Jakarta Maritim : Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) hingga akhir 2018 telah menghimpun dana sebesar Rp 14,48 triliun. Sedangkan pembayaran selisih harga biodiesel hingga November 2018 mencapai Rp 5,51 triliun lebih rendah dari target tahun ini Rp 7 triliun, yang sisanya akan dimanfaatkan untuk tahun depan.
Penghimpunan dana ini menurut Direktur Keuangan BPDPKS, Catur Haryanto Wibowo, menjalankan fungsinya mengembangkan sawit berkelanjutan. Antara lain dengan melakukan peremajaan (replanting) perkebunan kelapa sawit rakyat.
Dalam hal ini kata Catur, BPDP-KS mendorong peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat, melalui dukungan pendanaan replantang perkebunan kelapa sawit milik petani. Harapannya, tak hanya produktivitas perkebunan yang meningkat,tapi berkelanjutan ke depan.
“Petani kelapa sawit, memiliki peran penting bagi pertumbuhan perkebunan kelapa sawit nasional, dimana luas lahan perkebunan kelapa sawit nasional sebesar lebih dari 42 persen merupakan milik petani,” kata Catur di Hotel Sari Pan Pacific, Jumat (14/12).
Menurut Catur, salah satu upaya meningkatkan produktivitas tanaman sawit rakyat yakni melalui Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang telah diluncurkan sejak tahun lalu. Program itu telah mendorong banyak petani untuk mendapatkan bantuan pendanaan, pemerintah yang ditetapkan Rp25 juta per hektare (ha).
Dengan bantuan itu, lanjutnya, diharapkan bisa membantu meringankan modal yang harus dikeluarkan petani. Sebab, biaya peremajaan sawit rakyat menurut hitungan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian bisa mencapai Rp68 juta/ha.
Sementara sisa kekurangan pendanaan itu nantinya bisa ditutupi petani lewat pengajuan kredit ke perbankan melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan kisaran bunga kredit sebesar 7 persen.
Sedangkan soal penyaluran dana insentif untuk biodiesel pada 2018 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan turunnya harga biodiesel hingga di bawah harga solar
Direktur Penyaluran Dana BPDPKS, Edi Wibowo menyebutkan, insentif biodiesel yang dibayarkan BPDPKS untuk biodiesel pada 2018 menurun rata-rata Rp2.074 per liter dibandingkan sebelumnya yang sebesar Rp4.075 rupiah per liter.
“Empat bulan terakhir ini insentif kita turun, karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak solar juga penurunan HIP (Harga Indeks Pasar) biodiesel. Sehingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan, HIP biodiesel untuk Desember 2018 sebesar Rp6.589 per liter ditambah ongkos angkut. Nilai tersebut turun dari bulan lalu yang mencapai Rp7.227 per liter ditambah ongkos angkut. (Rabiatun)