HIMKI Yakin Tahun Depan Kemenperin Kucurkan Subsidi Restrukturisasi Mesin

Salah satu teknologi canggih yang mampu membuat kaligrafi Islam dengan memakai mesin

 

Salah satu teknologi canggih yang mampu membuat kaligrafi Islam dengan memakai mesin

Jakarta, Maritim

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimistis tahun depan subsidi restrukturisasi mesin industri mebel dan kerajinan bakal dikucurkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

“Saya bisa memastikan tahun depan Kemenperin sudah pasti akan mengalokasikan anggaran untuk subsidi restrukturisasi mesin dari APBN bagi industri mebel dan kerajinan. Agar mampu tumbuh lebih cepat lagi,” kata Wakil Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, saat jumpa pers pameran komponen dan aksesoris manufaktur furnitur (International Furniture Manufacturing Components Exhibition (IFMAC) dan Woodworking Machinery Exhibition (WOOD MAC) ke 6 tahun 2017, di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Kamis (28/9).

Menurut Sobur, peremajaan mesin-mesin pada industri mebel dan kerajinan ini sudah sangat mendesak dilakukan, dengan tujuan agar kapasitas industri ini bisa bertambah lagi lewat dukungan teknologi yang mumpuni.

“Mesin-mesin berteknologi canggih dan berpresisi tinggi yang dipamerkan di sini harus di beli oleh kita. Karena Indonesia belum bisa membuatnya. Terserah kita mau membelinya dari produk Jerman, China, Taiwan atau Jepang. Sebab tanpa teknologi, saya pikir daya saing kita tidak akan tercapai, yang ujungnya target ekspor US$5 miliar juga tidak akan tercapai,” pintanya.

Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah, tambahnya, ekspor mebel dan kerajinan bisa tumbuh. Karena target ekspor 2017 yang hanya US$2 miliar dari US$2,4 miliar faktanya tidak sesuai harapan. Yakni saat ini industri mebel dan kerajinan nasional belum tangguh. Di mana menurut data BPS, ekspor mebel Indonesia tahun lalu mencapai US$1,6 miliar dari periode sebelumnya US$1,9 miliar. Sementara ekspor mebel nasional sejak Januari hingga Juni 2017 baru US$872 juta.

“Dalam enam bulan ke depan pertumbuhan industri ini bisa seperti yang diharapkan. Yang terlihat dari total ekspor dunia pada 2016 mencapai US$145 miliar, sehingga terjadi pertumbuhan ekspor secara signifikan, jika dibandingkan ekspor pada 2015 sebesar US$141 miliar,” hitung Sobur.

Pasalnya, aku Sobur, setidaknya ada sepuluh langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri furnitur Indonesia. Yang salah satunya adalah peremajaan alat dan teknologi produksi.

Peralatan produksi itu berupa teknologi tepat guna terbaru yang dibutuhkan pelaku usaha, dengan spek yang sesuai kebutuhan dan canggih, sehingga bisa menopang terjadinya akselerasi dan efisiensi proses. Dengan begitu kemampuan industri Indonesia dapat bersaing di pasar global.

Menjawab soal peremajaan, dijelaskan, 3.000 perusahaan yang tergabung di HIMKI akan diberikan dana untuk membeli mesin baru secara impor. Sehingga bisa mengejar produktivitas China yang 5 kali lebih cepat dari Indonesia.

Diprediksi, dana subsidi dari Kemenperin mencapai Rp50 miliar hingga Rp100 miliar. Jika harga satu unit mesin senilai Rp100 juta, maka setelah disubsidi bunga 20 persen oleh pemerintah, pengusaha hanya perlu membayar mesin impor Rp80 juta.

Menurut catatan, industri furnitur Indonesia sebenarnya banyak memiliki sumber daya alam, tapi kenapa produktivitasnya lebih bagus China.

Sementara Sugiarto, selaku ketua panitia pameran, mengatakan pameran ini diadakan pada 27-30 September 2017. Diikuti sebanyak 298 peserta dari 20 negara dan merupakan perusahaan-perusahaan yang merupakan pemimpin di pasar pembuatan dan permesinan furnitur global. Di antaranya Jerman, Italia, China, Jepang dan Amerika Serikat. (M Raya Tuah)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *