BATAM, MARITIM.
Sejumlah nakhoda kapal dan nelayan yang berlayar di perairan Karang Galang, Batam, mengeluhkan keberadaan kapal KLM (Kapal Layar Motor) Cipta Baru I yang kandas di perairan tersebut. Kapal bendera Indonesia yang memuat berbagai jenis barang, antara lain triplek, makanan ringan, suku cadang motor, oli kemasan itu kandas di perairan Batu Besar, Batam, Minggu (24/12) siang.
Hingga kini, kapal belim dievakuasi sehingga mengganggu kapal lain yang melintas. Edi, nahkoda kapal kayu mengatakan, keberadaan kapal di perairan tersebut labil dan bergeser ke alur pelayaran, sehingga membahayakan kapal-kapal yang melintas.
Kandasnya kapal juga dinilai merugikan usaha pelayaran rakyat, baik pemilik kapal dan barang, maupun konsumen. Akibat kecelakaan tersebut, kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Sementara itu, Awang, nelayan di perairan Batu Besar resah karena limbah minyak kapal yang tumpah di laut mengancam keberadaan ikan.
Sementara itu, Awang, nelayan di perairan Batu Besar resah karena limbah minyak kapal yang tumpah di laut mengancam keberadaan ikan. “Kalau tidak segera ditangani, nelayan akan sulit mendapat ikan di laut,” ujarnya.
Segera diinvestigasi
Dalam kasus ini, Kepala Pos Syahbandar Pelabuhan CPO Kabil, Mesdi, mengaku belum mengetahui siapa pemilik kapal. “Sampai sekarang saya belum tahu pemilik kapal itu,” ujarnya saat dihubungi Maritim .
Dia mendapat laporan ada kapal karam esok harinya (Senin). Pihaknya segera membawa 8 kru kapal dengan nakhoda bernama Yujirman untuk diperiksa di kantor. Berita acara pemeriksaan (BAP) kemudian diserahkan ke Kabid Syahbandar Pelabuhan Kabil.
Menurut Mesdi, nakhoda memiliki sertifikat mualim pelayaran rakyat tingkat II. Ia menilai kecelakaan ini akibat faktor human eror (kecerobohan manusia), atau faktor cuaca.
Diterangkan, KLM Cipta Baru 1 berangkat dari pelabuhan rakyat Magcobar, Batam, Minggu (24/12) pagi tujuan pelabuhan rakyat Sri Bintan Pura, Tanjungpinang. Tiga jam pelayaran saat memasuki perairan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, nakhoda kapal memerintahkan satu kru kapal terjun ke laut untuk memperbaiki baling- baling kapal yang tidak berfungsi dengan baik karena terlilit sampah.
Saat kapal terapung-apung, datang ombak kuat menghantam lambung kapal yang mengakibatkan air masuk ke kapal. “Di palka bawah, barang-barang tidak bisa diselamatkan, tapi yang di palka atas masih bisa diselamatkan,” ujar Mesdi.
Guna mengantisipasi kapal tidak larat di laut dan mengganggu alur pelayaran, syahbandar memerintahkan KN 330 dengan nakhoda Capt. Akadapi untuk melakukan pengawasan dan memasang rambu- rambu keselamatan pelayaran.
Sedang agen kapal diperintahkan segera mengevakuasi kapal paling lama 3 bulan, agar kapal tidak mengganggu keselamatan pelayaran.
Terkait kecelakaan ini, pengamat kemaritiman, Samsir, minta pihak berwenang segera melakukan investigasi. Terutama terkait legalitas barang muatan di atas kapal, apakah over kapasitas. Selain itu, juga perlu membersihkan sampah dan limbah yang bertebaran di perairan Nongsa, karena akan membahayakan pelayaran dan merusak lingkungan.
“Pemerintah perlu mengoperasikan kapal khusus pembersih sampah di perairan Nongsa, sekaligus memantau kapal-kapal yang membuang sampah ke laut,” pungkasnya pada Maritim.
***Amrullah.