KAPAL DILARANG BEROPERASI, JUSTRU DILALAP API

Pemadaman kebakaran melibatkan Damkar Kota Denpasar

Benoa Bali, Maritim

PEPATAH lama yang mengatakan: sudah jatuh – tertimpa tangga pula, tampaknya dapat dialami siapa dan di mana saja. Hal itulah yang dialami para  pengusaha penangkapan ikan di Pelabuhan Benoa. Sejak beberapa bulan, ratusan kapal mereka tak bisa beroperasi karena kebijakan larangan menggunakan kapal bekas asing. Maka kapal-kapal itu terpaksa sandar susun-sirih di Zona Perikanan, dermaga barat Pelabuhan Benoa., Bali.

Pada dinihari Senin (9/7/2018), sebanyak 39 kapal yang terpaksa berhenti operasi ini justru dilalap api. Kejadian ini merupakan bencana bagi pengusaha penangkap ikan di Bali. Selain ikan hasil tangkapan menurun karena aturan transshipment, kapal-kapal mereka kini justru  dialap si jago merah.

Sejak diberlakukannya larangan transshipment berlaku mulai 2014, jumlah tangkapan ikan tuna segar di Bali mengalami penurunan dari target. Jika waktu berlayar kapal bongkar muat masih selama 7 bulan seperti pada 2014, jumlah tangkapan tuna segar pada 2017 dapat lebih dari 10.000 ton. Namun kendati realisasi pada 2017 lebih tinggi daripada ekspor 2016 yang hanya 5.691,70 ton, pada 2017 hasil tangkapan tuna segar hanya 8.029,16 ton.

Over Kapasitas: Dwiyanto , Kepala Kesyahbandaran & Otoritas Pelabuhan (KSOP ) Benoa mengakui kebakaran yang terjadi di Pelabuhan Benoa pada Senin (9/7/2018) dipengaruhi terlalu banyaknya kapal sandar yang tak sesuai kapasitas. Dari ribuan apal nelayan berbagai ukuran yang sandar dn ber”home base” diPelabuhan Benoa, tidak semuanya aktif. Jumlah kapal yang pasif atau mangkrak ternyata cukup tinggi yakni sekitar 400 unit.

Menurutnya, banyak hal yang menyebabkan kapal-kapal tersebut berhenti berlayar. Mulai dari terkena moratorium larangan berlayar hingga aturan transshipment. Belum lagi, sejak libur lebaran, jumlah kapal yang non aktif makin banyak. Sebab, paa ABK banyak yang belum pulang dari libur lebaran, hingga kapal terpaksa tidak berlayar. Dermaga pun kian crowded dipenuhi kapal-kapal nonaktif, dan kapal-kapal disandarkansecara susun sirih, tanpa patuhi  ketentuan berjejer 2 unit. Namun, karena banyaknya kapal pasif, parkir jadi tak beraturan.

Menurut Dwyanto, kapal aktif yang terbakar hanya 10 unit, sedang sisanya, terdiri dari kapal pasif yang telah lama sandar di sana. Api berasal dari kapal KM “Cilacap Jaya Karya” yang siap berlayar. Secara keseluruhan, dalammusibah ini terdapat sekitar 40 kapal yang terbakar dengan 33 unit di antaranya merupakan anggota Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), sedang separuhnya merupakan kapal pasif.

Potensi Kerugian: Dwi Agus Siswaputra Ketua II ATLI Bali akui memang banyak kapal nonaktif di Pelabuhan Benoa. Hanya saja, kapal tersebut bukan tidak berlayar karena aturan transshipment. Tetapi karena sedang mengalami perbaikan.Jelasnya: “Kapal yan gmangkrak itu karena sedang dalam perbaikan. Sedang regulasi yang ada semuanya sudah kita ikuti, kalau dibilang menumpuk memangnya kolam di sini sudah memadai ?”.

Kata pengusaha ikan tuna yang biasa disapa akrab Mister Black itu sebutkan, semua kapal yang terbakar merupakan ukuran besar yang mampu berlayar hingga 3 bulan, dengan habiskan dana sekitar Rp1 miliar untuk operasional. Nilai kapal dengan alat tangkapnya bisa seharga Rp4 miliar, hingga diperkirakan kerugian masing-masing pengusaha ATLI Bali adalah Rp5 miliar per kapal. Imbuh Dwi Agus: “Dalam hal ini, kami merupakan pengguna jasa yang tak tahu menahu harus bagaimana. Karenanya kami juga no comment dari pagi lihat seperti itu, apalagi minggu lalu juga ada 8 kapal anggota ATLI yang terbakar”.

Fihaknya, hingga saat ini belum dapat mengkalkulasi potensi kerugian akibat kapal yang tak bisa lagi berlayar. Namun, jika dilihat dari data hingga Maret 2018, jumlah tangkapan untuk spesies tuna telah mencapai 1.408 ton dan non tuna sebanyak 2.496 ton. Hal ini merupakan kali kedua setelah pada minggu lalu, sebanyak 8 unit kapal milik anggota ATLI juga terbakar di lokasi yang tak jauh dari kejadian sekarang.

Inspektur Jenderal Polisi (Irjenpol) Petrus R. Golose Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Bali katakan, menurut data sementara, api bermula dari Kapal KM “Cilacap Jaya Karya”. Saat kebakaran terjadi, mesin kapal dalam keadaan hidup. ABK yang mengetahui kebakaran berusaha memadamkan api namun awbwlum berhasil, api sudah merembet ke kapal lain. Tercatat ada 5 unit kapal milik PT AKFI, 7 unit milik PT Intimas Surya, sekitar 3 unit milik PT Bandar Nelayan dan 25 unit kapal lainnya masih didata.***ERICK ARHADITA

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *