PENUNJUKAN lokasi (penlok) pembangunan Bandara di Bali utara belum berupa keputusan final, tetapi potensi saling-silang berbagai kepentingan sudah (kembali) menggejala. (baca: STUDI KELAYAKAN BANDARA BALI UTARA MENGARAH KE DARAT maritim.com Rabu 7/11/2018). Berikut catatan ERICK ARHADITA jurnalis Maritim dari Singaraja.
TERKAIT rencana pembangunan megaproyek bandar udara Bali utara, dengan mencermati telah dimulainya pekerjaan studi lapangan di kawasan Kubutambahan Kabupaten Buleleng oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) beberapa waktu lalu, Gubernur Bali I Wayan Koster berani pastikan bahwa ijin penlok dari Menteri Perhubungan, akan segera turun, dan bandara Buleleng akan dibangun di darat, dengan lokasi di Kubutambahan dan sekitarnya.
Bandara Bali Utara sebagai infrastruktur pendukung Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Pebupaten Badung Bali selatan, direncana akan diperuntukkan sanggup menampung 32 juta penumpang dengan luas terminal mencapai 230.000 m2, dengan panjang landasan pacu mencapai 4.100 meter. Lokasi di laut dipilih atas dasar pertimbangan menghindari alih fungsi lahan pertanian.
Menurut Koster, rencana semula runway akan dibangun di lepas pantai, dengan reklamasi. Namun berdasarkalkulasi, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 25 triliun dan memerlukan teknologi tinggi, waktu yang lama, dan risiko tinggi. Berdasar berbagai pertimbangan, maka diputuskan bandara di Buleleng positif akan dibangun di daratan Desa Kubutambahan dan sekitarnya. Gubernur menyatakan sudah tiga kali bertemu Menhub untuk memfinalisasi rencana pembangunan Bandara Bali Utara ini yakni pada 10 Agustus lalu, 27 Agustus, dan terakhir 4 September lalu.
Tarik Ulur: Pernyataan Koster ini tentu merupakan kabar gembira bagi warga Bali khususnya warga di Buleleng, yang sudah lama menantikan kepastian rencana pembangunan bandara tersebut. Apalagi dalam perjalanan sebelumnya terjadi tarik ulur, muncul perbedaan pendapat, terutama terkait dengan hal-hal prinsipil, antara lain:
- Apakah lokasi bandara akan dibangun di wilayah barat atau wilayah timur Buleleng.
- Beda pendapat apakah bandara akan dibangun di atas laut atau di darat.
- Terkait nama, apakah tetap dipilih sebutan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), apakah akan dinamakan Bandara Buleleng, atau juga Bandara Panji Sakti
Wacana pembangunan bandara di Bali Utara sudah muncul intensif di era kepemimpinan Made Mangku Pastika, yang tyerkesan “ngotot” memberi dukungan, hingga muncul rumor bahwa kegigihan itu tak lepas dari kenyataan mantan Gubernur Bali itu punya motivasi khas sebagai warga Bali kelahiran desa Petemon,Kecamatan Seririt, €kabupaten Buleleng.
Pembangunan bandara baru di Buleleng, sebelum Koster terpilih sebagai Gubernur, sudah digadang-gadang akan dibangun di wilayah sekitar Kubutambahan, namun dibangun di atas permukaan laut dengan reklamasi, dibangun dengan mengusung konsep ramah lingkungan, menggandeng konsultan asal Kanada Airport Kinesis Consultant. Pembangunan bandara direncanakan dengan luasan lahan 1. 400 hektar nantinya diharap tak hanya menghasilkan listrik sendiri yang berasal dari arus laut namun juga akan menghasilkan air bersih melalui proses desalinasi. Keberadaan bandara yang dibangun di atas laut ini juga diklaim tidak akan menghilangkan ataupun mengganggu keberadaan sekitar 400 – 600 hektar sawah produktiv yang berada di sekitar areal bandar udara baru tersebut.
Memicu Industri: Meskipun belum mendapat ijin penlok dari pemerintah pusat, berdasar keyakinan tinggi , pada bulan Agustus 2017 PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) telah menggelar upacara “nuasen” upacara untuk memulai pembangunan proyek baru di Dusun Yeh Buah, Desa Kubutambahan, Buleleng.
Pada kesempatan iyu, I Made Mangku menyatakan, Bandara baru di Buleleng siap mulai dibangun 2017. Dana yang disiapkan mencapai besaran Rp 50 triliun. Selain bandara, juga akan dibangun berbagai fasilitas penunjang seperti power plant dengan catu daya energi arus laut di atas lahan 150 hektar, Aero City seluas 600 hektar, sekolah, rumah sakit, mall, hingga tempat rekreasi.
Untuk bandara, akan dibangun dua runway yang masing-masing untuk take off dan landing. terminal penumpang, yang akan dibangun terhubung dengan aerocity dan terminal cargo. Selain itu, juga akan dibangun pelabuhan Marina untuk kapal pesiar yang berdampingan dengan airport. Dan yang tak kalah penting, akan dibangun infrastruktur jalan tol di lingkar timur Pulau Bali, yang akan terkoneksi dengan kota-kota Amlapura Karangasem, Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Klungkung bersambung ke Gianyar dan Denpasar.
Pembangunan Bandara Buleleng dan fasilitas pendukungnya, akan dibiayai investor utama Airports Kinesis Finance (AKF) dari Kanada yang akan membangun bandara dan terminal penumpang. Untuk infrastruktur jalan akan dibangun investor Korea Selatan. Sementara Aero City akan dibangun investor asal Belarus, yang kesemuanya dibawah koordinasi AKF Kanada. Untuk pengoperasionalan bandara baru, akan ditunjuk siapa yang dinilai layak.
Rencana pembangunan Bandara Buleleng ini juga sempat menjadi “rebutan” dari dua pihak, yakni PT BIBU dan PT Pembari. Guna memuluskan pembangunan Bandara Bali Utara, Wakil Gubernur Bali era Ketut Sudikerta, sempat mempertemukan dan membangun kesepakatan menentukan lokasi pembangunan bandara yang menjadi perbedaan mendasar dari kedua belah pihak. Waktu itu telah terjadi kesepakatan pembangunan Bandara Bali Utara di pantai yang ada di Kubutambahan. Juga telah disepakati menindaklanjuti proses pembangunannya agar konsensus pemberian penlok segera dapat diwujudkan.
Kini, Gubernur Bali I Wayab Koster sudah menetapkan dan memastikan Bandara Bali Utara di Buleleng akan dibangun di daratan wilayah Kubutambahan. Keputusan ini tentu tak bisa memuaskan semua pihak. Utamanya pihak yang sebelumnya telah siap dengan rencana membangun bandara baru di atas laut. Kendati tak mungkin memuaskan semua pihak, namun masyarakat Bali khususnya warga Buleleng tentu berharap banyak bandara baru ini akan benar-benar segera terwujud. Harapannya bandara baru akan memicu munculnya kota baru di sekitarnya yang diprediksi akan berkembang pesat, hingga mendorong pertumbuhan ekonomi warga sekitar bandara. Sasaran akhirnya, agar terjadi keseimbangan perekonomian dari industri, utamanya industri pariwisata di Bali selatan dan Bali utara. ***