YOGYAKARTA-MARITIM : Balai Diklat Industri (BDI) dalam naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memiliki program pembinaan startup dengan nama Inkubator Bisnis, sebagai salah satu bentuk pembinaan terhadap SDM industri.
“Pembinaan terhadap sumber daya manusia industri tersebut mencakup pembinaan wira usaha industri, yang mana tujuannya adalah untuk menciptakan wira usaha yang berkarakter dan bermental kewirausahaan serta berkompetensi di bidang usahanya,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Masrokhan.
Indonesia berada di posisi kelima negara dengan jumlah perusahaan rintisan atau startup terbanyak di dunia pada tahun 2022 dengan 2,346 startup. Berdasarkan laporan dari Startup Ranking Amerika Serikat, India, Britania Raya, dan Kanada menempati posisi empat besar.
Dijelaskan, salah satu Balai Diklat Industri Kemenperin, BDI Yogyakarta, turut memiliki program inkubator bisnis yang dinamakan Ibiza (Inkubator Bisnis Pazti Bisa). Program tersebut mendukung usaha baru khusus di bidang industri plastik, kerajinan kulit, dan produk kulit.
“Usaha yang terpilih atau yang kerap disebut tenant akan mendapatkan layanan inkubasi yaitu pengembangan produk, pengembangan pasar, dan Start Up Graduate Program,” lanjut Masrokhan.
Dalam mengembangkan produk, para tenant mendapatkan bimbingan terkait product development hingga product simulation, dengan evaluasi capaian mingguan, bulanan, dan evaluasi akhir.
Selanjutnya, melalui pengembangan pasar, tenant juga mempelajari cara untuk memasarkan produk yang telah dibuat. Tenant akan mendapatkan konsultasi bisnis hingga business matching.
Setelah tenant lulus dari program inkubator, tenant tidak dilepas begitu saja. Ibiza BDI Yogyakarta memiliki Start Up Graduate Program untuk memantau perkembangangan pasca program inkubasi, serta memberikan pendampingan dengan intensitas yang lebih rendah.
Selain program inkubator bisnis, BDI Yogyakarta juga menyelenggarakan pelatihan Diklat 3 in 1 secara rutin. Dalam Diklat 3 in 1, peserta mendapatkan 3 manfaat sekaligus dalam 1 diklat, yakni pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan kurikulum dan modul yang mengacu pada kebutuhan industri agar terbentuk link and match antara lembaga pelatihan dengan perusahaan industri untuk menghasilkan lulusan pelatihan yang kompeten dan siap kerja.
Pada akhir pelatihan dilakukan sertifikasi kompetensi terhadap peserta pelatihan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan pelatihan telah kompeten. Untuk memudahkan proses sertifikasi maka BDI membentuk Tempat Uji Kompetensi (TUK), Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), dan menyiapkan perangkat terkait. Setelah proses penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi dilakukan, maka proses terakhir adalah penempatan lulusan berdasarkan kerja sama yang telah disepakati dengan pihak industri.
Target Diklat 4.500
Sementara pada kesempatan sama, Sub Koordinator Pengembangan dan Kerja Sama Diklat BDI Yogyakarta, Fajar Hamid, menjelaskan bahwa untuk tahun 2023 hingga 2024 ini pihaknya telah mengalokasikan target anggota masyarakat yang bisa ikut serta Diklat 3 in 1 sebanyak 4.500 peserta. Dari jumlah tersebut akan digelar sebanyak 90 angkatan di mana sejak Juni 2023 telah dilakukan penyelenggaraan Diklat 3 in 1 sebanyak 60 angkatan dengan jumlah peserta mencapai 3.000 peserta. (Muhammad Raya)