BMKG: Waspada Gelombang Tinggi Laut Selatan !

Gelombang tinggi menerjang pantai selatan DIY
Gelombang tinggi menerjang pantai selatan DIY

YOGYAKARTA-MARITIM : Ketika musim berubah dari kemarau ke penghujang, maka Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta dibuat lebih kerja ekstra. Terkait hal tersebut, institusi yang bertugas melakukan pengamatan perilaku alam ini, mengimbau masyarakat agar lebih mewaspadi potensi gelombang tinggi di laut Selatan Yogyakarta yang saat ini tingginya mencapai pada kisaran 2,5 hingga 3 meter.

Djoko Budiono Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Jum’at (14/12/2018) lalu mengingatkan kepada nelayan maupun wisatawan: “Penyebab gelombang tinggi itu karena munculnya beberapa daerah bertekanan udara rendah”.

Read More

Dijelaskan pula, tekanan udara rendah yang memicu gelombang tinggi tersebut muncul di selatan equator atau sekitar Australia, dan memicu pergerakan angin serta gelombang di Selatan Jawa atau Samudera Hindia. Menurutnya, tinggi gelombang itu perlu diwaspadai, karena telah masuk kategori moderat dan berpotensi dapat meningkat seiring dengan peningkatan angin yang saat ini diperkirakan mencapai 6-25 kilo meter (KM) per jam. Imbuh Djoko: “Dua hingga tiga hari ke depan tingginya masih berkisar 2-3 meter. Arus bawah laut di titik-titik tertentu seluruh pantai di DIY juga perlu diwaspadai oleh wisatawan, karena cukup deras, hingga rawan untuk berenang bagi wisatawan.

Selain potensi gelombang tinggi, Djoko juga minta masyarakat mewaspadai potensi hujan yang terjadi cukup sedang hingga lebat disertai petir atau kilat, serta angin kencang pada siang hingga sore hari di wilayah Kabupaten Sleman, Kulon Progo bagian Utara dan Tengah maupun Gunungkidul bagian Utara.

Menurutnya, pada dasarian kedua Desember 2018, jumlah curah hujan mencapai 100-150 milimeter per sepuluh hari (dasarian), dengan prediksi akan meningkat menjelang dasarian ketiga Desember 2018. Pungkas Djoko: “Seiring dengan penguatan musim hujan, maka dari segi intensitas dan frekuensi terjadinya hujan mengalami peningkatan dari November ke Desember 2018, selanjutnya meningkat lagi pada Januari 2019”. ***UTI/Smr/Maritim

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *