SNORKELING BERSAMA HIU TUTUL, SIAPA TAKUT ?

Penyelam (kiri) menikmati "selfi" dengan hiu tutul sepanjang 10 meter
Penyelam (kiri) menikmati “selfi” dengan hiu tutul sepanjang 10 meter

Probolinggo – Maritim

APABILA mahluk manusia penyuka pariwisata sedemikian tertariknya mengunjungi Probolinggo, adalah wajar. Karena kota tua yang pernah dikenal sebagai suiker-haven (pelabuhan gula) ini memang banyak menyimpan jejak sejarah masalalu Indonesia. Tetapi patut dipertanyakan, mengapa mahluk-mahluk mamalia laut terbesar di dunia, sisa masa lalu ini juga tertarik singgah ke perairan Probolinggo? Kemunculan satwa laut”raksasa” di perairan utara Probolinggo, bukan aneh bagi penduduk setempat. Tetapi tentu memancing rasa kagum bagi orang luar.
Sejak 4 Desember 2017 lalu, kawanan hiu tutul kembali muncul di wilayah perairan Probolinggo. Kunjungan kali ini lebih cepat dari rutinitas kedatangan mereka yang biasanya muncul pada bulan-bulan Januari hingga Maret, ketika perairan di belahan bumi selatan kian panas. Ternyata kedatangan mereka untuk sekedar mencari plankton sebagai menu pokok hiu tutul. Kehadiran hiu tutul di perairan laut utara Probolinggo, menjadi hiburan tambahan wisatawan di Pulau Gili Ketapang, Para pengunjung, sambil menyelam asyik berfoto dengan hiu yang dikenal jinak tersebut.
Hiu tutul (Rhincodon Typus) yang muncul sjak beberapa hari lalu, memiliki ukuran beragam, antara 3 hingga 8 meter, dengan warna kulit coklat kegelapan disertai bintik putih di sekujur tubuhnya. Ikan jenis ini, menurut para relawan Ecocean yang berpusat di Australia, selain “langganan” mencari makan di Selat Madura, juga dapat ditemui di perairan Ningloo Australia, Donsol Filipina, Isla Mujeres Meksiko, Mozambk dan Maldive. Untuk mengunjungi Probolinggo, kawanan hiu tutul ini biasanya masuk lewat perairan Bentar dan Gending.
Doni, wisatawan lokal mengatakan: “Hiu tutul ini munculnya hanya setahun sekali, jumlahnya tak mesti. Karenanya sayang untuk dilewatkan, untuk sekedar berfoto bersama hiu tutul yang tergolong jinak. Nelayan setempat tak ada keinginan memburu dan tangkap mereka, karena kehadirannya jadi pertanda bahwa perairan di sekitar itu terdapat ikan-ikan yang lebih menguntungkan untuk ditangkap”.
Mamalia laut yang bisa mencapai ukuran panjang badan lebih dari 50 meter dengan umur hingga 70 tahun tersebut, menurut Union for Conservation of Nature (IUCN), termasuk satwa yang dilindungi. Sampai dengan berita ini diunggah, kawanan hiu tutul dalam jumlah sekitar 9 ekor yang masing-masing berukuran 2-5 meter dengan “komandan” sepanjang 8 meter, masih berenang-renang bebas di seputar obyek wisata bawah air Gili Ketapang, yang dapat dikunjungi menggunakan perahu tradisional dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Pelabuhan Tanjung Tembaga
Bicara tentang wisata bawah air di Indonesia, yang segera teringat tentu Raja Ampat di Papua, Bunaken di Sulawesi Utara atau Gili Meno/Gili Air di perairan lepas pantai utara Pulau Lombok. Untuk sampai ke destinasi tersebut, tentu diperlukan waktu cukup lama, dan biaya lumayan besar. Destinasi yang lebih dekat, terdapat di Pulau Menjangan Bali utara atau Tulamben di Bali timur. Tetapi untuk menikmati keindahan di sana, harus menyiapkan anggaran tidak sedikit, karena sebagai obyek wisata kelas global sudah berlaku prinsip no money no service atau bahkan no pay, no way !
Bagi wisatawan kelas lokal yang “ngebet” untuk saksikan indahnya pemandangan bawah air, dapat mengunjungi beberapa destinasi di lepas pantai Pulau Jawa tanpa harus merogoh saku terlalu dalam. Sebut saja di perairan Pulau Seribu Jakarta, Karimunjawa di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, atau Teluk Kletakan, Pantai Tiga Warna Sitiarjo, Pantai Bolu-balo dan Sumbersirah di pantai selatan Kabupaten Malang. Atau juga yang murah meriah dengan mengunjungi Gili Ketapang yang berlokasi pada 8 kilometer dari lepas pantai atau sekitar 5 mil dari Pelabuhan

