Jakarta, Maritim
Pasca menyandang status sebagai induk holding BUMN pertambangan per 29 November 2017 lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum memikul amanah penting dari negara, terutama dalam memacu produksi aluminium di dalam negeri.
“Pada 2021 nanti, Inalum ingin menaikkan kapasitas produksi 500.000 ton aluminium, atau dua kali lipat dari sekarang. Ditambah bangun di Kalimantan Utara (Kaltara) bisa mencapai 1 juta ton aluminium. Di mana semua itu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri,” kata Direktur Industri Logam, Ditjen ILMATE Kemenperin, Doddy Rahadi, saat berbincang-bincang dengan wartawan, di Jakarta, kemarin.
Tahun lalu realisasi produksi Inalum antara 250.000-260.000 ton. Sementara kebutuhan aluminium di dalam negeri saat ini mencapai 900.000 ton. Akibat pasokan aluminium lokal yang tipis menyebabkan terjadinya impor.
Untuk mendukung rencana tersebut, Inalum mengandalkan pembangunan smelting plant atau pabrik pengolahan mineral mentah di Kuala Tanjung, Medan dan Kaltara. Inalum akan membangun smelting plant baru mulai 2020 nanti.
Terkait rencana Inalum ingin membangun pabrik aluminium di Kawasan Industri Tanah Kuning, Kaltara, perusahaan pelat merah tersebut saat ini masih menunggu kepastian pasokan listrik guna mendukung kegiatan produksinya.
Dengan penambahan kapasitas produksi, lewat pembangunan pabrik baru di Kaltara, Inalum diharapkan dapat berperan dalam mengurangi impor di dalam negeri. Sehingga mampu menjaga pengeluaran devisa negara. Bahkan, seiring dengan meningkatnya nilai tambah, akan berdampak pula pada penciptaan lapangan kerja.
“Hanya saja untuk energinya industri ini butuh yang cukup besar. Makanya perlu harga yang kompetitif dan cocok juga,” ungkap Doddy.
Kalau Inalum sendiri yang diberi kepercayaan untuk membangun di Kaltara, sambungnya, mereka sanggup. Termasuk dengan membangun kebutuhan energi listriknya. Di mana pasokan listrik untuk Kawasan Industri Tanah Kuning, Kaltara, rencananya disalurkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dari Sungai Kayan.
“Kalau itu terjadi, maka akan tercipta industrialisasi di kawasan Kaltara dan sekitarnya, atau bakal ada Inalum II di sana. Bahwa akan terlihat nantinya simbol kekuatan nasional di sana. Karena di sana ada bajanya, nikel, tembaga, timahnya dan aluminium. Karena baja adalah mother company. Simbol kekuatan nasional,” urai Doddy.
Target produksi aluminium tadi adalah upaya Inalum mengejar amanah jadi perusahaan kelas dunia. Selain itu, holding ini juga mencoba memenuhi amanah negara yakni meningkatkan hilirisasi mineral mentah.
Target utama Inalum saat ini adalah meningkatkan kepemilikan saham negara atas PT Freeport Indonesia. Perusahaan tersebut menargetkan penguasaan 51% saham Freeport Indonesia bisa rampung paling lambat Juni 2018 mendatang. (M Raya Tuah)