpihakan itu perlu ditingkatkan lagi, apalagi sekaramg permintaan untuk produk deck machinery lumayan cukup banyak di dalam negeri. Mengingat saat ini cukup banyak pula kapal-kapal pesanan dari pihak swasta terutama untuk keperluan tambang seperti nikel dan lain-lain serta kebutuhan kapal saat ini juga sedang tinggi yang dibuktikan dengan di Batam kini galangannya sedang full order,” papar Ikbal. (Muhammad Raya)

Related posts