Gilimanuk Jembrana, Maritim
BERDASAR alasan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya lonjakan kepadatan arus kendaraan pemudik dari Bali ke Jawa Timur, ASDP Indonesia Ferry Gilimanuk mendatangkan KMP “Drajat Paciran. Menurut Manajer Usaha ASDP Gilimanuk Heru Wahyono, kapal yang didatangkan tersebut, biasanya melayani penyeberangan dari Pelabuhan Paciran Lamongan ke Pelabuhan Bahaur Kalimantan Tengah.
Kehadian KMP “Drajat Paciran diharap mampu menambah daya dukung penyeberangan Gilimanuk – Ketapang, mengingat kapal ro-ro berbobot 2.000 GT dengan panjang 80,22 meter dan lebar 15,2 meter itu mampu menampung 350 orang. Jelas Heru Wahyono kepada maritim akhir pekan lalu: Tahun ini kami tak lagi mendatangkan kapal Portlink VII, tetapi ada perbantuan kapal ukuran besar Drajat Paciran dengan daya angkut kendaraan roda dua lebih dari 200 unit.
Keberadaan kapal buatan dalam negeri tersebut diharap dapat membantu memperlancar arus pemudik dari Pulau Bali menuju kampung halaman khususnya di Jawa. Diungkapkan kapal tersebut akan dioperasikan agar tidak terjadi kepadatan ketika jumlah kendaraan roda dua sangat banyak.
Heru menuturkan untuk menghadapi kenaikan pemudik, ASDP Indonesia Ferry Gilimanuk mengoperasikan total ada 56 unit kapal, sebanyak 32 unit dioperasikan setiap hari. Puncak arus mudik di pelabuhan penyeberangan ini terjadi mulai Senin (11/6/2018). Peningkatan penumpang diprakirakan sebesar 5%, kendaraan roda dua 3% dan roda empat 6%. Jelasnya; Perkiraan kami prediksi secara korporat dari H-4 akan terjadi kenaikan, tetapi saat ini sudah kami antisipasi dengan penambahan loket.
ASDP Indonesia Ferry Gilimanuk menyiapkan 4 loket untuk kendaraan bermotor ditambah dengan 6 loket di buffer zone di Terminal Parkir Gilimanuk serta di dermaga LCM. Untuk sepeda motor disediakan sebanyak 7 loket. Heru menuturkan jika kepadatan pengguna sepeda motor sangat tinggi, maka prioritas kendaraan jenis ini diangkut oleh kapal.
Namun menurut Khoiri Soetomo Ketua Umum DPP Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan (Gapasdap), penggeseran rute KMP Drajat Paciran yang semula dari Lamongan Bahaur menjadi Gilimanuk Ketapang tak dapat dinilai sebagai langkah anitisipatip terhadap kurangnyajumlah armadadi jalur ini. Ujarnya kepada maritim di sela buka puasa bersama dengan awak media di Surabaya (9/6/2018) lalu: Pemindahan rute KMP Drajat Paciran, hanya suatu pencitraann guna menutupi. Gapasdap tentu sangat menghargai langkah Ditjenla Kemenhub yang menggebu membangun kapal-kapal sebagai sarana angkutan laut dan penyeberangan.Namun sayang,langkah itu kurang diimbangi oleh pembangunan prasarana berupa dermaga”.
Hal demikian terjadi pada penyeberangan dari Lamongan hingga Kalteng, yang maksudnya memberi pilihan bagi pengguna jasa, apakah akan menyeberang dari Surabaya ke Banjarmasin atau dari Paciran ke Bahaur. Tetapi kapal yang berangkat dari dermagga mulus di Kabupaten Lamongan itu sesampai ke Bahaur harus tambat di drmaga yang kurang memenuhi syarat utamanya untuk kapal jenis ro-ro yang untuk bongkar muat barang, cukupdenan membuka ramp-door.
Masih menurut Ketua Umum DPP Gapasdap, keberadaan KMP Drajat Lamongan di rute
Gilimanuk-Katapang, ternyata jauh dari manfaat yang diharap. Selain karena secara teknis disain kapal ini tak sesuai dengan karakter yang terdapat di Gilimanuk maupun Ketapang, hingga pertengahan pekan ini juga belum terjadi lonjakan arus mudik. Akibatnya, kapal yang direncanakan membantu angkutan, justru terpaksa ditambat di luar dermaga.
Di lintasan Gilimanuk-Ketapang saat ini terdapat 56 unit kapal ro-ro, tetapi disebabkan oleh keterbataan dermaga, maka tak semua armada dapat doperasikan secara penuh. Pungkas Khoiri Sutomo: Hal serupa juga terjadi di lintas Merak-Bakauheni. Dengan 70 kapal siap dioperasikan, tetapi 40 di antaranya lebih banyak menganggur akibat kurangnya dermaga. Idealnya tiap dermaga melayani 5 unit kapal. Karenanya di lintasan teramai di Indonesia itu seharusnya ditambah dengan membangun 14 dermaga lagi.***ERICK A.M.