TERJADINYA peningkatan popularitas wisata menggunakan kapal pesiar ke Indonesia diharap dapat menjadi sumber kontribusi baru mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) untuk mencapai target pemerintah mendatangkan sebanyak 17 juta wisman tahun ini. I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar akui, pengembangan wisata kapal pesiar di Indonesia masih belum dapat dilakukan maksimal karena terbatasnya infrastruktur, di antaranya kondisi dermaga yang belum memenuhi standar maksimal untuk melayani kapal-kapal cruis dengan LOA di atas 300 meter, yang kini mulai dioperasikan oleh maskapai pelayaran wisata.
Menurut Pitana, sebagai negara kepulauan, Indonesia berpotensi mengembangkan wisata bahari yang melimpah. Ungkapnya: “Persentase untuk wisman dari cruise masih kecil, paling 5% karena hampir 84% wisatawan kita kasih datang melalui udara. wisatawan mancanegara yang datang melalui laut atau kapal termasuk kapal pesiar umumnya berasal dari Singapura, dan berlayar melalui Kepulauan Riau. Sementara posisi kontribusi kedua adalah wisman asal Australia yang berlayar dari Darwin dan Perth. Kami nilai, bebijakan penghapusan asas cabotage bagi kapal pesiar berbendera asing di lima pelabuhan besar Sabang (Aceh), Belawan (Medan), Teluk Bayur (Padang), Nongsa Point Marina (Batam), Bandar Telani Bintan (Tanjung Pandan) dan Sunda Kelapa serta Marina Ancol (Jakarta) juga berefek positif”.
Data Cruise Management Consulting mencatat, kebijakan ini telah menaikkan cruise call 27% dari 357 pada 2016 menjadi 455 pada 2017. Karena itu, dia mengaku pemerintah juga tengah berupaya mengembangkan wisata bahari termasuk kapal pesiar. Sejauh ini, sudah ada beberapa perusahaan asal Amerika Serikat tertarik untuk membuat paket wisata kapal pesiar menuju Tanjung Benoa Bali. Namun, investor tersebut masih tunggu selesainya pengerukan dan pelebaran alur pelayaran dan kolam dermaga, yang diperkirakan selesai Agustus 2018, menjelang pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting di Bali.
“Minggu lalu saya baru tiba dari Miami Sea Trade yang diikuti berbagai perusahaan cruise besar. Mereka nyatakan tertarik untuk mendatangkn wisman ke Bali, dengan catatan kalau Pelabuhan Benoa sudah mampu menerima kapal pesiar masuk dan berputar di kolam pelabuhan” ujar Jro Gde Pitana.
Dia menambahkan, pemerintah juga siap mengembangkan destinasi wisata kapal pesiar lain di Indonesia Timur. Namun untuk itu, pihaknya masih menunggu selesainya pembangunan pelabuhan baru dan pemberian perizinan dari Kemenhub. Didien Djunaedy Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengatakan, wisata kapal pesiar sangat potensial untuk dikembangkan, sejalan saat ini paket wisata kapal pesiar rute Singapura—Malaysia—Indonesia melalui Surabaya dan Bali sangat diminati. Kapal pesiar Genting Cruise, yang berkapasitas angkut 6.000 orang, terdiri dari 4.000 orang wisatawan dan 2.000 kru. Selain Surabaya dan Bali, dia menilai Indonesia masih memiliki banyak destinasi wisata kapal pesiar yang dapat dikembangkan. Namun untuk itu diperlukan infrastruktur pelabuhan dan dermaga yang memadai sebagai pilihan wisata kelas menengah atas.***ADIT/Dps/Maritim