Pemandangan bawah laut di Gili Ketapang

Tanjung Tembaga Kota Probolinggo.
Menurut legenda, semula Gili Ketapang menyatu dengan daratan Desa Ketapang. Tetapi kemudian terpisah karena letusan dahsyat Gunung Semeru. Sebagian daratan jadi pulau yang bergerak, hingga disebut “Gili Ketapang” yang berasal dari bahasa Madura yakni “gili” yang berarti mengalir, dan Ketapang nama desa asalnya. Konon sampai kini lokasi Gili Ketapang secara perlahan makin jauh ke tengah laut. Tetapi menurut para pakar geologi, menjauhnya Gili Ketapang tak lain akibat abrasi yang menggerus garis pantai.
Endati menyian unikumyang khas, wisatawan pengunjung Gili Ketapang masih belum banyak, akibat kurang promosi dan minimnya sarana transportasi untuk menuju ke pulau tersebut. Penghubung Gili Ketapang ke daratan hanya perahu motor di Pelabuhan Tanjung Tembaga dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Pada hal, keindahan di pulau yang berada di Selat Madura itu cukup mempesona, berupa kekayaan alam bawah laut serta hamparan pasir putih serta ombak pantai yang tenang, yang membuat wisatawan betah berlama-lama di pulau tersebut, dengan kegiatan snorkeling menikmati eksotiknya panorama bawah laut berupa tumbuhan karang cantik serta ikan hias berbagai rupa, warna dan bentuk. Dan pada waktu-waktu tertentu bisa melakukan snorkeling bareng ikan hiu tutul. Siapa takut ?
Objek wisata bahari Gili Ketapang yang dibuka seak tahun 2016 untuk mendongkrak perekonomian masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, dikelola oleh kelompok pemuda dibawah naungan Pemerintah Kecamatan Sumberasih. Lailul Marom, pengelola obyek wisata itu menjelaskan: “Kami terus berusaha mengenalkan Gili Ketapang dengan keindahan alam dibawah laut, dan menepis anggapan bahwa Gili Ketapang bukan hanya pulau sampah atau pulau kambing, karena banyak warga yang memelihara kambing. Di Gili Ketapang wisatawan bisa menikmati keindahan alam dan bagi pecinta snorkeling dan melihat pesona berbagai karang laut dan ikan hias warna-warni yang sangat cantik”.
Pihak pengelola juga ingin mengajak masyarakat agar tidak merusak terumbu karang dan keanekaragaman hayati, hingga ekosistem laut dapat terpelihara dengan baik dan jadi destinasi wisata bahari memikat. Selain menikmati keindahan bawah laut, di Gili Ketapang terdapat lokasi Goa Kucing berbentuk rumah dengan makam penyebar Islam di Probolinggo Syech Ishap yang memelihara ratusan ekor kucing, hingga makamnya disebut Goa Kucing.
Bagi yang ingin liburan ke Gili Ketapang bisa melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga menggunakan perahu motor, dengan paket wisata snorkeling tarif Rp.85.000 per orang, termasuk jasa penyeberangan, snorkeling, dan menyantap ikan bakar tangkapan nelayan. Tentunya jangan beharap disediakan menu: ikan hiu bakar ! ***ERICK A.M.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *