Jakarta, Maritim
Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, Rabu (31/10) malam, mengunjungi salah satu anggota keluarga warga Adhyaksa yang menjadi korban kecelakaan jatuhnya pesawat Lion Air JT-610.
Pada kunjungan itu Menperin tampak didampingi Sekjen Kemenperin Haris Munandar, Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan E Ratna Utarianingrum, Kepala Biro Humas Setia Utama dan mantan Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari.
Di rumah duka, di bilangan Kompleks Perumahan Perindustrian, Kalimalang, Jaktim, kedatangan Menperin diterima orang tua korban. Di mana, korban kecelakaan jatuhnya pesawat tersebut, yang bernama Shandy Johan Ramadhan, adalah putra dari salah satu pejabat eselon II di lingkungan Kemenperin. Yakni, Direktur Ketahanan Industri, Ditjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII), Dody Widodo.
Airlangga pada kesempatan itu menyampaikan, bahwa pihaknya turut berduka cita yang mendalam dan merasa kehilangan, dengan harapan keluarga tabah menghadapi peristiwa ini.
“Kami ikut berbelasungkawa, semoga para korban mendapatkan tempat yang terbaik di sisi-Nya dan diampuni semua dosa-dosanya. Tak lupa kami doakan agar keluarga diberikan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini,” katanya.
Dari catatan yang diperoleh, terdapat lima korban warga Adhyaksa pada manifes Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang itu. Yakni, Andri Wiranofa, yang merupakan Koordinator pada Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bangka Belitung bersama istrinya. Nia Soegiono.
Kemudian Kasi Pidsus Kejaksaan Negeri (Kejari) Pangkalpinang, Dody Junaedi, yang tercatat di manifes nomor 075 dan duduk di kursi 19E. Jaksa Fungsional pada Kejari Bangka Selatan, Shandy Johan Ramadhan, dengan nomor 122 dan duduk di kursi 7F. Sedangkan satu orang lagi adalah Staf Tata Usaha Kejati Bangka Belitung, Sastiarta.
Mereka berencana kembali ke Pangkalpinang setelah menghabiskan akhir pekan bersama keluarga di Jakarta. Namun nasib berkata lain, pesawat Lion Air JT-610 yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan.
Menperin mengharapkan, jenazah bisa ditemukan dan dimakamkan dengan layak.
Data yang diterima tabloidmaritim.com dari Dody Widodo menyebutkan, korban lahir di Jakarta, 12 April 1991. Memiliki istri Dhina Aldina S dan sedang mengandung lima minggu. Mengawali karir sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kejari Lewoleba, Nubatukan, Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 1 Februari 2015-30 Maret 2016.
Kemudian pada 1 April 2016-30 September 2017 diangkat sebagai PNS Kejari Lewoleba dan 1 Oktober 2017 sampai sekarang menjabat sebagai Fungsional Jaksa Muda Kabupaten Bangka Selatan, di Toboali.
Menjawab tabloidmaritim.com, Kepala Biro Humas Kemenperin, Setia Utama, mengatakan keponakannya tersebut jika tidak ada cobaan ini berencana akan pindah ke Kejari Bekasi.
“Berencana akan pindah ke Kejari Bekasi. Karena sudah dua tahun bertugas di sana,” katanya.
Dari data yang diterima, pendidikan formal dari pelajar SMP Negeri 16 Bekasi (2003-2006), lantas lanjut ke SMA Negeri 6 Bekasi (2006-2009), dan menamatkan S1 Fakultas Hukum di Universitas Parahyangan Bandung (2009-2013).
Menurut Dody, tentunya kita semua harus mampu mengambil hikmah dari peristiwa ini.
“Harapan saya, pemerintah khususnya KNKT, dapat bekerja profesional dan harus berani menyampaikan hal-hal sebenarnya terkait penyebab kecelakaan pesawat ini. Semua penyebab dari kecelakaan ini harus berani bertanggung jawab, khususnya pihak Lion, maupun pabrikan pesawat Boeing. Tentunya pemerintah harus mau mensuport penuh keluarga korban,” ungkap Dody.
Ditambahkan, selanjutnya kami mengucapkan terima kasih melihat cara kerja tim evakuasi dan penyelamatan yang telah bekerja dengan cepat dan sigap.
“Semua hal untuk itu sudah saya lakukan pada hari pertama peristiwa jatuhnya pesawat. Termasuk memberikan sampel DNA ke RS Polri Kramat Jati,” ujar Dody.
*M. Raya Tuah