Kuta Bali, Maritim
MENTERI Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan Bali memerlukan langkah strategis untuk menanggulangi sektor pariwisata yang cukup riskan. Salah satunya adalah dengan revitalisasi sistem pertanian untuk mem-back up sektor wisata. Ujarnya
Ungkapnya pada acara International Conference on Inclusive Economic Growth: Reducing Poverty and Inequality yang merupakan rangkaian even IMF-World Bank Forum 2018 di Hotel Anvaya, Kuta: “Sektor pertanian juga bisa mendongkrak sektor lainnya seperti Industri kecil dan menengah”.
Lebih lanjut disebutkan bahwa Bali merupakan provinsi terbaik ke empat di Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi, rendahnya angka kemiskinan, tingginya kapabilitas penduduk dalam mengakses berbagai kesempatan, serta tingginya persamaan gender serta kesenjangan sosial yang rendah. Meskipun demikian, pertumbuhan sektor manufaktur di Baliu cukup rendah, karena sektor utama Bali adalah industri pariwisata.
Terkait kondisi nasional, Menteri Bappenas juga mengatakan, masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial memang masih ada di Indonesia. Ia menambahkan angka kemiskinan saat ini di Indonesia memang tercatat di titik terendah. Kendati demikian pemerintah tetap mengupayakan pengentasannya. Ujarnya: “Salah satunya adalah dengan mengurangi subsidi yang tidak tepat sasaran”.
Selain masalah kemiskinan hal yang jadi perhatian pemerintah adalah kesenjangan sosial. Beberapa hal yang menyebabkan lambatnya penanganan kemiskinan dan kesenjangan antara lain kurangnya akses pelayanan keuangan di daerah pinggiran, kepemilikan lahan sampai saat ini mayoritas dari kalangan menengah ke atas, kurangnya akses teknologi informasi hingga ke pelosok serta masih banyak daerah-daerah pinggiran yang terdampak bencana alam. Beberapa langkah pemerintah untuk menguranginya antara lain peningkatan sistem pendidikan, kesehatan serta nutrisi untuk masyarakat dan peluasan lapangan kerja.
Sementara itu, Presiden International Food Agricultural Development (IFAD) Gilbert F. Houngbo menekankan pentingnya peningkatan sistem pertanian untuk mengurangi angka kemiskinan di dunia. Ia menyatakan bahwa kemiskinan banyak terjadi di daerah pinggiran daripada di daerah perkotaan, hingga Ia menekankan pentingnya perluasan lahan pekerjaan di daerah tersebut seperti petani maupun nelayan.
IFAD merupakan lembaga khusus PBB yang bertujuan menyediakan pendanaan dan menggerakkan sumber-sumber tambahan untuk program-program yang khusus dirancang guna pengembangan ekonomi wilayah miskin, terutama dengan mengembangkan produktivitas agrikultural.
Misi IFAD adalah untuk memberdayakan masyarakat miskin di pedesaan dengan tujuan menghapuskan kemiskinan. IFAD bergerak di bidang pertanian dengan dasar bahwa 75% penduduk miskin di dunia—sejumlah 720 juta manusia—hidup di daerah terpencil dan sangat bergantung dengan aktivitas pertanian untuk mempertahankan hidupnya. Dalam melakukan aktivitasnya, IFAD bekerjasama dengan pemerintah, donor, organisasi non-pemerintahan, dan rekanan lainnya, serta berfokus pada solusi country specific, yang akan meningkatkan akses penduduk miskin kepada jasa finansial, pasar, teknologi, lahan, dan sumber daya alam.***ERICK ARHADITA