Semarang, Maritim
SALAH SATU lagu yang masih sering dilantunkan Bartje van Houten dan Sam “D’Lloyd”, dengan lirik:”Oh tak mungin – tak mungkin aku kembali……” Tetpi para petinggi Djakarta Lloyd saat ini memiiki keyakinan besar dan komitmen kuat, untuk menembalikan kejayaan perusahaan pelayaran milik negara tersebut. Untuk itu, melalui transformasi perusahaan, berencana membangun unit usaha yang dalam pengusahaan aset. Ini dilakukan karena perseroan memiliki aset bernilai ekonomis seta sejarah tinggi di beberapa kota pelabuhan
Mulai dari Medan, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya hingga ke Makassar.
Sebagai langkah awal. Direktur Utama PT DL Suyoto katakan pihaknya akan merampungkan renovasi gedung kantor di kawasan Kota Lama Semarang, yang akan disulap jadi kafe atau restoran. Jelasnya: “Lokasi bekas kantor itu cukup strategis Kami sedang rapihkan, dengan biaya renovasi tak sampai Rp1 miliar. Dalam pengoperasian, kami akan menggandeng mitra untuk kerjasama. Atau bila perlu, akan kami manage sendiri”.
Pemerintah Kota Semarang juga tengah gencar mempromosikan pariwisata, termasuk Kota Lama. Dia berharap gedung kantor perseroan bisa lebih bermanfaat bila fungsinya diubah menjadi restoran atau ruang pertemuan. Selain itu, pemanfaatan aset juga akan menambah leverage perseroan karena bisa menjadi jaminan ke perbankan. Berdasar penilaian kantor jasa penilai publik, aset Djakarta Lloyd di Semarang bernilai Rp12 miliar.
Saat ini, PT DL sudah merampungkan proses persoalan utang lewat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Perseroan juga telah mendapat kontrak pengangkutan batu bara dari BUMN dan swasta. Sebagai pendukug operasionalnya, saat ini PT DL mengoperasikan empat unit kapal curah. Satu kapal curah sudah dibeli dan tinggal menunggu serah terima. Menurut Suyoto, hingga akhir tahun, perseroan juga berniat membeli satu kapal curah dan satu kapal tanker.***ERICK A.M.