SULTAN Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta mengharap tak akan terjadi lagi konflik kepentingan antara PT Angkasa Pura I dan masyarakat penolak proyek New Yogyakarta International Airport di Kabupaten Kulon Progo. Berbicara dalam kunjungannya ke Gunung Kidul, Sultan Yogya yang bisa disebut Ngarso Dalem itu berucap: “Sekarang masalahnya sudah kembali ke Angkasa Pura. Seama ini saya hanya memfasilitasi untuk pembabasan lahan dan sebagainya. Selanjunya lebih baik dilakukan pendekatan”.
Lebih jauh Sultan mengatakan wilayah tersebut akan lebih bermanfaat pabila dibel oleh Angkasa Pura, sebab kalau da yang tetap bertahan, sementara pembangunan tetap dilaksanakan apa tidak erdampak pousi? Begitu banara dioperasikan pada saat ada pesawat udara melintas apa tidak bising? Kalau nantinya mereka yng bertahan jadi tidak tahan, pada siapa lagi mereka akan menjual tanahnya ?”
Sultan menceritakan dari pengalaman pembangunan fly over Jombor, Sleman, waktu itu sebagian warga pemilik lahan di bawah jembatan dari barat ke arah Sleman, dari utara Sleman kearah timur tidak mau menjual tanahnya, dengan harga yang ditawarkan sebesar Rp.4,5 juta permeter. Mereka bertahan meminta harga Rp/10 juta permeter. Akhirnya April-Mei karena mereka tak tahan polusi, ada sebagian yang minta anggaran seperti yang pernah ditawarkan. Tetapi karena proyek sudah berjalan, tak lagi ada anggaran.
Ngarso Dalem mengaku khawatir jika bertahan maka tidak akan laku dijual, hingga akan merugikan diri sendiri. Pungkasnya: “Demikian juga saya khawatir kalau mereka yang bertahan itu jadi zero, dia mau jual kepada siapa, orang tidak ada yang mau beli. Karenanya lebih baik dijual ke Angkasa Pura. Toh harganya cukup bagus”. ***ERICK A.M.