MENURUT data dari Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) Kelas I Kupang, tercatat jumlah ekspor komoditi ikan tuna loin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke sejumlah negara tujuan seperti Amerika, Jepang, dalamdua tahun terakhir ini mengalami penurunan. Edi Santoso Kepala Stasiun KIPM Kupang menjeaskan: “Penurunan jumlah itu salah satunya akibat kondisi cuaca buruk dalam tahun 2017 yang mengakibatkan nelayan penangkap ikan tuna kesulitan melaut, hingga berdampak pada produktivitas”.
Data KIPM menunjukkan bahwa jumlah ekspor ikan tuna loin dengan tujuan Jepang sedikit menurun dari tahun 2016, tercatat dari 38.014 kg jadi 37.708 kg. Sementara itu, tuna loin yang diekspor ke Amerika mengalami penurunan cukup signifikan dari 2016 tercatat sebanyak 124,224 kg jadi 36.300 kg pada 2017. Untuk ekspor ikan tuna ke negara tujuan lain seperti Filipina, tak dilakukan pada 2017 karena tak ada permintaan masuk, meskipun pada tahun sebelumnya telah diekspor sebanyak 11.110 kg.
Labih jauh Edi katakan, meskipun ekspor tuna loin terutama ke Jepang dan Amerika mengalami penurunan, namun ada juga permintaan yang masuk dari beberapa negara lain terutama untuk kebutuhan tuna loin beku dengan tujuan Hongkong dan Brunei Darusalam masing-masing, 8.489 kg dan 12.765 kg. Jelasnya: “Hongkong dan Burnei ini baru meminati tuna loin beku. Di tahun terdahulu belum ada permintaan ekspor dari dua negara itu”.
Ia mengatakan, secara keseluruhan jumlah komiditi hasil laut dari NTT yang diekspor dalam dua tahun terkahir tercatat mengalami penurunan. Pada 2016 sebanyak 1.284.157 kg menjadi 698.560 kg. Berbagai potensi hasil laut yang diekspor utamanya pada 2017 seperti ikan kering, sardine, tuna, cakalang, tenggiri, anggoli, kakap, demersal, udang putih, dan ikan air tawar. Dari semuannya itu, hasil laut yang lebih banyak diekspor berupa ikan kering ke negara tujuan Timor Leste yang tercatat mencapai 245.940 kg.
“Jumlah ekspor ini cenderung menurun karena kondisi cuaca buruk selama tahun 2017. Selain itu juga sarana prasarana pendukung yang belum memadai di daerah potensial misalnya di Rote Ndao” katanya.***LIES/Kug/Maritim