Inovasi Solusi Atasi Masalah Ketenagakerjaan

Menaker Hanif Dakhiri, Ketua Yayasan UDI Mari Elka Pangestu dan para lulusan foto bersama seusai penutupan program Coclass.
Menaker Hanif Dakhiri, Ketua Yayasan UDI Mari Elka Pangestu dan para lulusan foto bersama seusai penutupan program Coclass.

JAKARTA, MARITIM.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri berkomitmen untuk memperbarui sistem kinerja dengan membuat terobosan dan inovasi di bidang ketenagakerjaan. Melalui pola kerja baru ini bukan hanya menghasilkan efisiensi, tapi pelayanan publik juga akan menjadi lebih baik.

Read More

“Pola kerja dengan cara-cara yang lama harus segera ditinggalkan dan diperbarui dengan sistem baru melalui berbagai inovasi,” kata Menaker ketika menutup program  COCLASS (Collective, Creatif, Learning and Action for Sustainable Solutions) dan menyerahkan sertifikat kelulusan kepada 26 peserta di Jakarta, Sabtu (4/11).

Ke-26 peserta tersebut berasal dari Kemnaker, organisasi non pemerintah (NGO) dan akademisi, kalangan serikat pekerja dan sektor bisnis. Program selama 4,5 bulan mulai Juni 2017 itu dilaksanakan Kemnaker bekerjasama dengan Yayasan Upaya Indonesia Damai (United in Diversity/UID), Tsing Hua University (Tiongkok) dan Universitas Paramadina, Jakarta.

Menaker selanjutnya mengatakan, pembaruan cara kerja mutlak dilakukan mengingat masalah ketenagakerjaan berkembang semakin dinamis. Perkembangan ini tidak bisa ditangani dengan cara-cara lama, melainkan harus dilakukan dengan cara baru melalui berbagai terobosan dan inovasi.

Melalui inovasi, Hanif yakin akan dapat memberikan solusi baru dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan. Meski berlangsung singkat, namun program ini dinilai mampu melahirkan inovasi yang dapat menjadi solusi di bidang ketenagakerjaan.

Hanif mencontohkan, saat ini Kemnaker dihadapkan pada kurangnya jumlah pengawas yang jumlahnya kurang dari 2.000 orang. Sementara jumlah perusahaan yang diharus diawasi lebih dari 300.000 perusahaan.

Jumlah pengawas tidak seimbang dibanding jumlah perusahaan. Kita mengalami kekurangan jumlah pengawas. Hal yang sama juga terjadi di Kepolisian dan TNI, dimana jumlah penduduk tidak sebanding dengan aparat.

Sebagai solusinya, kata Hanif, efektivitas pengawasan harus dilakukan melalui terobosan dan inovasi. Melalui program Co – Class akan memberikan solusi, sehingga masalah ketenagakerjaan yang makin kompleks akan dapat terpecahkan.

Agen pembaruan

Ketua Yayasan UDI Mari Elka Pangestu pada kesempatan itu mengatakan, metode pembelajaran program ini antara lain diselenggarakan enam kali workshop di dalam dan luar negeri. Peserta dari berbagai kalangan dengan pendapat yang berbeda-beda akhirnya bisa merasakan semangat kebersamaan dan gotong-royong dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Mantan Menteri Perdagangan/Menteri Pariwisata  dan Ekonomi Kreatif 2013-2015 itu optimis bahwa dengan adanya rasa saling percaya lintas sektor, pemerintah-pebisnis-masyarakat madani, bangsa dan negara Indonesia akan mampu melewati tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang.

Menurut dia, metode pembelajaran Co-Class sangat membantu membuka wawasan peserta. Tidak hanya terhadap situasi saat ini, namun juga mampu membangun visi bersama dan kolaborasi terhadap isu-isu ketenagakerjaan yang berkembang.

Mari optimis para lulusan program ini akan mampu menjadi agen-agen pembaruan dan akan menularkan ‘virus-virus’nya ke berbagai sektor lainnya.

Dalam penutupan program Co-class itu, Menaker ikut berinteraksi dengan peserta ketika memperagakan inovasi dalam menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Meliputi perlindungan sosial transportasi online, pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja, kompetensi tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan, dan perlindungan TKI di luar negeri.**(Purwanto.)

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *